Kerjasama Twind Coffee, Asita Tingkatkan Brand Kopi Indonesia di Luar Negeri


Twind coffeeJakarta July, 21, 2017 / Indonesia Media – Twind Coffee, perusahaan specialty coffeebekerjasama dengan Asita (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) meningkatkan brand kopi Indonesia termasuk luwak. Kerjasama dengan Asita sangat strategis mengingat pemasaran kopi Indonesia efektif, salah satunya melalui kegiatan wisata. Kampanye pariwisata Indonesia juga semakin terpadu. Sehingga awareness turis asing terhadap souvenir (cendera mata) khas Indonesia, salah satunya kopi. “Kami mau memuliakan kopi Indonesia. Bisnis berorientasi pada untung, tapi ada yang lebih penting.Image turis terutama dari luar negeri terhadap pariwisata Indonesia harus dijaga. Kopi sebagai souvenir juga tidak boleh sembarangan, harus dengan kualitas bagus,” Stephen Lo, executive director Twind Coffee mengatakan kepada Redaksi.

Kerjasama Twind dengan Asita bukan hanya melalui jalur kegiatan wisata, tetapi jugaretail. Twind membuka gerai permanent di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat (23/7). Kerjasama dirintis setelah beberapa kali temu dengan pengurus Asita Jakarta, yakni Jongki Adiyasa. Image terhadap pariwisata Indonesia bisa ditingkatkan salah satunya melalui profesionalisme tour guide (pemandu wisata). Kalau yang bersangkutan bisa mengampanyekan keunggulan kopi Indonesia, hasilnya bisa berdampak luas. “Turis ketika sampai di negaranya bisa saja caci maki. Misalkan dia dibujuk untuk beli kopi yang menurutnya sangat enak, bagus. Tapi ketika turisnya tahu, kualitas kopinya buruk, ini sama saja menghancurkan citra pariwisata Indonesia,” kata Stephen, ahli kopi bersertipikat SCAA (specialty coffee association of America).

Di sisi lain, Twind juga tidak akan memasarkan kopi ‘kw’ (kwalitas) rendah. Hal yang tidak mungkin bagi Twind yakni mengoplos kopi bagus dengan kopi kw rendah. Apalagi kalau oplosan untuk kopi luwak yang memang semakin populer di luar negeri. “Kami juga tidak sembarangan ambil kopi dari supplier yang tidak jelas. Saya juga sudah bahas dengan pak Jongki, kalau (kopi) luwak liar, asli ya … asli. Kami tidak oplos. Kami tidak mau mencari keuntungan sesaat. Tidak pernah terpikirkan, kami mau oplos kopi luwak,” kata alumni National Taipei University.

IMG-20170720-WA0016Twind Coffee tetap menjaga kualitas ketimbang kuantitas. Sehingga Twind menilai perlunya penerapan konsep micro-estate pada perkebunan kopi. Micro-estate terbukti efektif di negara-negara produsen kopi khususnya pada di Amerika Tengah seperti Guatemala, Jamaica, Kosta Rika, Panama. “Petaninya hanya punya lahan 20 – 30 hektar di negara-negara Amerika Tengah. Luas lahan seperti itu untuk industri perkopian, (20 – 30 hektar) sangat kecil. Tapi perawatan termasuk metode pemetikan dan sentuhan high technology, hasilnya luar biasa. Harga kopi mereka bisa enam bahkan puluhan kali lipat dibanding Indonesia.”

Harga kopi Indonesia misalkan jenis arabica dijual dengan harga 5 US Dolar per kilogram. Tetapi kopi asal Amerika Tengah, rata-rata dijual dengan harga 30 USD per kilogram. Bahkan kalau lebih bagus lagi, harganya bisa mencapai 100 USD. “Untuk dunia perkopian, masalah perbedaan harga bukan sesuatu yang mengejutkan. Perbedaan harga sampai berpuluh-puluh kali lipat sangat tidak aneh, karena kopi memang something special.”

Kualitas kopi dengan harga jual yang tinggi ditentukan dengan biji kopinya. Selain itu, kopi tidak boleh menggunakan essence (bahan kimia untuk menambah rasa). Konsep micro-estate perkebunan di Amerika Tengah juga mengutamakan kopi ‘ori’ (asli). Sehinggaessense sangat ditentang oleh para eksportir, trader kopi Amerika Tengah.

Konsep micro-estate akan semakin dipopulerkan. Twind Coffee sudah menjalin kerjasama dengan beberapa petani kopi, salah satunya di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Luas lahan sekitar 20 hektar setara dengan 200 hektar. Tetapi lahan luas sampai ratusan hektar memiliki banyak kelemahan. Kegiatan petik kopi di lahan yang sangat luas sangat tidak efektif, tidak efisien. “Petani, ibaratnya setengah mati petik setiap hari. Beberapa petani kita di Sumatera punya lahan rata-rata 1000 – 2000 hektar. Tapi kapasitas produksi hanya sekitar 700 kilo per hektar. Harga jualnya juga rendah, yakni 5 US Dolar per kilogram.”

Sementara petani di Guatemala punya lahan rata-rata 100 – 200 hektar. Tapi kapasitas produksi bisa sampai 2,5 ton. Harga jual tinggi yakni 30 US Dolar per kilo. Hampir semua negara-negara di Amerika Tengah, termasuk Hawaii konsisten menerapkan metodemicro-estate. “Twind Coffee akan terus mengampanyekan micro-estate. Ini semua untuk kepentingan petani, terutama kesejahteraannya. Selain industri perkopian Indonesia juga meningkat.” (Liu/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Kerjasama Twind Coffee, Asita Tingkatkan Brand Kopi Indonesia di Luar Negeri

  1. Perselingkuhan+Intelek
    July 24, 2017 at 12:42 am

    Kopi Indonesia kurang laku laris di Luar Negeri sih

  2. bang bo
    July 30, 2017 at 2:38 am

    apa pula ga laku. daerah kami kopi diexsport ke luar negeri.ber ton ton kopi daerah kami kopi gayo dikirim.

Leave a Reply to bang bo Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *