Wakil Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo menyatakan, partainya telah merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
“Saya mendengar informasi bahwa Partai Golkar (PG) sudah ke PDI-P. Ini suatu keputusan yang baik dan cepat, ketimbang Golkar jadi partai yang minta-minta untuk diajak berkoalisi,” kata Bambang di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa.
Bambang menyebutkan, keputusan PG ke PDI-P itu dalam rangka memperkuat bakal cawapres Jusuf Kalla yang digadang-gadangkan selain Abraham Samad.
“Langkah Golkar itu dalam rangka perkuat JK sebagai cawapresnya Jokowi,” kata anggota Komisi III DPR RI itu.
Ia mengapresiasi langkah Aburizal Bakrie (ARB) yang telah memutuskan bergabung dengan PDI-P dan Jokowi.
“Saya apresiasi ARB karena jadi King Maker. Tinggal bagaimana bertempur. Lagi pula Jokowi lebih nyaman dengan JK dan Ical setuju. JK punya jam terbang dan kapasitas yang tinggi. Koalisi ini berikan peluang untuk menang ketimbang jadi pembuat poros baru,” kata Bambang.
Tersinggung, Golkar Pilih Berkoalisi dengan PDI-P
Wakil Partai Golkar Agung Laksono mengatakan siap berkoalisi dengan PDI Perjuangan untuk mengusung calon presiden Joko Widodo pada Pilpres 9 Juli mendatang.
Agung mengaku, keputusan itu diambil setelah membatalkan rencana untuk membangun koalisi dengan Partai Gerindra.
“Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) sangat tersinggung atas pernyataan Pak Hasjim,” kata Agung di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (13/5).
Agung yang juga menjabat sebagai Menko Kesra pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II mengaku, rasa ketersinggungan ARB akhirnya berbuntut pada pembatalan rencana berkoalisi dengan Partai Gerindra.
“Pak ARB merasa terganggu karena ditanya macam-macam. Soal dana kampanye lah, berapa dana yang disiapkan, dan segala macam. Kita kan ingin membangun kemitraan, jangan begitu cara bertanya,” jelas dia.
Menurut Agung, sebenarnya tidak mudah bagi Golkar memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan PDI Perjuangan. Selain diperlukan kesamaan pendapat di internal partai, juga kebersamaan dalam mewujudkan cita-cita bersama.
“Memang ada perbedaan di internal. Tapi, kita harus bersatu untuk cita-cita yang besar ini,” katanya
hari demi hari Kekuaran Kepopuleran Jokowi semakin Melangit Mencuat tinggi-tinggi kepuncak Gunung
Demi Indonesia yang lebih baik yag pilih Jokowi.Kalo Prabowo banyak dosanya penculikan 1997,kerusuhan mei 1998.Pembantaian di tim”.Terus kekayaan dia yg sampai 1 triliun lebih hasil korupsi dari mana itu?