Pemanfaatan PDBI oleh agricultural economist era 1980-1990 


Pemanfaatan PDBI oleh agricultural economist era 1980-1990 

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 10 Agustus 2021/Indonesia Media – Seperti peribahasa ‘Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.’ Artinya setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia. Ekonom senior Christianto Wibisono meninggal dunia pada hari ini, Kamis, 22 Juli 2021, di usia yang ke 76 tahun. Christianto adalah pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) dan salah satu tokoh pers. Pada era tahun 1980 – 1990, ketika mesin pencari (search engine) pada computer atau yang disebut google web belum ditemukan, para professional di Indonesia masih sangat mengandalkan pencarian data secara manual. Seperti yang pernah dialami direktur Outreach International Bioenergy di Jakarta, Elias Tana Moning (ETM) pada tahun 1987 – 1988 mengandalkan institusi seperti PDBI. “Saya beli buku katalog di PDBI, yang memuat berbagai data perusahaan. Karena pada zaman saya waktu masih kerja di USAID Indonesia sebagai agricultural economist (1988), belum ada google,” ETM mengatakan kepada Redaksi.

Pada saat itu, job desk nya ETM mengelola sistem informasi management untuk data pertanian di Indonesia. Terutama konsep pengembangan bank data yang fungsinya sebagai clearing house serta bisa diakses dari berbagai departemen dan kementerian. “(PDBI) menurut saya, (katalog) versi cetak paling lengkap pada saat itu. Bicara platform mengenai kapasitas computer, saya mengembangkan data tentang pertanian yang di develop USAID. Karena tidak ada kementerian, termasuk kementerian pertanian, kementerian perdagangan yang menyediakan data secara akurat. Kalaupun mereka punya datanya, mereka nggak berkenan untuk sharing,” kata pria kelahiran 66 tahun yang lalu.

Bahkan petugas di berbagai kementerian pada saat itu cenderung mengambil data milik orang lain. Setelah itu mereka hendak menguasai data sendiri-sendiri. Saat mengerjakan proyek USAID selama dua tahun, ia sempat ditawari beasiswa oleh Ford Foundation. Bahkan sebelumnya, ia sudah ditawari the Hubert H. Humprey Fellowship Program. Kesempatan beasiswa Ford Foundation tentunya di bawah program yang lebih besar. “Ada sub program dari program yang terkenal untuk mahasiswa bahkan sampai professor,” kata peraih gelar Master of Agriculture, Colorado State University.

Selain, harus ada sinkronisasi dari sektor pertanian, perkebunan sehingga keseluruhan data bisa menjadi rujukan. Hal tersebut, terutama pencarian data ataupun pengajuan pertanyaan dikerjakan secara manual. Akhirnya pada proses klarifikasi clearing house, sinkronisasi data pertanian dan perkebunan di Indonesia terjadi secara organic, secara alami. PDBI juga menyediakan berbagai data perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Ada beberapa perusahaan yang terlibat agribusiness di Indonesia sejak era tahun 1980 an. “Katalog dari PDBI juga untuk melengkapi perpustakaan di kantor USAID di Jakarta. USAID mau menyumbang sesuatu, tapi bentuknya infrastruktur data, tujuannya misalkan pembuatan supercomputer. Zaman itu kan juga belum ada laptop. Harapannya, ada satu system computer, disebut supercomputer. Kalau sekarang ini, satu ruangan yang saat itu dimanfaatkan untuk supercomputer setara dengan cloud computing atau metode penyampaian berbagai layanan melalui internet, untuk seluruh dunia. Saat itu, kami lebih banyak menggunakan gambar, angka. Tidak ada video, tapi lebih banyak teks,” kata peraih gelar Doctor of Education, University of Massachusetts Amherst. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *