Mantan pejuang pertempuran 10 November hidup menderita


Tidak semua mantan pejuang kemerdekaan bisa hidup secara layak dan berkecukupan. Di Nganjuk, Jawa Timur, seorang veteran Pertempuran 10 November 1945 hidup renta, bekerja sebagai penjual bunga untuk menyambung hidup.

Nasib mengenaskan itu menimpa Tarmidi (81) warga Desa Waung, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dia merupakan mantan pasukan inti dari Batalyon 131 Surabaya.

Di rumahnya yang sangat sederhana, dia harus merawat istrinya yang menderita stroke. Uang pensiun yang dia dapat dari pemerintah senilai Rp1,1 juta setiap bulannya, tidak pernah mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini.

Selain harus rutin meriksakan dan membelikan obat hingga ratusan ribu rupiah perbulannya untuk sang istri, Tarmidi juga harus memperbaiki rumahnya yang nyaris roboh. Namun, untuk yang pertamalah uangnya banyak dihabiskan.

Baginya, berjuang menyambung hidup sehari-sehari, dan mengusahakan kesembuhan sang istri yang utama. Sedang ketakutan tinggal di dalam rumah reot sudah tidak dipikirkannya lagi.

Sejak 68 tahun yang lalu, dia biasa hidup di bawah ketakutan akan kembali dijajah. Tepatnya setelah proklamasi 17 Agustus 1945, dia mulai bergabung dengan pasukan inti Batalyon 131 Surabaya atau yang sekarang berganti nama menjadi Rider 500.

Dalam kesatuan itu, Tarmidi aktif bertempur melawan agresi pasukan sekutu mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Kediri hingga Trenggalek. Setelah Tentara Republik Indonesia (TRI) berganti nama menjadi TNI, Tarmidi sebenarnya ingin kembali bergabung di dalamnya.

Namun, karena saat itu akan ditempatkan di luar Jawa, dia akhirnya memilih kembali ke masyarakat menjadi warga biasa. Pertaruhan nyawa dan jerih payah Tarmidi bersama pejuang lainnya tidak sia-sia. Karena pasukan sekutu akhirnya hengkang dan mengakui kemerdekaan Indonesia.

Namun kini, saat jutaan warga negeri ini sudah bisa hidup layak dan berkecukupan, Tarmidi sendiri yang masih harus berjuang mempertahankan hidupnya dan hidup istrinya yang sedang terbaring lemah tanpa perawatan medis di rumahnya.

Meski begitu, pahlawan yang terlupakan ini mengaku ikhlas dengan perjuangan yang sudah dilakukannya. Dia mengaku, dengan berjualan bunga dirinya bisa memiliki uang lebih.

Namun begitu, dia berharap kelak bisa membawa istrinya pergi berobat ke rumah sakit dan memperbaiki rumahnya. Dia berharap, rintihannya dapat didengar.

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *