Jim Thompson House & Museum, Bangkok .
Kali ini saya tidak menceritakan tentang temple , palace dan mall di Bangkok.
Karena pasti semua orang yang pergi ke Thailand , berkunjung kesitu. Sudah bukan rahasia lagi,
kita orang Indo tidak begitu tertarik pada museum.
Jika di paket tour ada mengunjungi museum, pasti berebut potret didepan gedungnya. Hanya untuk
membuktikan kita sudah kesitu.
Dan cukuplah dalam waktu 30 menit melihat isi museum. Beda dengan si bule. Kok bisa membaca satu
persatu tulisan yang terpajang disitu, dan berdiri maju mundur menikmati suatu lukisan atau
patung.
Terlebih lagi kalau ditengah ruangan ada kursi, pasti kita berebut duduk. Bukan untuk menikmati hasil
seni yang terpajang, tapi untuk melepas lelah. Yah— saya salah satunya yang termasuk kelompok itu.
Waktu Stacey bilang : Mom, besok kita pergi ke museum. Saya ok saja. Karena semua tempat tour
kita sudah kunjungin.
Dan Stacey seperti si bule, sangat menyukai pergi ke museum.
Pagi ini setelah sarapan, kita naik trem, terus disambung boat, masih mesti sedikit jalan juga .
Jalanannya kecil , baru sampai ke museum itu.
Wooow—saya betul betul terkesima, sama sekali tidak menyangka. Didepan saya terpampang
rumah kayu dengan kebun yang indah. Karena di benak saya sudah membayangkan, gedung
museum modern pada umumnya.
Tiket masuk perorang 200 Baht = $ 6.40. Untuk masuk, kita dibagi dalam group . Satu group kira kira
10 orang . Si tour guide mempersilahkan kita kesuatu ruangan untuk membuka sepatu ganti dengan
sandal yang sudah disediakan.
Dan mengultimatum bahwa didalam rumah, kita tidak diperkenankan mengambil foto. Hanya
dipekarangannya saja yang boleh.
Jim Thompson adalah seorang Amerika yang dilahirkan di Greenville, Delaware pada tahun 1906.
Dia putra dari pemilik perkebunan dan pabrik cotton. Jadi anak orang kayalah.
Dia lulus dan bekerja sebagai arsitek . Pada perang dunia II, dia volunteer di US Army, ditugaskan di
Eropah kemudian ke Asia. Sebelum perang berakhir, dia ditugaskan ke Bangkok dan jatuh cinta
dengan Thailand.
Setelah dia keluar dari Army, memutuskan untuk tetap menetap di Bangkok.
Membeli sebidang tanah dan membangun rumah disitu. Dia beruntung, karena setahun kemudian,
pemerintah mengeluarkan undang – undang, bahwa orang asing tidak diperbolehkan untuk
membeli tanah, hanya boleh membeli condo atau apartement saja.
Rumah ini didesign oleh Jim sendiri. Lalu dia menempatinya pada Spring 1959.
Dia sangat terkesan akan Thai silk. Karena belum pernah melihat bahan silk sebelumnya. Di Amerika
dan Eropah tidak ada. Dia berusaha untuk memproduksinya di Amerika, tapi gagal.
Rupanya ulat sutra tidak bisa hidup di cuaca dingin.
Dengan jiwa seninya, dia mewarnai bahan sutra dan mendesign menjadi beragam barang. Dari scarf
sampai tas . Sampai sekarang kita bisa membelinya, baik di mall ataupun di airport.
Dirumahnya kita bisa menikmati patung patung dan lukisan Budha antik yang umurnya sudah
ratusan tahun.
Kebanyakkan patung Budha antik disitu bentuknya tidak utuh lagi. Ada yang tidak bertangan atau
kepalanya somplak retak atau tidak berkepala sama sekali.
Si tour guide bilang, tidak ada satupun orang Thai yang mau membeli patung atau lukisan Budha yang
tidak utuh, meskipun itu antik umurnya ratusan tahun.
Karena mereka percaya, itu bisa membawa sial. Biasanya kalau patung yang retak , mereka berikan
kepada kelenteng.
Pada 26 Maret 1967, Jim Thompson dikabarkan hilang waktu ia mengunjungi Cameron Highlands di
Malaysia.
Sampai sekarang, jasadnya tidak pernah diketemukan.
Museum ini sekarang dikelola oleh keluarga keponakan nya, karena Jim Thompson tidak
mempunyai keturunan, jadi tidak diambil oleh pemerintah Thailand.
Setelah selesai tour, kita bisa duduk duduk dicafe dan menikmati tarian . Sambil menghirup Thai
tea, saya bilang ke Stacey, bahwa kita sebaiknya mematuhi apa yang sudah menjadi kepercayaan
para leluhur .( IM )
6 Soi Kasemsan 2, Rama 1 Road, Bangkok.
Open Every Day 9.00 AM – 6 PM