MAHITALA UNPAR SUKSES MELENGKAPI PENDAKIAN 7 PUNCAK DUNIA


Frans dan Sofyan yang akhirnya mencapai puncak Everest bersama-sama

Alaska, July 9, 2011 / Indonesia Media . Perjuangan Bangsa Indonesia dalam mencapai atap-atap tinggi di
dunia akhirnya membuahkan hasil yang amat membanggakan. Lewat empat pendakinya yang tergabung
dalam kelompok pencinta alam Mahitala Unpar, Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery
Andrew Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22) akhirnya berhasil menapaki puncak tertinggi di Benua
Amerika Utara yaitu Denali (6.194 meter di atas permukaan laut). Dan dari mereka berempatlah gelar The
Seven Summiters dipersembahkan bagi untuk pertama kalinya bagi Bangsa Indonesia.

Pendakian menuju Puncak Denali bukanlah perkara yang mudah. Menurut Sofyan, Denali memiliki
cuaca yang tidak bisa diprediksi karena sangat cepat untuk berubah. Ketiadaan tenaga angkut atau
porter membuat tim harus mengangkut perbekalannya sendiri-sendiri. Dengan sistem Himalayan Tactic
atau sistem turun naik, 4 anggota tim yang tergabung dalam tim Indonesia Seven Summits Expedition
Mahitala Unpar (ISSEMU) seringkali harus berjalan bolak balik dari camp ke camp untuk mengangkut
perbekalan dalam 2 kali sorti.

Perjalanan menuju Puncak Denali dimulai dari Base Camp Denali di ketinggian 2.225 mdpl atau lebih

Puncak Carstenz Pyramid yang berhasil didaki oleh TIM ISSEMU, menggenapi rangkaian 8 puncak lainnya di jajaran pegunungan Sudir

di kenal dengan nama South East Fork (SE Fork). Tim ISSEMU mencapai SE Fork (24/6) yang terletak
di padang salju Kahiltna dengan menggunakan pesawat tipe Fokker yang diberangkatkan dari Talkeetna.
Sebuah kota persinggahan terakhir yang kerap dikunjungi oleh para pendaki Denali. Dari SE Fork, Tim
ISSEMU memutuskan untuk membawa seluruh perlengkapan mereka menuju Camp 1 (2.407 mdpl).
Perjalanan dimulai pada pk 23.40 waktu setempat (24/6) atau pk 14.40 wib (25/6) dan tiba di Camp
1 pada pk 06.15 waktu setempat (25/6) atau 21.15 wib (25/6). Ekspedisi Denali kali ini, tim ISSEMU
tidak membutuhkan bantuan alat penerangan karena pada musim pendakian kali ini matahari selalu
menunjukkan kegarangannya di Alaska.

Hambatan Cuaca Buruk

Komunikasi dengan Tim pendaki ISSEMU dilakukan dengan berbagai cara. Tim pendaki ISSEMU
dibekali telepon satelit yang berfungsi untuk menelepon dan mengirimkan sms langsung kepada tim
pendukung di Bandung. Mereka juga membawa notebook yang berfungsi untuk mengirimkan gambar
dan cerita pendek. Selain satphone dan notebook, tim pendaki melengkapi peralatan komunikasi dengan
sebuah Global Positioning System (GPS) dengan satellite communicator sehingga pergerakan mereka
hari ke hari dapat dipantau melalui sebuah website. Selain itu dengan peralatan tersebut, mereka bisa

Brury di Puncak Everest, Brury merupakan pendaki pertama dari ISSEMu yang mencapai Everest dan merupakan pendaki tercepat ke 5

mengirimkan posisi terakhir berikut dengan pesan singkat ke jejaring sosial Facebook dan Twitter.
Melalui semua peralatan komunikasi itulah tim pendaki kerap mengabarkan bahwa cuaca mulai tidak
bersahabat lepas dari SE Fork. Pada tanggal 27 Juni 2011, semua pendakian di Denali dihentikan karena
cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Baru keesokan harinya (28/6) tim pendaki ISSEMU mulai bergerak
dari Camp 1 menuju Camp 2 (3.048 mdpl) untuk melaksanakan pengangkutan sorti pertama. Memalui
keputusan singkat yang dibuat oleh Matthew Emnt, seorang pemandu dari Alpine Ascents International
(AAI), jumlah camp pendakian yang semula direncanakan 5 buah akhirnya harus dipotong menjadi 4
buah camp saja untuk menuju puncak dengan jarak antar camp yang semakin jauh dibanding perencanaan
semula.

