MELIHAT ORANG UTAN DI BORNEO(bag 1 )


Setelah melalui perjalanan dengan mobil selama 5 jam dari Kuching(Serawak ), akhirnya kita
tiba juga dipinggir sungai. Disana sudah menanti motor boat yang akan membawa kita ke
Kabin kita yang terletak di tengah hutan. Karena waktu sudah sore, kita lansung safari melihat
monyet-monyet yang berhidung panjang. Peserta tournya cuman 2 orang saya dan Clyde, yang
tinggal di Long beach. Adapun tour leader kita orang bule, namanya Steve. Dia menikah dengan
orang Tionghoa Malaysia yang bernama Winny.

Terpesona,Oh how beautiful.your...

Saya melihat air keruh yang kecoklatan,dikanan kiri ditumbuhi dengan pohon bakau dan pohon-
pohon yang tinggi . Saya bayangin buaya-buaya yang berenang diam-diam dalam air sungai
itu.”Look ..” Teriak Steve menunjuk pada puncak pohon . Sipengemudi perahu menghentikan
motornya,membiarkan kita menikmati monyet-monyet yang bermain dengan cueknya diatas
pohon. Sementara itu ada beberapa burung langka yang disebut Hornbill..terbang melintas
diatas kepala kita.

Karena agak jauh saya ndak bisa melihat dengan jelas, beruntung Clyde membawa kamera
dengan lensa panjang sehingga dia bisa mengambil beberapa foto menarik dari monyet-
monyet tersebut. Kalau diperhatikan lebih seksama , monyet-monyet ini seakan mempunyai
kepribadian masing-masing. Ada monyet genit yang matanya kayak pakai mascara dan bergerak
dengan sangat anggung, saya juluki dia si raden ayu. Ada monyet betina yang suka lihat
pantat lawan jenisnya.Kayaknya dia terpesona gitu..yang dipandang juga rasanya sadar akan
kelebihannya pantatnya sengaja digoyang-goyangin. Tiba-tiba dari dahan paling atas,meloncat
turun seekor monyet betina dengan anaknya. Si anak mengintip ingin tahu barangkali pikirnya
heran, monyet-monyet dibawa kok tidak ada bulunya ya? He..he..

Akhirnya kita dapati monyet yang kita cari, monyet bulek yang berhidung panjang. Monyet ini
duduk dengan santainya diatas puncak pohon. Setelah puas memotret monyet —monyet itu,kita
balik pulang ke penginapan kita, kabin-kabin kayu yang terletak dipinggir sungai.

Saya bergegas membuka pintu kamar kabin kita, rasanya sudah ndak sabar untuk mandi.
Ternyata di tengah hutan Kalimantan ini, bukannya sejuk malah semakin gerah. Badan gua
basah dengan keringat, baju kaos rasanya lengket di badan. Tiba-tiba saya hampir loncat saking
kagetnya, ada lipan raksasa sebesar 20 cm berjalan keluar dengan tenang dari bawah tempat
tidur saya. “Hah ..jangan —jangan masih ada lagi …”Saya ambil kayu kecil dan korek-korek di
bawah kolong tempat tidur saya. Untungnya sudah tidak ada binatang lagi.

Kabin saya sangat sederhana, cuma kamar kayu yang dibangun diatas rumah panggung, yang
terletak dipinggir sungai. DIdalamnya hanya ada 2 tempat tidur dengan kasur tipis yang
ditutupi dengan kelambu. Sebuah meja tua dan sebuah lemari kayu. Untungnya showernya

lumayan, walaupun sederhana kamar mandinya cukup bersih.

SI RADEN AYU ,Eye shadownya alami loh

“Don’t open the window. ” Sahut Steve memperingatkan. Emang sich make sense, bayangin
aja ditengah hutan rimbung yang gelap. Sedangkan kamar kita paling terang pasti aja semua
serangga pada terbang ke tempat kita. Dan benar aja tiba-tiba..”Brak..brak…brak ” waduh
kumbang-kumbang raksasa hitam pada nabrak jendela dan pintu. Kumbang —kumbang ini
mengeluarkan bunyi aneh..”tzek..tzek..tzek…”

Untuk dinner kita harus ke serambi utama, yang dihubungkan dengan jembatan kayu dari
kabin kita kesana. Pelan-pelan saya buka pintu rumah kita ,saya benar-benar kaget karena
didepan serambi rumah kita lantainya sudah penuh ditutupi dengan kumbang hitam. Elo
pernah lihat film mummi dimana ada ribuan kumbang hitam ? Atau kalo elo naik ride di
Universal studio ada movie effext di return of the mummy, tapi kali ini kumbangnya benar-
benar ada… Saya sich ndak pernah takut ama insect, tapi melihat ribuan kumbang,lumayan
keder. Setelah meloncat kesana-sini saya bisa juga ke rumah induk untuk makan malam.
Rupanya tamunya hanya 5 orang 4 bule dan saya sendiri.

Besoknya kita mulai safari dengan berjalan kaki menerobos hutan mencari jejak orang hutan
dan gajah pigmy(kerdil ). Kita beberapa kali menjumpai sarang orang hutan yang terletak
dipuncak-puncak pohon tinggi. Rupanya mereka suka merangkai ranting-ranting dan membuat
kayak tempat tidur gantung jauh diatas puncak —puncak pohon. Sayangnya kita tidak melihat
satu ekorpun orang hutan.

Tiba-tiba saya merasa perut saya seperti dicubit, otomatis saya meraba kesana dan mendapati
ada 5 lintah dibadan saya. Saya baru sadar bahwa lintah juga ternyata ada di ranting-ranting
kecil yang kita lewati. Rupanya lintah di hutan ini bukan hidup dilumpur aja,mereka bisa
hidup di ranting-ranting pohon kecil. Lintah ini kayak alien, begitu dia melihat korbannya
datang,mereka bisa loncat naik keatas ranting-ranting dan bisa berdiri diatas daun. Begitu kita
lewat dan menyentuh daun itu dia lansung loncat ke badan kita. “Oups…”Plak..plak gua matiin
2 ekor algi yang hinggap dileher dan belakang telinga gua,terus gua plistas dengan jari saking
gemasnya. Namun walaupun sudah ndak ada lintah,bekas gigitannya tetap mengeluarkand
arah,rupanya dia mengeluarkan sejenis enzim yang membuat darah kita ndak beku.

MAMA..ADA ORANG TIDAK BERBULU

Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 3 jam, kita berhenti dan mengaso di pinggir sebuah
danau kecil . Airnya kehijauan dan rupanya cukup banyak ikan. Pemandangannya indah
sekali, bayangin telaga hijau di tengah hutan. Ndak heran banyak burung yang membuat
sarang disekitar telaga ini. Termasuk burung Hornbill yang merupakan symbol dari kota
Serawak.”Haok..haok…” Sepasang hornbill terbang dengan indahnya diatas telaga seakan-akan
nunjukin..”Ini rumah gua.loh .”

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *