Nilai Ekspor Furniture Indonesia Masih Timpang


AMKRI (Asosiasi Mebel Kerajinan Republik Indonesia) melihat ketimpangan nilai ekspor keseluruhan Indonesia terhadap nilai ekspor produk furniture. Nilai ekspor Indonesia mencapai sekitar 155 milyar USD. Sementara nilai ekspor furniture hanya sekitar 1,8 milyar USD. Angka tersebut juga masih sangat timpang dibanding nilai ekspor furniture Tiongkok, yakni 52 milyar USD. Sementara Vietnam, dan Malaysia masing-masing 5,3 milyar dan 2,3 milyar USD. “Ekspor Indonesia hanya sekitar 1,1 persen dari ekspor keseluruhan dunia,” Ketua AMKRI Soenoto mengatakan kepada pers.
 
Ketimpangan semakin kentara, melihat kondisi Vietnam dan Malaysia yang tidak memiliki bahan baku. Kedua negara tersebut juga tidak punya tenaga kerja dengan skill serta kemampuan desain se-baik Indonesia. Sementara posisi Tiongkok menempati posisi pertama dunia dengan capaian nilai ekspornya. “Sehingga tidak alasan untuk kita bekerja lebih keras lagi. Vietnam berhasil menyalib kita. Padahal 10 tahun yang lalu, ekspornya baru mencapai 20 juta US Dolar. Kita tingkatkan daya saing, salah satunya melalui ajang IFEX (Indonesian International Furniture Expo) 2015.”
 
AMKRI sudah menghitung target dan kemungkinan realisasinya. Setiap tahun ekspor harus mencapai target pertumbuhan sampai 20 persen. Kalau kenaikan 20 persen, nilai transaksi sebesar 5 milyar USD bisa tercapai. 20 persen dikali 1,8 milyar USD, dan dikalikan sebanyak empat kali 1,2. Nilainya keseluruhan mencapai 5,18 milyar USD, sesuai dengan target dalam empat tahun ke depan.
 
 IFEX rencananya akan dihadiri oleh sekitar 5.000 calon pembeli. Peserta pameran diperkirakan mencapai sekitar 700 pelaku usaha dari berbagai lapisan. Bahkan jurnalis dari luar negeri yang tergabung dalam satu asosiasi akan berpartisi pada peliputan penyelenggaraan IFEX 2015. “Mulai kemarin (14/7) sudah ada respons positip. Banyak calon pembeli dari luar negeri menyambut IFEX. Mereka lebih antusias. Apalagi, Insya Allah, the next president (Joko Widodo), orang (pengusaha) mebel di Solo.”
Nilai ekspor Indonesia berbanding terbalik dengan pertumbuhan rotan sebagai bahan baku furniture sebesar 73 persen (2012) dan 29,5 persen (2013). Rinciannya; 117,2 juta USD (2011), 202,6 juta USD (2012), 262,4 juta USD (2013). Hal ini tidak lepas dari dampak penutupan kran ekspor bahan baku rotan asal Indonesia. Melihat dua hal tersebut, AMKRI berharap ada pencapaian target dari penyelenggaraan IFEX (Indonesia International Furniture Expo) Maret 2015 mendatang. Dua target yang pantas dikejar yaitu sukses penyelenggaraan IFEX dan sukses pencapaian nilai transaksi. “Target (ekspor) sebesar 5 milyar USD sangat realistis. Kita tidak boleh kalah dari Vietnam. Pameran sangat penting, tapi bukan satu-satunya upaya untuk meningkatkan ekspor.”
 
AMKRI juga berharap, ajang IFEX bisa menyasar emerging market (pasar yang baru tumbuh), yakni Rusia dan Eropah Timur. Respons dan prospek bisnis furniture di Rusia dinilai sangat baik. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, emerging market merambah ke benua lain seperti Timur Tengah. Ada beberapa sponsor atau lembaga baru yang mendukung IFEX 2015. Produk furniture dan handycraft (kerajinan tangan) tidak bisa dianggap sepele. Kendatipun industrinya berskala kecil, tetapi sangat kuat, dan liat menghadapi berbagai krisis dan tantangan. Sektor bisnis furniture menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Hitung-hitungannya, setiap 1 milyar USD transaksi setara dengan serapan 500 ribu tenaga kerja. “Industri ini sangat labour intensive (padat karya).”
 
Pemahaman mengenai industri furniture dalam skala UKM (usaha kecil menengah) sering menimbulkan salah kaprah. Artinya, banyak pelaku usaha melihat industri besar dibandingkan dengan usaha berskala kecil. Industri kecil sesungguhnya punya anatomi sendiri. Pendekatan yang benar, bahwa menumbuh-kembangkan industri kecil tidak harus dengan uang. Tetapi hal yang paling signifikan, yaitu faktor market guarantee dan technical assistance. “Di Cirebon, banyak pebisnis Jepang sudah melakukan budidaya ternak kepiting lunak. Hasilnya, pasarnya sangat terbuka lebar. Di sektor furniture, serupa tapi tak sama. Industri kecil tetapi dengan prospek pasar yang menjanjikan, jauh lebih penting ketimbang industri besar dengan pasar yang kecil dan terbatas.” (Liu)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

13 thoughts on “Nilai Ekspor Furniture Indonesia Masih Timpang

  1. james
    July 17, 2014 at 12:07 am

    Jokowi Presiden pasti akan Meningkat !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *