Lagi, 3 Budaya Indonesia Diusulkan ke UNESCO


Indonesia yang kaya ragam kebudayaan yang jumlahnya ratusan hingga ribuan kebudayaan, akan kembali mencatatkan di Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Ketiga usulan itu adalah Noken, kerajinan tangan masyarakat Papua, Tari Tradisi Bali, dan Taman Mini Indonesia Indah. Ketiganya itu akan didaftarkan sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO pada tahun 2012 mendatang.

Hal ini, diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, dalam jumpa pers yang dilakukan di kantornya, Rabu (16/11) pagi. Nuh mengatakan, Noken yang merupakan kerajinan tangan masyrakat Papua adalah tas yang dirajut atau dianyam dari serat pohon atau daun yang kadang-kadang diwarnai dengan diberi berbagai perhiasan. Penyebutan Noken pun berbeda-beda dalam bahasa daerah di suku itu. “Penyebutan Su di suku Hugla, Jum Suku Dani, Sum suku Yali, Inkosen atau Inoken Suku Biak, Agiya Suku Mee, Ese Suku Asmat, dan lainnya,” kata Nuh yang didampingi oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (wamendikbud) Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Arief Rahman.

Sementara untuk tradisi Bali, telah diusulkan tiga jenis tarian. Yang pertama adalah jenis Tari Wali yang berkembang sejak abad ke-8, meliputi Tari Rejang, sebuah tarian suci yang dipentaskan di pura dalam upacara. Tarian tersebut berkembang di Kabupaten Klungkung. Lalu Tari Sanghyang Dedari, tarian trance yang diyakini suci, dipengaruhi pra-Hindu dan berkembang di Kabupaten Karangasem. Kemudian Tari Baris Upacara, Tari Keagamaan yang juga sebagai tari semangat kepahlawanan yang berkembang di Kabupaten Bangli. “Untuk jenis tari kedua, Tari Balih-balihan yang ada sejak abad ke-20 hingga sekarang, meliputi Tari Legong, Tari Joged Bumbung, dan Tari Pergaulan (social dance -Red) yang sangat populer. Biasanya dipentaskan pada musim panen, atau hari penting lainnya, dan terakhir Tari Baring Kuntisraya,” jelas Nuh.

Sedangkan untuk jenis tari yang ketiga, lanjut Nuh, adalah Bebali yang muncul sejak abad ke-14, yang meliputi Tari Topeng Sidhakarya atau Topeng Pajegan, Dramatari Gambuh, dan dramatari Wayang Wong, sebuah tarian perpaduan tari, drama, dan musik.

Lalu usulan terakhir adalah TMII sebagai penciptaan ruang budaya untuk perlindungan, pengembangan, dan pendidikan bidang kebudayaan. Menurut Nuh, TMII yang saat ini berusia 36 tahun, telah melakukan kegiatan pelestarian warisan budaya suku bangsa di Indonesia. “Diusulkannya TMII, karena kegiatan di TMII termasuk kegiatan pelindungan warisan budaya takbenda sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 2 ayat 3 Konvensi 2003, yaitu, ‘tindakan yang bertujuan menjamin kelestarian warisan budaya tak benda, termasuk identifikasi, dokumentasi, penelitian, perawatan, pelindungan, pemajuan, pemanfaatan, transmisi, khususnya melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal, serta revitalisasi berbagai aspek warisan budaya,” tutur Nur.

Semua budaya

Sementara Arif menambahkan alasannya kenapa warisan budaya Indonesia yang diusulkan hanya 3 saja?. Menurut Arif, sebenarnya semua kebudayaan Indonesia bisa diusulkan, namun ia mengaku, yang diusulkan itu harus berasal dari masyarakat yang mengusulkan dan mempunyai materi akademis serta ilmiahnya.

“Seperti misalkan saya pernah mengatakan kepada bu Wamendikbud, sebenarnya gamelan jika diajukan sangat berpotensi disetujui, karena negara lain tidak ada yang mempunyai. Namun kami sendiri kesulitan, siapa ahlinya? lalu dari sisi materi akademis dan kajian ilmiahnya bagaimana? Untuk itu kami akan mengajak masyarakat untuk mulai mengkaji kebudayaan kita dan untuk pemerintah, harus bisa merangsang itu kepada masyarakat,” jelas Arif.

Untuk warisan kebudayaan yang akan diusulkan, Arif mengatakan harus mempunyai empat kriteria. Yang pertama dari segi orisinalitas, kedua apa keunikannya. Lalu yang ketiga harus mempunyai nilai-nilai yang bisa diterima seluruh masyarakat. “Misalkan Batik, merupakan sebuah kebudayaan yang mempunyai nilai-nilai filosofis yang sangat dalam. Tidak hanya sekedar desain tertera pada pakaian saja, namun corak itu dipakai untuk berbagai kegiatan seperti kelahiran, pernikahan, juga kematian.” jelas Arif.

Lalu yang keempat adalah mempunyai nilai kemanusiaan dan kesejahteraan. Jadi dengan adanya kebudayaan tersebut, mampu mempengaruhi sisi kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Selain itu juga harus ada masyrakatnya, artinya harus ada sekumpulan orang atau organisasi yang mempedulikan kebudayaan tersebut.

Sedangkan menurut Wiendu, sebenarnya pengakuan dari UNESCO dibutuhkan karena dengan diakui oleh dunia, maka kebudayaan itu akan lebih banyak lagi yang peduli dan memerhatikan. Contohnya ketika Candi Borobudur terkena semburan asap Gunung Merapi beberapa waktu. Banyak dari negara yang memberikan perhatiannya dengan turut membersihkan debu yang saat itu menjadi lumpur.

Namun Wiendu menggaris bawahi, pengakuan dari UNESCO bukanlah tujuan akhir, namun justru menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk lebih menjaga dan merawat kebudayaan tersebut. “Karena setiap 4 tahun sekali pihak dari UNESCO akan melakukan evaluasi terhadap kebudayaan yang telah diakui. Jika sampai terbukti kita tidak bisa menjaga dan merawat kebudayaan itu, maka kita akan diberikan peringatan,” jelas Wiendu.

Untuk itu, Wiendu memberikan mekanisme penetapan untuk warisan kebudayaan yang telah ditetapkan. Yaitu, yang pertama, konservasi perencanaan untuk jangka panjang. Kedua, control development, artinya pembangunan yang harus melihat aturan yang berlaku. Ketiga pengelolaan yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan swasta, sebagai. Lalu yang keempat harus memiliki penelitian kajian yang terus menerus, memonitoring, dan evaluasi. Dan yang terakhir investasi dan promosi.

Wiendu juga mengatakan pertemuan ke-6 Komite Antar Pemerintah UNESCO untuk Pelindungan Warisan Budaya Takbenda, Indonesia telah ditunjuk sebagai tuan rumah yang akan dilaksanakan di Bali, 22-29 November 2011. Dalam ajang tersebut, pemerintah telah mengajukan Tarian Saman untuk dapat diakui dunia sebagai warisan budaya takbenda. “Tari Saman akan bersaing dengan sekitar 240 warisan budaya takbenda dari negara yang tergabung di UNESCO.

Dalam acara tersebut akan berkumpul kurang lebih 600 orang dari 137 negara yang akan membahas Pelindungan Warisan Budaya Takbenda. Selain itu LSM Internasional, pakar yang aktif di bidang kebudayaan, serta media dalam dan luar negeri juga akan hadir. Jadi proses pengakuan ini akan dilihat dari sisi akademis dan ilmiah, bukan sistem voting by sms,” jelas Wiendu. Sebagai informasi, saat ini Indonesia yang masuk Budaya Takbenda Warisan Manusia, adalah, wayang yang terdaftar pada 2008, keris tahun 2008, batik tahun 2009, dan angklung tahun 2010

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *