MENGUNJUNGI KAMBOJA NEGARA YANG TERLUKA (BAG 2)


Diperjalanan menuju hotel saya melihat sawah-sawah dengan padi menguning dimana-mana. Mirip
kayak pedesaan Indo .Barangkali terinspirasi untuk menjadikan kamboja sebagai penghasil beras
terbesar didunia, Khmer merah dibawah pimpinan Polpot , memaksa seluruh penduduk Kamboja tidak
peduli elo dokter,sarjana atau apapun juga untuk turun ke sawah menjadi petani.

Pada tahun 1975 terjadi pengungsian besar-besaran, ibukota Pnompenh dikosongkan seluruh
penduduknya besar kecil, tua muda dipaksa untuk meninggalkan rumahnya dan berjalan kaki selama
berhari-hari ke desa-desa untuk menjadi petani. Kamu bisa bayangkan kekacauannya kalo seluruh
penduduk Jakarta dipaksa untuk mengungsi ke Cianjur,orang yang seumur hidup tidak pernah pegang
pacul sekarang tiba-tiba menjadi petani.

Berikut ini kisah dari salah seorang saksi mata, “Pagi itu, tiba-tiba terdengar suara tembakan diudara.
Truk-truk tentara yang membawa tentara-tentara gerilya Khmer merah memasuki kota Pnompenh.
Mereka menang perang, tentara pemerintah dibawah pimpinan Lot Nol telah digulingkan.Tampang
mereka ini seram-seram, dileher mereka terbelit syal kotak-kotak berwarna merah, kebanyakan mereka
ini hanya bersendal jepit bahkan yg lebih parah ,sandal dari ban bekas.” Amerika mau membom kota
Pnompenh..seluruh kota harus dikosongkan..tanpa perkecualian..” Begitu teriak mereka dari pengeras
suara. Panik dan kekacauan dimana-mana, orang-orang dengan bekal seadanya meninggalkan rumah
mereka berjalan kaki ke pedesaan. Yang menolak akan ditembak mati.

“ Seluruh anggota tentara dan keluarganya diharap melapor dan mencatatkan diri, untuk menyambut
kembalinya raja Norodom Sihonouk. “ Begitu kata mereka. Bisa ditebak ,mereka berbohong seluruh
keluarga militer ini tidak ada satupun yang hidup. Ratusan ribu manusia berjalan kaki berhari-hari
tanpa berhenti. Yang sakit dan mati ditinggalkan begitu saja, tidak heran mayat-mayat manusia terlihat
dimana-mana .

Akhirnya setelah tiba, anak-anak dipaksa untuk pisah dari orang tua mereka dan hidup bersama dalam
satu komunity untuk cuci otak. Semua harus bekerja keras dari jam 4 pagi sampai jam 10 malam,dengan
jatah makanan yang sangat sedikit. Puluhan ribu orang mati kelaparan, walapun mereka berada
ditengah-tengah timbunan padi. Kenapa? Karena padi hasil panen itu bukan untuk makanan rakyat tapi
untuk ditukar dengan senjata yang berasal dari RRC. Orang tua dari teman saya dr. Adam Hy adalah
salah satu korban mereka.

Norodom Sihanouk

Mereka melalui hari —hari mereka dengan terror, setiap hari ada aja yang dijemput dan tidak pernah
kembali lagi. Kesalahan kecil berarti mati. Semua yang beretnis Vietnam,Thai, Champa muslim,
Tionghoa, orang terpelajar,biksu harus dihukum mati. Dan sadisnya untuk menghemat peluru mereka
dibunuh dengan pacul,ujung bambu runcing,kapak yang tidak jarang sudah tumpul sehingga para
korban mengalami kesakitan yang teramat sangat. Anak-anak disuruh untuk mematai-matai orang tua
mereka, tidak ada lagi hubungan keluarga, yang ada hanya cinta terhadap “Angka “( Khmer merah ).

Rouen Sam , salah seorang saksi mata menceritakan ,”Saya ingat waktu itu kita semua disuruh kumpul
disebuah kuil tua. Anak-anak dipaksa duduk dibaris depan dan orang tua dibelakang. Anak-anak ini

terlihat seperti orang tua,karena tulang mereka menonjol disana sini saking kurusnya. Kita seperti
mayat-mayat hidup dengan pandangan mata kosong ,tanpa ekspresi. Tidak ada yang bercanda,
tersenyum bahkan menangis sekalipun,bukan apa kita tidak ada energy untuk itu.

Angka memulai pertemuan dengan memanggil seorang tertuduh yang tangannya terikat
dibelakang.”Siapa yang menghianati Angka harus dihukum mati. Ini adalah contoh bagi kalian .
Barangsiapa yang menunjukkan simpati pada mereka juga akan ikut dihukum mati.” Terus mereka
menyuruh sitertuduh itu untuk berlutut dan mengakui perbuatannya. Namun bukannya takut sang
tertuduh malah berteriak dengan pedih ” Demi Buddha , Saya tidak bersalah. Kenapa kalian lakukan
ini pada saya? Saya bekerja siang dan malam tanpa mengeluh,bahkan sekalipun saya sakit dan hampir
tidak bisa bergerak saya tetap bekerja.Tidak pernah terpikir untuk menghianati Angka. Ini tidak adil.Saya
tidak bersalah Arthmel atsasna(artinya: Komunis membunuh rakyatnya, agama dan nenek moyang)
Kalian bunuh orang tanpa alasan ..Tidak adil…tidak ad.!!” Belum habis kata-katanya seseorang memukul
kepalanya dengan sekop. Dia terjerembab tidak sadar, darah mengucur deras dari kepalanya, sementara
itu badannya mulai berkelocotan. Seorang pria yang berbaju hitam mengambil pisau tajam dan
membelah dada orang itu ,dari dada sampai keperut kemudian memasukkan tangannya mengeluarkan
usus dan liver orang malang itu.

Ketika saya melihat semua ini ,saya menjadi shock dan rasanya seperti buta.Saya merasa dia memukul
saya seperti dia memukul tertuduh yang malang itu.Orang itu mengambil kabel dan mengikat liver dan
usus itu disepedanya. Kemudian dengan santai mengendarai sepedanya meninggalkan jejak darah
manusia disepanjang jalan. Dengan tenang seperti tidak terjadi apa-apa Angka berkata pada kami lewat
microphone “Anak-anak kalian sudah lihatkan? Kalau ada yang kasihan pada musuh yang baru saja mati
itu kalian juga akan dihukum mati sama seperti dia” Saya merasa perasaan saya jadi tumpul, mata saya
mebelalak, apakah ini benar-benar terjadi? Itu bisa terjadi pada saya…..sementara itu diudara tercium
bau amis…bau darah.

Hanya dalam tempo 3 tahun , Khmer merah telah membunuh ¼ dari seluruh penduduk Kamboja. Yaitu
sekitar 2 juta orang. Nyawa manusia dihargai lebih rendah dari binatang, apalagi dengan semboyan
popular mereka “Pelihara kamu tidak ada untungnya, Bunuhin kamu juga tidak ada yang rugi…”

Kenapa bisa terjadi begini? Nah gua ceritakan kamu sejarahnya ya. Cerita gua ini berdasarkan kisah
yang diceritakan oleh orang-orang yang saya wawancarai di Kamboja. Bermula pada tahun 1970, ketika
Raja Norodom Sihanouk di kudeta oleh jendralnya sendiri yaitu Lot Nol. Jendral Lot Nol ini diback up
oleh Amerika, otomatis Sihanouk meminta perlindungan ke saingan Amerika waktu itu yaitu RRC. Pada
waktu itu diperbatasan Thailand ada sekelompok organisasi gerilya komunis dibawah pimpinan Polpot
yang bernama Khmer merah. Sihanouk mengira dia bisa menggunakan kelompok ini untuk menyerang
musuhnya.Dia mengeluarkan maklumat meminta rakyat yang setia padanya untuk pergi keperbatasan
Thailand dan bergabung dengan Khmer merah. Percaya akan ucapan rajanya,berbondong-bondonglah
rakyat bergabung dan mendukung partai komunis ini. Dalam sekejap Khmer merah menjadi kuat dan
akhirnya mereka bisa memenangkan peperangan terhadap Lot Nol setelah melakukan perang gerilya
selama 5 tahun. April 1975 Khmer merah memasuki ibukota Pnompenh dengan pawai kemenangan.
Mereka disambut dengan meriah oleh rakyat, yang lega karena akhirnya perang saudara berakhir

juga.

Ternyata mereka salah, ini bukan akhir tapi merupakan awal dari tragedi yang panjang. Dalam sekejap
komunis menunjukkan muka aslinya, mereka mememerintahkan supaya ibukota dikosongkan karena
akan dibom oleh Amerika. Dan terjadilah seperti cerita saya diatas.Gua rasa sich Sihanouk pasti shock
senjata makan tuan. Khmer merah ternyata bukan orang bodoh yang gampang diperalat, setelah
mendapat kekuasaan mereka malah memenjarakan Sihanouk dikediamannya sendiri di Pnompenh.

Otaknya siapa? Tidak ada yang tahu karena tokoh misterius ini hanya dikenal dengan nama “Brother
no 1 “ Yang tidak lain adalah Polpot,seorang bekas guru sekolah yang mendapat ide komunis ini dari

Polpot

Perancis. Dengan diinspirasikan oleh “Revolusi kebudayaan di Tiongkok “ dia melakukan hal yang serupa
di Kamboja.Biksu-biksu dibunuh ,vihara-vihara ditutup dan dibakar,orang terpelajar disuruh menjadi
petani. Anak-anak dipisahin dari orang tua mereka. Untungnya nech tidak lama, Vietnam Utara masuk
dan menyerang Angka. Khmer merah kalah pada tahun 1979.

Tiba-tiba gua terkesiap, kok rasa-rasanya sejarah Kamboja ini agak mirip-mirip dengan sejarah negara
kita ya? Jendral Lot Nol kayak pak Harto yang didukung oleh Amerika melawan PKI. Adapun bung
Karno,bapak bangsa seperti Norodom Sihanouk yang agak condong ke kiri ( komunis ) karena ndak suka
ama Amerika. Untungnya beliau tidak sampai mengeluarkan seruan pada rakyat untuk turun tangan
membantu komunis. Saya kira dengan charisma seperti bung Karno apabila dia menyerukan seluruh
rakyat untuk berpihak pada komunis , sejarah akan berbicara lain.

Dan melihat contoh “Culture revolution” di Tiongkok dan “Killing fields “ di Kamboja, saya kira Indonesia
tidak mustahil akan mengalami nasib yang sama. Eh..gua bukannya menjelekkan RRC loh ya..,tapi
tidak bisa disangkali bahwa garis kebijaksanaan politik komunis RRC pada tahun-tahun tsb totally
berbeda dengan sekarang . Suatu kesalahan besar yang mengakibatkan Tiongkok mundur ratusan

Sobron Aidit

tahun.Yang juga diakui oleh pemerintah RRC walau tidak resmi dengan mendeklarasikan bahwa tokoh-
tokoh “Culture revolution “ ini adalah kriminal. Termasuk Chian jing “ (istri chairman Mao )

Saya juga ikut bersimpati dengan orang-orang yang tidak bersalah yang terkena imbasnya kayak pak
Sobron Aidit di perancis. Tapi saya juga tidak bisa bayangkan bagaimana kondisi negeri kita kalau
dikuasai oleh komunis. Barangkali kalau pak Harto tidak turun tangan waktu itu, saya dan kamu
mungkin tidak akan berada di Amerika. Kali kita sedang dalam perjalanan pulang menanam padi
disawah dengan tubuh kurus kering,kalo masih hidup.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *