Ini Celah Manipulasi “Quick Count”


114539120130912-073951780x390Sebagai produk penelitian, hasil hitung cepat atau quick count tetap memunculkan ruang untuk dimanipulasi. Hasil hitung cepat Pemilu Presiden 2014 yang dirilis sejumlah lembaga survei pasca-pemungutan suara, Rabu (9/7/2014), menunjukkan ada dua hasil yang berbeda. Perbedaan hasil ini memunculkan dugaan ada lembaga survei yang melakukan manipulasi data.  

Bagian mana dari proses quick count yang bisa menjadi celah bagi peneliti untuk memanipulasi hasilnya? Berikut penjelasan Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia Hamdi Muluk dan Manajer Riset Poltracking Arya Budi, yang diwawancara Kompas.com, Kamis (11/7/2014) petang, secara terpisah:

1. Penentuan sampel TPS
Arya mengatakan, penentuan sampel tempat pemungutan suara (TPS) menjadi titik krusial dalam menentukan tingkat akurasi hasilquick count. Menurut dia, kekeliruan dalam menentukan sampel, baik sengaja maupun tidak sengaja, bisa berakibat perbedaan hasil yang didapat.

Penentuan sampel yang dilakukan Poltracking, kata Arya, dilakukan terpusat mulai dari tingkat provinsi hingga TPS. Hal ini untuk meningkatkan akurasi hasil quick count.

“Beberapa lembaga saya perhatikan, TPS hanya ditentukan di level desa atau kelurahan, kemudian selanjutnya pemilihan TPS ditentukan sendiri oleh relawan,” kata dia.

Kekeliruan dalam menentukan sampel, menurut dia, bisa saja dilakukan secara sengaja oleh peneliti. Kesengajaan ini, dengan memilih TPS tidak secara acak (random sampling) dan proporsional, melainkan sengaja diarahkan pada TPS-TPS yang menjadi lumbung suara partai politik atau kandidat tertentu.

“Kalau itu berarti pertimbangannya sudah politis,” ucap Arya.

Hal senada juga dikatakan Hamdi yang menyebutkan bahwa bisa saja lembaga survei melakukan kesengajaan dengan mengarahkan pada TPS-TPS yang menjadi pendukung kandidat tertentu. 

“Di situ bisa dimainkan. Kita bisa cek juga sampling-nya benerapa enggak,” kata dia.

2. Pengiriman dan pengolahan data
Hamdi mengatakan, ruang yang menjadi celah berikutnya adalah apakah lembaga tersebut benar-benar melakukan quick count di mana mereka memiliki relawan di sampel TPS yang mengirim data. Relawan, kata dia, memang menghabiskan biaya terbesar sehingga menjadi salah satu perhatian utama bagi lembaga survei dalam melakukan hitung cepat.

“Lembaga survei berpihak itu sebenarnya ya enggak masalah. Asal metodologiya itu dilakukan secara benar dan tidak ada iktikad yang tidak baik,” kata dosen di Departemen Psikologi UI itu.

Senada dengan Hamdi, Arya mengatakan, permainan manipulasi data terjadi pada level TPS. Menurut dia, ada potensi beberapa lembaga survei yang jadi tidak melakukan proses quick countsama sekali.

“Bisa jadi tidak ada quick count sama sekali, tapi hanya mengandalkan satu orang yang ada di depan komputer dan dia memainkan angka itu dikontrol oleh orang lain,” kata dia.

Arya mengatakan, untuk membuktikan sebuah lembaga yang benar-benar melakukan quick count adalah mengecek setidaknya 10 persen dari TPS yang menjadi sampel. Poltracking, kata Arya, mengharuskan para relawannya untuk melakukan dokumentasi foto.

“Kita input foto-foto itu lalu kita upload aktivitas quick count. Ini langkah lain untuk menunjukkan bahwa benar melakukan quick count,” ujar Arya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

5 thoughts on “Ini Celah Manipulasi “Quick Count”

  1. James
    July 11, 2014 at 9:35 pm

    kapan bangsa Indonesia bebas Dari Korupsi ??? Kecurangan ??? Manipulasi ??? sekarang UU MD3 disahkan sejak tanggal 8 Juli sehari sebelum Pilpres, ini sangat Menguntungkan DPR yang Tidak Dapat Diganggu Gugat Keterlibatannya dalam Korupsi atau Pelanggaran Lainnya, Indonesia akan semakin Subur untuk Koruptor di dalam DPR tuh, padahal disitu Numpleknya Koruptor !!! Indonesia HEBAT !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *