Satu gereja dilaporkan dibakar massa di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah, Aceh Singkil, Aceh, Selasa, 13 Oktober 2015. Bentrok terjadi antarwarga dan diduga satu korban tewas.
“Belum ada laporan jelas kejadian yang terjadi. Kami sedang menelusurinya ke lokasi dan rumah sakit umum. Isunya ada korban,” kata Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Aceh Singkil Khaldum B.K. saat dihubungi Tempo.
Sumber Tempo di Singkil mengatakan kisruh diduga terjadi akibat desakan warga Muslim–penduduk mayoritas di wilayah itu–agar pemerintah setempat membongkar gereja tak berizin. Jika tuntutan itu tidak dipenuhi, warga akan membongkar sendiri.
Atas desakan itu, Pemerintah Singkil menggelar rapat membahas masalah tersebut di kantor bupati. “Rapat berakhir sampai larut malam (Senin malam),” kata sumber yang enggan namanya dipublikasikan itu.
Selanjutnya, unsur Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Singkil memutuskan akan melakukan pembongkaran gereja sepekan lagi. Tapi, warga menentang keputusan tersebut. Mereka menginginkan pembongkaran gereja dilakukan Selasa ini.
Selasa siang, warga kemudian bergerak sendiri dan melakukan pembongkaran terhadap gereja yang ditengarai tak berizin itu, kemudian berakhir dengan bentrok. Polisi dan TNI dilaporkan berjaga-jaga di sejumlah lokasi untuk menghindari konflik meluas.
Ketika hendak dimintai konfirmasi, Kepala Kepolisian Resor Aceh Singkil Ajun Komisaris Budi Samekto tidak mengangkat telepon selulernya. Pesan pendek yang dikirimkan Tempo juga belum dibalas.
Sebelumnya, Pendeta Erde Berutu dari Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD), Aceh, mengatakan insiden bermula ketika massa pada Selasa, 13 Oktober 2015, mendatangi Gereja HKI Deleng Lagan, Kecamatan Gunung Meriah.
Massa, yang diduga berasal dari daerah sekitar gereja, membakar rumah ibadah umat Nasrani itu. Setelah membakar Gereja HKI, massa dengan berbagai jenis kendaraan bak terbuka, yang diperkirakan berjumlah 700 orang itu, menuju sebuah gereja lagi yang terpaut 10 kilometer dari Gereja HKI, yaitu Gereja GKPPD Danggurun, Kecamatan Simpang Kanan.
Sesampainya di sana, massa tidak leluasa membakar karena sudah ada blokade dari petugas TNI dan Polri. Namun entah lewat mana, ada tiga orang yang lolos. Saat itulah terjadi bentrok dengan masyarakat Kristen.
Versi Erde, ada dua orang ytewas. “Saya mendengar informasi, ada satu orang kita, Islam, meninggal,” kata Pendeta Ende Berutu kepada Tempo, Selasa, 13 Oktober 2015. Situasi semakin mencekam, menyusul sweeping dari massa dan masyarakat di lintasan desa yang mayoritas Muslim.
Korban kedua, kata Erde, seorang sopir mobil tangki minyak sawit beragama Kristen, yang baru kembali dari Medan ke Singkil, terkena razia masyarakat di Jembatan Desa Buluh Seuma, Kecamatan Suro. Sopir itu, kata Ende, dikabarkan meninggal.( Tp / IM )