Dengan pergerakan yang perlahan-lahan namun pasti, tim bergerak dari camp ke camp untuk terus
menambah ketinggian di tengah hujan salju, kabut tebal, dan angin kencang. Kendati dengan perjalanan
yang amat melelahkan karena buruknya cuaca, akhirnya dapat dilaporkan bahwa tim pendaki ISSEMU
telah berhasil mencapai Camp 3 (4.267 mdpl). Menurut pemantauan tim pendukung ISSEMU bahwa
tingkat kesulitan pada pendakian Denali akan dimulai dari sini. Perjalanan dari Camp 3 menuju Camp 4
sangatlah curam. Tim pendaki harus melalui medan dengan kemiringan antara 44-50 derajat dan medan
yang bervariasi antara es dan salju ditambah dengan cuaca yang buruk. Pada titik ketinggian tertentu,
pendakian harus dibantu dengan penggunaan tali yang sudah disediakan (fixed rope).

Menyelesaikan 7 Summits Pada Tanggal 7 bulan 7

Di Puncak Vinson Massif, pertama kalinya untuk bangsa Indonesia

Melalui telp satelit, Sofyan mengabarkan bahwa perpindahan logistik pendakian menuju Camp 4 (5.242
mdpl) telah selesai (6/7). Ini menandakan bahwa inilah saatnya Tim ISSEMU akan segera menggelar
pendakian menuju Puncak Denali secepat mungkin. Tapi sayang mereka harus bersabar untuk meraih
Puncak Denali esok harinya (7/7). Summit Ridge yang akan melewati menuju puncak Denali tertimbun
salju yang amat tebal karena cuaca buruk yang tiba-tiba datang. Rest day kembali dilakukan oleh Tim
Pendaki ISSEMU. Pada hari itu pula Sofyan kembali menghubungi Base Camp Bandung untuk
mengabari penundaan ini dan akan merencanakan summit day esok harinya (8/7). Tiba akhirnya cuaca di
Denali menjadi berangsur-angsur cerah pada hari ini. Tim Pendaki ISSEMU segera untuk mempersiapkan
semua peralatan yang akan dilakukan untuk melakukan “penyerangan menuju puncak”. Tim berjalan
meninggalkan High Camp pada pukul 09.20(7/7) waktu setempat atau setara dengan pukul 01.00 (8/7)
WIB. Perjalanan dari High Camp menuju Puncak Denali merupakan bagian yang tersulit dari keseluruhan
pendakian karena mereka akan menghadapi 2,5 km jarak tempuh dan perbedaan elevasi hingga hampir 1
km. Dari High Camp, tim pendaki ISSEMU akan melintasi sebuah padang salju yang panjang dan cukup
datar. Akhirnya padang salju tersebut akan berakhir di sebuah lokasi yang sering disebut sebagai The
Autobahn. The Autobahn adalah sebuah bukit dengan elevasi 365 meter. Di Autobahn pendaki akan
dipaksa berjalan mendatar dan menanjak pada kemiringan 50-60 derajat. Teknik ini dikenal dengan nama
teknik konturing (traversing) atau berjalan mengikuti garis kontur pada peta. Lepas dari Autobahn,
pendaki akan bertemu dengan sebuah celah besar di ketinggian 5.547 mpdl. Celah ini dikenal dengan
nama Denali Pass. Selepas Denali Pass, pendaki akan bertemu dengan sebuah padang salju yang

janatan Ginting mencapai Puncak Aconcagua pada pendakian keduanya setelah ia digagalkan oleh Dokter pada percobaan pertama

menyerupai lapangan sepak bola yang dikenal dengan nama Football Field. Berjalan santai melintasi
Football Field di ketinggian 5.900 mdpl akan merasakan suatu sensasi yang berbeda karena di ketinggian
tersebut kita masih bisa berjalan dengan tenang untuk menggapai detik-detik akhir menuju puncak
Denali. Perjuangan belum berakhir, tim pendaki harus melalui sebuah bukit kecil yang diberi nama Pig
Hill (6.120 mdpl). Dan di puncak Pig Hill pendaki akan lebih berdebar kembali karena mereka akan

Puncak Elbrus di Russia yang di capai tanpa bantuan pemandu dan membuka jalur sendiri yang dinamakan Indonesian Route

melewati seksi akhir dari perjalanan panjang mereka menuju Puncak Denali. Summit Ridge atau
punggungan akhir menuju Puncak Denali akan mengucapkan selamat datang kepada para pendaki
sebelum mencapai poin tertinggi di Amerika Utara, Puncak Denali. Lewat serangkaian percobaan dan
tantangan alam yang menghadang di depan mata akhirnya Bendera Merah Putih dapat ditancapkan dan
dikibarkan dengan gagah di titik tertinggi Benua Amerkia Utara. Tim pendaki melintas perlahan-lahan
pada punggungan tipis sambil menatap ke depan. Akhirnya tepat pada pukul 17.37 waktu setempat atau
sekitar pk 08.35 wib Sofyan mengabarkan bahwa selama perjalanan menuju puncak cuacanya amat cerah
tetapi angin bertiup kencang sehingga suhu bisa turun hingga thermometer menunjukkan angka -15 C.
Saat di puncak, tim ISSEMU bergabung bersama 40 pendaki mancanegara yang bersama-sama dari High
Camp melakukan summit attack pada hari itu. Pada saat Sofyan mengabarkan berita terbaru melalui

Puncak Aconcagua dicapai oleh Brury, Sofyan dan Frans.

email, tim sudah tiba kembali di High Camp setelah berjalan turun dengan cepat dari Puncak Denali.
Total perjalanan mereka dari High Camp — Puncak Denali — High Camp mereka tempuh dalam waktu
12,5 jam. Tim juga mengabarkan bahwa mereka akan turun menuju Base Camp esok hari (9/7) dengan

lama tempuh selama 2 hari non stop dan berencana untuk bermalam di Camp 3.

7 Summiters Pertama Untuk Indonesia

Dengan suksesnya pendakian Denali ini, maka Mahitala Unpar dengan Tim ISSEMUnya memposisikan
Indonesia menjadi negara ke 53 yang berhasil menuntaskan seven summits dan menjadikan para
pendakinya menjadi seven summiters bersama 275 pendaki dari seluruh dunia yang berhasil memiliki
gelar yang prestisius tersebut. Sebelumnya Tim pendaki ISSEMU berhasil mendaki Carstensz Pyramid
(4.848 mdpl) di Papua, Kilimanjaro (5.189 mdpl) di Afrika, Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia, Vinson Massif

Puncak Everest, Janatan adalah orang kedua dari Tim ISSEMU yang mencapai Everest

(4.889 mdpl) di Antartika, Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) di Argentina dan Everest (8.848 mdpl) di
Nepal/Tiongkok. Kesuksesan rangkaian pendakian seven summits ini juga tidak lepas dari dukungan
penuh dari PT. Mudking Asia Pasifik Raya (MKAPR), sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bisnis
pengeboran minyak dan gas bumi. Melalui program CSR, PT.MKAPR memberikan komitmen penuh

untuk mengharumkan dan mengangkat derajat bangsa di dalam peta pendakian dunia.

 

 

 

 

 

 

Puncak-Uhuru-di-Kilimanjaro-yang-dicapai-melewati-bentangan-alam-yang-berat-Great-Western-Brench.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *