Gubernur Ditembak Pengawalnya Sendiri


Islamabad,

Gubernur Provinsi Punjab, Pakistan, Salman Taseer tewas ditembak pengawalnya sendiri, Selasa (4/1). Menteri Dalam Negeri Pakistan Rehman Malik mengatakan, motif pembunuhan itu tampaknya karena Taseer menentang undang-undang (UU) penghujatan kontroversial negara tersebut.

Pengawal itu, kata Rehman Malik, telah ditangkap. Penembakan tersebut terjadi di Pasar Koshar, Islamabad, yang sering dikunjungi orang asing. Pengawal itu, Malik Mumtaz Hussain Qadri, mengaku, membunuh Taseer karena “dia menghujat Nabi Muhammad,” kata Naeem Iqbal, juru bicara polisi Islamabad, sebagaimana dikutip CNN, Rabu (5/1). Qadri mengatakan kepada polisi bahwa Taseer telah melukiskan UU penghujatan itu sebagai “UU hitam.” UU tersebut menjadikan hujatan sebagai kejahatan yang diancam dengan hukuman mati karena menghina Islam, Al Quran, atau Nabi Muhammad.

Setelah menembak Taseer, Qadri segera menyerahkan diri kepada pihak berwenang, lapor Associated Press Pakistan (APP), yang mengutip Rehman Malik. Taseer tengah meninggalkan pasar itu ketika ditembak. APP mengatakan, dia makan siang dengan seorang teman di sebuah kafe di pasar tersebut. Sebelumnya, Iqbal mengatakan, Taseer pergi ke pasar untuk membeli sejumlah hal. Ia dibawa ke rumah sakit setelah penembakan tersebut, tetapi meninggal, tampaknya karena kehilangan banyak darah, kata para pejabat.

Namun, Dr Sharif Astori, juru bicara Poly Clinic Hospital, kepada CNN mengatakan, Taseer “sudah meninggal saat dibawa ke rumah sakit.” Astori mengatakan, para dokter menghitung 26 peluru dalam tubuhnya. Sebagian besar luka fatal terdapat di dada, wajah, leher, dan kakinya. Sejumlah peluru bahkan benar-benar menembus tubuhnya.

Sudah Tahu Taseer sudah tahu bahwa ia dijadikan sasaran oleh sejumlah orang karena pendiriannya yang menentang UU penghujatan itu, kata PJ Mir, seorang wartawan Pakistan dan sahabat Taseer, kepada CNN. Mir mengungkapkan, Taseer mengatakan hal itu kepadanya ketika mereka berdua makan malam bersama pekan lalu. Taseer bahkan telah meminta istrinya untuk menganggap dirinya seorang janda. “Taseer benar-benar peduli kepada semua orang, peduli kepada semua agama, dan tidak takut untuk membela yang tertindas,” kata Mir. “Hari ini kami kehilangan orang yang sangat baik.”

UU penghujatan yang kontroversial itu mendapat sorotan November lalu ketika seorang perempuan Kristen, Asia Bibi, dari Provinsi Punjab, dijatuhi hukuman mati karena dinyatakan menghujat Nabi Muhammad. Pengadilan memutuskan perempuan 45 tahun tersebut bersalah karena mencemarkan Nabi Muhammad dalam suatu pertengkaran pada tahun 2009 dengan sejumlah perempuan Muslim yang juga teman kerja Bibi di sebuah ladang garapan. Sebuah investigasi oleh kementerian pemerintah Pakistan kemudian menemukan, tuduhan terhadap Bibi berasal dari “permusuhan agama dan pribadi” dan merekomendasikan pembebasan perempuan tersebut. Pemerintah juga mengatakan akan meninjau UU itu.

Dalam komentarnya untuk CNN pada November itu, Taseer berkata bahwa Presiden Pakistan Asif Ali Zardari akan mengampuni Bibi jika pengadilan tidak membebaskan perempuan tersebut. “Dia (Presiden) seorang liberal, Presiden yang berpikiran modern, dan tidak ingin melihat seorang perempuan miskin seperti ini (Bibi) dijadikan sasaran dan diekskusi. Itu tidak akan terjadi,” katanya.

“UU penghujatan bukanlah hukum yang dibuat Allah. Ini UU buatan manusia,” katanya. “Ini merupakan UU yang memberi alasan bagi ekstremis dan reaksioner untuk menyasar orang-orang lemah dan minoritas,” lanjutnya.

Reaksi atas pembunuhan Taseer langsung bermunculan dari para pejabat di Pakistan dan dari luar negeri. Perdana Menteri Pakistan Syed Yusuf Raza Gilani mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia “sangat mengutuk” insiden itu. Partai Rakyat Pakistan, partai yang berkuasa, menyatakan akan mengadakan dua minggu berkabung untuk kematian Taseer.

“Saya terkejut mendengar berita pembunuhan Salman Taseer,” kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague dalam sebuah pernyataan. “Kematiannya merupakan kerugian bagi kepemimpinan Pakistan.”

Sementara itu, menteri untuk urusan minoritas Pakistan berjanji akan terus mendorong perubahan UU penghujatan itu. “Saya akan terus,” kata Shahbaz Bhatti kepada CNN. “Saya akan kampanye untuk ini… orang-orang fanatik itu tidak bisa menghentikan saya untuk untuk membuat langkah lanjutan melawan penyalahgunaan UU penghujatan itu.”

Taseer menikah dua kali dan memiliki enam anak. Dia tinggal di Lahore, Pakistan. Dia menjadi Gubernur Provinsi Punjab sejak Mei 2008

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *