Masjid Jama, Peninggalan Raja Shah Jahan


INDIA – Patut diacungi jempol memang negara yang satu ini, begitu banyaknya cerita
warisan sejarah dari abad lampau yang sampai saat ini masih terlihat indah, seperti
indahnya masjid terbesar yang satu ini. Kalau Indonesia punya Masjid Istiqlal, maka
India punya Masjid Jama yang sangat terkenal, tidak hanya sebagai tempat ibadah saja
tapi juga karena berasal dari sejarah masa abad pertengahan yang termashyur, Raja Shah
Jahan pada tahun 1644, yang mana pembangunan masjid ini baru disempurnakan setelah
14 tahun kemudian yaitu pada tahun 1658.

Setelah Agra dengan Taj Mahalnya, maka Masjid Jama ini merupakan monumen terakhir
yang didirikannya, sebelum akhirnya beliau mengembuskan nafas terakhirnya. Lokasi
bedirinya Masjid Terindah dan Terbesar di India ini tak jauh dari The Red Fort, sekitar
2 km sebelah barat, tepatnya disisi jalan Chadni Chowk yang merupakan jalan umum
yang ramai dengan hiruk-pikuk aktivitas warga Old Delhi. Sedang Old Delhi atau Chadni
Chowk sendiri berada tak jauh, kira-kira 3 km dari pusat kota Delhi yang terletak di
Connaugh Place di daerah Rajiv Chowk, bisa menggunakan jasa transportasi seperti
autoricksaw (sejenis bajaj) ataupun Metro Railway Station (sejenis monorel).

Masjid Jama atau disebut juga Masjid I-JAHAN-NUMA dalam bahasa Persia yang
artinya Masjid Cermin Dunia, ini pembangunannya dikerjakan oleh sekitar lima ribu
pekerja dalam kurun waktu 6 tahun. Konon menelan biaya sekitar 10 lakhs rupee atau
setara dengan 1 juta rupee, semua biaya pembangunan tersebut berasal dari kekaisaran
Mughal.

Tak berhenti disitu saja, Shah Jahan juga mendirikan Masjid Utama di Ajmer, Agra dan
Lahore. Tapi yang paling terkenal adalah Masjid Jama ini. Secara keseluruhan, baik
denah ataupun struktur bangunan, Masjid Jama ini punya kemiripan dengan Masjid
Fathepuri Sikhri yang berada tak jauh dari Masjid Jama. Hanya saja Masjid Jama punya
ukuran dan luas lebih besar dari pada Fathepuri Shikri.

Masjid yang punya daya tampung 2.500 jemaah ini tak hanya ramai dikunjungi
oleh wisatawan lokal, wisatawan asing pun nampak antre untuk masuk mengagumi
kemegahan masjid ini. Masuk pun tak boleh sembarangan. Masjid ini punya ketentuan
tersendiri bagi para pengunjungnya, terutama dalam hal berpakaian dan waktu
berkunjung. Dalam segi pakaian semua pengunjung harus menutup aurat, misalnya bagi
kaum pria harus memakai celana panjang dan tentunya bagi kaum perempuan diharuskan
tertutup minimal dari batas leher sampai ke bawah mata kaki. Tapi jangan khawatir bagi
Anda yang berkunjung dengan memakai pakaian yang tak seharusnya, karena pihak
pengurus masjid menyediakan kain penutup aurat berupa sarung untuk pria, dan kain
jubah untuk pengunjung perempuan.

Dan sebagaimana ketentuan di setiap tempat ibadah pada umumnya, setiap pengunjung,
baik wisatawan ataupun umat diharuskan melepas alas kaki. Tak perlu khawatir, di
Masjid Jama ini terdapat penitipan alas kaki. Begitu juga dengan waktu berkunjung,
masjid ini memiliki ketentuan berkunjung bagi Non-Muslim, yaitu biasanya diluar

waktu-waktu ibadah Sholat, selepas Shubuh sampai pukul 12.00 waktu Sholat Dzuhur
tiba. Dilanjutkan selepas waktu Dzuhur hingga waktu sholat Ashar setempat. Dari pukul
5 sampai pukul 7, selepas pukul 7 malam pengunjung dilarang masuk khususnya Non-
Muslim, ini diisyaratkan untuk menghormati waktu ibadah umat Islam.

Nama lain dari Masjid Jama adalah Masjid Jami (Jami berarti Jumat). Nama masjid
ini diambil dari nama hari Jumat, dimana pada setiap hari Jumat tiba, masjid ini selalu
dipenuhi jamaah laki-laki yang diwajibkan datang untuk beribadah sholat Jumat.
Kebetulan sekali kami berkunjung bertepatan dengan hari Jumat, suasana sejak pagi
sudah sangat ramai dengan pengunjung, baik wisatawan atau umat muslim yang akan
melaksanakan sholat Jumat.

Berbeda sekali dengan suasana di lorong-lorong sebelah utara masjid ini, tepatnya di
sisi-sisi jalan Chadni Chowk, yang merupakan kawasan perbelanjaan, yang konon dulu
merupakan kawasan perbelanjaan yang mewah dan cantik. Tapi seiring waktu dan
kebiasaan masyarakat sekitar yang tidak memelihara kebersihan, kawasan ini menjadi
padat dan sangat kumuh. Kebanyakan dari mereka menutup aktivitas bisnisnya pada hari
Jum’at, walau tak sedikit pula ada toko-toko yang buka setelah waktu sholat Jumat.

Ketika hari mulai beranjak siang dan mulai masuk waktu sholat Jumat, nampak sekali
umat Muslim yang mulai berdatangan dari segala penjuru arah, terlihat dari pintu
utara masjid yang mempunyai 39 anak tangga, 33 anak tangga di pintu selatan dan
dari timur dengan 35 anak tangga yang konon merupakan pintu khusus bagi keluarga
kerajaan. Uniknya, sekarang ini anak tangga tersebut digunakan untuk para pedagang
dan pengamen bahkan pengemis jalanan. Dan selepas petang hari, anak tangga pada
pintu timur di sulap menjadi bazaar ternak khususnya ayam dan burung yang tak sedikit
peminatnya.

Masjid yang memiliki batu bata sebagai elemen penting dari bangunannya ini dihadapkan
ke barat, dengan panjang 80 meter dan lebarnya 27 meter juga dengan keberadaan
teras-teras yang terletak di timur, selatan dan utara. Masjid ini juga mempunyai 3 pintu
gerbang, dimana setiap pintu gerbang memiliki sebuah menara. Masjid ini banyak
memiliki keistimewaan, antara lain, masjid ini mempunyai 2 menara utama (tempat
muadzin mengumandangkan adzan) dengan ketinggian 41 meter. Dengan menaiki
135 anak tangga yang terbuat dari pualam hitam dan batu bata ini pengunjung diajak
menikmati secara garis besar kota Old Delhi ini dari puncak menara, nampak pula
bentangan benteng merah di sudut utara menara ini.

Pada bagian atap masjid ini juga terdapat 3 buah kubah berukuran sangat besar, kubah
ini dihiasi dengan pualam hitam dan putih yang bagian atasnya berhiaskan emas. Masih
di dalam kompleks masjid ini, terdapat beberapa pintu akses menuju kota, antara lain
Khasmiri Gate, Delhi Gate, Ajmeri Gate, Turkman Gate, dan pintu-pintu ini merupakan
sebagian dari 14 pintu yang semula ada di tembok kota Shahjahanabad.

Untuk menengok keberadaan masjid ini memang tak merogoh kocek banyak, tidak
ada pungutan untuk sekadar masuk dan melihat masjid ini, tapi bagi pengunjung yang

membawa kamera dan sejenisnya akan dikenakan biaya sebesar 200 rupee, dan untuk
bisa naik ke 2 menara utama Masjid Jama ini dikenakan administrasi sebesar 100 rupee
per kepala.

Tidak hanya wisata pengetahuan, selepas lelah mengunjungi Masjid Jama ini,
pengunjung dapat menikmati wisata kuliner, yang biasanya menyuguhkan menu-menu
andalan berupa kambing, ayam dan kuliner non-vegetarian menarik lainnya. Dan di sudut
gang, di bazaar ini terdapat Kareem’s Resto yang tampaknya menjadi ikon kuliner di Old
Delhi ini. Soal rasa dan kualitas restoran ini kami sempatkan untuk mencicipinya dan
jangan ditanya, Anda dijamin tidak menyesal datang sendiri untuk menikmatinya. (Zee/
Kompas?IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *