“Bawa kue kering ya ke Amerika.” Sahut mama Ahok. Saya sebenarnya agak sungkan. Sudah dijamu makan, nginap dirumahnya, malah mau dioleh olehin kue kering yang biasanya dijual di gallery mereka. Saya sudah hampir menolak karena sungkan.Tapi saya sadar itu bisa diartikan tidak menghargai, jadi saya mengangguk aja sambil tersenyum. “Harus dicoba pak, kue bikinan kita terkenal enak lho.” Sahut pembantunya. Saya mengangguk sambil tersenyum. Akan lebih laris lagi kalau gambar kue coklat ini gambar Ahok. “Iya saya bagi untuk teman teman simpatisan Ahok di LA, sebagai tanda terimakasih mama ahok.”
Tidak lama Nicholas muncul , entah dia datang darimana. Celananya berloreng loreng,rupanya celana berburu. Rambutnya agak panjang dan tidak disisir, tapi tidak menyembunyikan kegantengannya yang menjadi idola gadis gadis remaja. Setelah berbasi basi sejenak, “Niko om Butce interview kamu boleh…?” Dia tersenyum dan mengangguk. “Nikcholas kita dimana nech? “ tanya saya membuka pembicaraan. “Dirumah keluarga di Belitung.” Rupanya dia sudah hampir 10 hari Belitung dan sangat enjoy tinggal disana. “Kenapa ? “ tanya saya.“ Banyak alamnya, bisa berburu pakai air gun ,juga untuk mancing!” Kata Niko. Selama di sana Niko suka berburu bajing dan nangkap ikan. Annyang sekretaris Harry membenarkan, “Wah kalo si Niko setiap jam 5 pagi berangkat ke pantai, ditemani neneknya dan Daud. Dia kalau pergi maunya selalu ke pantai di bukit batu.”
Sementara itu omanya sudah gelisah,pesawat jam 4.30 sore. Perjalanan 1 jam, tapi sudah jam 3 pm cucu cucunya masih santai santai aja. Malah si Daud lagi kejar kejar kucing. “Kamu bikin apa sayang..” tanya saya pengen tahu. Si Daud lagi kejar kejar kucing liar, yang tampak kurus dan stress ketakutan. “Kucingnya belum makan..” kata Daud . Sementara si Niko kembali ke kamarnya yang ber AC dan main game. “Kamu orang belum siap siap kah..” kata omanya. Walaupun gelisah tapi dia selalu tampak tenang.”Mungkin Daud mau nemanin om Butce 1 malam disini lagi..” sahut saya. Sementara itu para pembantu sedang bungkus hampir 10 dos kecil ,yang saya kira berisi makanan dari Belitung. Kayaknya bawaannya banyak banget. Akhirnya saya bantuin angkat kopor termasuk kardus kardus kecilnya di mobil vannya. Setelah semuanya rapih,baru sadar kalo si Daud masih pakai celana kolornya. “Hah..celananya ada dalam kopor..” kita semua ketawa. “Ayo turunin lagi..” sahut saya sambil mengambil kopor besar yang berada ditumpukan paling bawah. “Ayo foto sekali lagi sebelum jalan . “ sahut saya pada Niko dan Daud.( Butce / IM )