Media ATL, BTL untuk Kegiatan Kampanye Antikorupsi 


Media ATL, BTL untuk Kegiatan Kampanye Antikorupsi 

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 20 Agustus 2021/Indonesia Media – Plt Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Wawan Wardana menilai penggunaan istilah yang popular pada management pemasaran dan bisnis, yakni above the line (ATL) dan below the line (BTL) relevan dengan pencegahan korupsi. “(istilah ATL/BTL) bisa juga untuk kampanye antikorupsi. Karena kegiatan (kampanye), ada yang menggunakan media elektronik, online, (yaitu) ATL, tapi ada juga kampanye secara offline dan temu langsung masyarakat,” Wawan Wardana mengatakan kepada Redaksi.

Media promosi melalui media iklan ATL dan BTL merupakan sarana yang digunakan untuk memperkenalkan produk dan eksistensi produk sehingga dapat lebih dikenal masyarakat lebih luas. ATL adalah strategi promosi yang digunakan oleh manajemen marketing sebagai upaya membentuk brand image dari suatu produk. Sedangkan BTL lebih digunakan oleh pihak pengecer untuk menarik konsumen supaya menggunakan atau membeli produk, contohnya program marketing dengan pemberian diskon dan uji coba gratis. “Kami menerapkan kampanye dengan keduanya (media) dan sama-sama efektif. Beberapa hari yang lalu, kami membagikan masker dengan logo KPK kepada penumpang bus JakLingko. Artinya kami temui orang-orang, ini (media) BTL,” kata Wawan Wardana.

Temuan terkini terkait dengan nilai–nilai anti korupsi di desa, ternyata lebih rendah dibanding perkotaan, seperti Jakarta. Sehingga KPK menilai perlunya peningkatan kampanye di desa. Dengan segala keterbatasan, terutama tenaga kampanye, KPK akan berkolaborasi dengan berbagai lembaga dan kementerian. Pada semester II/2021, KPK sudah berkolaborasi dengan Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Sebagaimana beberapa BUMN termasuk Bank Mandiri, BNI, BRI sampai pedesaan. Selain, kolaborasi dengan Kementerian Dalam Negeri yang membuka unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). “Sehingga seluruh potensi, kolaborasi akan dioptimalkan. Kalau di desa, kita bisa kampanye lewat televisi. Tapi dengan PTSP, orang desa sepertinya nggak setahun sekali. Sehingga kami menggunakan sarana pasar-pasar tradisional dengan spanduk, baliho. Strategi kampanye di desa, media BTL masih dibutuhkan,” kata Wawan Wardana. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *