Pasar Bergeser, Industri Kertas Terus Tumbuh


[JAKARTA] Asia terus menggeser Eropa dan Amerika Serikat sebagai pasar kertas terbesar. Untuk kertasuncoated wood free (UWF) yang banyak diproduksi di Indonesia, permintaan Asia mencapai 28,6 juta ton atau 52% dari total dunia dan konsumsi akan tumbuh 2,4% per tahun hingga 2017.

“Industri pulp (bubur kertas) dan kertas Indonesia perlu memanfaatkan pergeseran pasar dari Eropa ke Asia. Pengapalan produk Indonesia hanya memakan waktu 7-10 hari ke pasar utama Asia, seperti Tiongkok. Sedangkan dari kompetitor di Amerika Serikat/Kanada 30-50 hari, Amerika Latin 40-60 hari, dan Eropa 40-60 hari,” kata President Director Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Indonesia Kusnan Rahmin saat berkunjung ke Berita Satu Media Holdings, Jakarta, Selasa (18/2).

APRIL merupakan perusahaan pulp dan kertas terbesar kedua di Asia. Perusahaan berkantor pusat di Singapura, untuk memudahkan gerak bisnis sebagai pemain global. Di Indonesia, perusahaan memiliki PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang mempunyai total kapasitas terpasang sekitar 2,8 juta ton setahun.

Saat ini, RAPP-APRIL merupakan produsen nomor dua terbesar dunia untuk produk bleached hardwood kraft pulp (BHKP), dengan kapasitas 2,2 juta ton setahun. Sekitar 92% produksi pulp dipasarkan ke Asia Pasifik dan Eropa 8%. Sedangkan untuk kertas UWF, perusahaan menjadi produsen nomor empat terbesar di Asia, dengan pemasaran ke Asia Pasifik 68% dan Uni Eropa 32%.

Berdasarkan data Forestindustries, dunia saat ini memproduksi sekitar 400 juta ton kertas dan karton setahun. Konsumsi kertas dunia masih akan tumbuh sekitar 1,6% per tahun atau menjadi sekitar 500 juta ton pada  2025. Konsumsi Asia kini sekitar 44% dari total global, sedangkan Eropa dan Amerika Utara hanya sekitar 33%.

Kusnan mengatakan, industri pulp dan kertas Indonesia memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya adalah pohon sudah siap dipanen dalam waktu lima tahun, karena di daerah tropis ini matahari bersinar setiap hari. Sedangkan di Eropa baru bisa dipanen sekitar 40 tahun.

Kusnan mengatakan, APRIL melalui RAPP juga berupaya memanfaatkan peluang pasar utama Asia tersebut.RAPP-APRIL tahun ini berupaya agar seluruh kapasitas produksi pulp dan kertas bisa dimanfaatkan sepenuhnya, yakni sebanyak 2,8 juta ton. Tahun ini permintaan kertas global jauh lebih baik dari 2013 sehingga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi.

Pada 2013, total produksi nasional sekitar 6 juta ton, dengan 2,7 juta ton di antaranya berasal dari RAPP-APRIL. Tahun 2014, produksi akan naik 2 juta ton atau sekitar 33% menjadi 8 juta ton, dengan beroperasinya pabrik pulp dan kertas milik Sinar Mas di Palembang baru-baru ini. Separuh lebih produksi nasional diekspor.

“Industri nasional akan tumbuh signifikan tahun 2014 karena ada peluang harga naik. Saat ini, apabila dirata-rata, harga pulp dan kertas di pasar global berkisar US$ 800-1.000 per ton. Harga memang masih fluktuatif, tapi diharapkan pemain lain di global tidak menambah produksi, sehingga harga akan membaik,” kata Kusnan.

Kusnan menjelaskan, untuk memanfaatkan peluang pasar yang bagus di Asia, banyak hal harus dibenahi dalam industri pulp dan kertas di Tanah Air. Indonesia menghadapi isu deforestasi dan dijadikan kampanye negatif oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) sehingga penanaman hutan tanaman terhambat.

“Padahal, sebenarnya isu deforestasi tidaklah relevan. Indonesia itu hanya memiliki 3,6 juta hektare (ha) hutan tanaman. Sedangkan Jepang yang luas negaranya jauh lebih kecil, hutan tanamannya sekitar 10,3 juta ha,” kata Direktur Sustainability RAPP Petrus Gunarso.

Hutan tanaman yang terluas di dunia saat ini berada di Tiongkok 77,2 juta ha, Amerika Serikat 25,4 juta ha, dan Rusia 17,0 juta ha. Sedangkan luas hutan tanaman Indonesia berada pada posisi ke-15.   Selain itu, industri pulp and kertas Indonesia banyak dikenai kewajiban sertifikasi.

Saat ini, pemerintah Indonesia mewajibkan penerapan sistem verifikasi dan legalitas kayu (SVLK) dan hal ini mulai menjadi acuan pemain industri nasional.   Ia menjelaskan, pemain industri nasional juga masih perlu memiliki sertifikat lain yang berstandar global. Namun, ada satu sertifikasi yang susah diraih yaitu Forest Stewardship Council (FSC), karena aturannya sangat diskriminatif. FSC menetapkan, hanya perusahaan yang membuka hutan tanaman industri (HTI) sebelum 1994 yang bisa memiliki sertifikat itu, padahal industri HTI nasional baru dimulai setelah 1994.   Petrus Gunarso mengungkapkan, isu deforestasi di Indonesia begitu kental.

Hal ini menyebabkan terbitnya kebijakan pemerintah melalui Inpres No 6 Tahun 2013, yang mengatur tentang moratorium izin hutan alam primer dan lahan gambut. Kondisi tersebut sebenarnya kurang menguntungkan bagi industri kehutanan, mengingat potensi industri kehutanan melalui HTI sangat besar untuk dikembangkan.   

Komitmen
Terkait komitmen perusahaan, Petrus Gunarso menjelaskan, RAPP-APRIL menerapkan Sustainable Forest Management (SMF) untuk mengelola konsesi hutan tanaman industri yang dikelolanya. HTI yang dikelola RAPP diproteksi dan dikonservasi, sehingga dalam jangka panjang tidak akan menimbulkan deforestasi yang selama ini menjadi isu utama di industri kehutanan Tanah Air.

“Kami menggunakan pendekatan high conservation value (HCV) dan high carbon stock (HCS) untuk mengelola HTI secara lestari. Kami sudah menjalankan komitmen ini sejak 2005. Ini untuk melindungi lahan lebih dari 250 ribu ha, serta merestorasi 20 ribu ha lahan gambut di Riau dan 20 ribu ha lainnya di Pulau Padang,” ungkap Petrus. [ID/H-12]

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Pasar Bergeser, Industri Kertas Terus Tumbuh

  1. pengamat
    February 19, 2014 at 4:05 am

    seharusnya industri kertas kapasitasnya harus dibatasi sebab ini hanya akan merusak lingkungan saja. Tidak perlulah kita memasok kebutuhan dunia, cukup kebutuhan Negara kita saja terpenuhi udah cukup itu.

  2. Sugeng
    March 30, 2017 at 8:37 am

    Pemain kertas di Indonesia hanya dua perusahaan , terkadang harga bisa naik seenaknya karena tdk ada kompetitor , bila pabrik kertas dibatasi , harga akan seenaknya naiknya. Seperti diketahui kenaikan harga kertas juga akan mempengaruhi naiknya produk/barang yg menggunakan kemasan kertas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *