Mengabadikan jasa kapitan pertama Bagansiapiapi


Mengabadikan jasa kapitan pertama Bagansiapiapi

dilaporkan: Setiawan Liu

Bagansiapiapi, 19 Juli 2022/Indonesia Media – Generasi ke 5 Letnan Oei Hi Tam (Kapitan pertama Bagansiapiapi; 1876 – 1922) melihat jasa-jasa Oei masih sangat relevan dengan perkembangan Bagansiapiapi, Prov. Riau termasuk sector kesehatan masyarakat, pendidikan, perbankan. Peringatan 100 tahun wafatnya Oei Hi Tam pada 21 Maret 2022 yang lalu dihadiri para tokoh masyarakat dan para pejabat kab. Bagansiapiapi, sambil mengenang jasa-jasanya. “Saya generasi ke 5 Letnan Oei Hi Tam. Bagi kami, beliau punya jasa kemasyarakatan, kesehatan masyarakat, pendidikan. Misalkan pembangunan klinik dr. RM Pratomo yang masih eksis berdiri melayani masyarakat sampai sekarang. Kliniknya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. RM Pratomo Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau,” generasi ke 5 Oei, Kartono Huang mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telepon.

 

Setelah meninggal thn 1922, asset tanah, bangunan, alat-alat kesehatan dihibahkan kpd Dr. RM Pratomo. Belakangan ini, keluarga Pratomo menghibahkan kepada pemerintah kabupaten Rokan Hilir, Riau. Jasa Oei Hi Tam termasuk di bidang pendidikan, yakni membangun sekolah King chung.

 

Letnan Oei Hi Tam lahir di Bengkalis pada tahun 1876, terlahir dengan nama Oei Koen Poey yang merupakan anak dari Mayor Bengkalis bernama Oei Leong Tan pada tahun 1871. Oei Leong Tan saat itu datang ke Bagansiapiapi atas undangan Sultan Siak Sultan Syarif untuk membangun sebuah kota untuk menyaingi Deli yang semakin maju. Oei Leong Tan kemudian membangun sejumlah ruko dan menjadikan Bagansiapiapi sebagai pusat ekonomi dari Kesultanan Siak. “Bank Bagan Madjoe merupakan cikal bakal BRI. Kalau nasabah buka rekening di BRI cab. Bagansiapi, kode 002. Artinya BRI di Bagansiapiapi merupakan cabang kedua di Indonesia. Hal ini pertanda, perputaran uang tinggi pada saat Oei masih ada,” kata Kartono Huang.

 

Pada masa pemerintahan colonial Belanda, Oei sempat membangun dan mengelola perusahaan garam sekitar tahun 1920. Sebagaimana Bagansiapiapi merupakan kota penghasil ikan terbesar kedua di dunia pada saat itu. Tetapi karena belum ada pabrik es untuk pengawetan ikan, para pembudidaya dan nelayan memanfaatkan garam. Sebagian juga membuat ikan asin. Belanda mengambil alih perusahaan garam milik Oei Hi Tam. “Alasannya, dia kan (mengelola perusahaan garam) secara pribadi. Belanda punya ‘kaki’ (mata mata) yang juga orang Tionghoa,” kata Kartono.

 

Belanda, melalui mata matanya sudah mulai tidak suka dengan gerakan dan usaha Oei pada saat itu. Sehingga upaya ambil alih perusahaan garam tak terelakkan. Perusahaan terbakar, termasuk rumah Oei.  Oei sempat mendapat julukan raja garam pada 1920-an. Ia juga menguasai perdagangan garam sebelum mengalami bencana kebakaran. “Dua tahun setelah asset perusahaan terbakar, dia pindah ke villa. Usia villa tersebut sudah satu abad, dan masih eksis berdiri. Saya dan keluarga yang menempati untuk tetap mengenang jasa leluhur kami,” kata Kartono. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *