Gawat! Penulis Gayus Hilang


DEVINA, penulis surat pembaca di Kompas tentang dugaan pelesiran Gayus HP Tambunan, sesungguhnya adalah pahlawan penegakan hukum. Namun, sayang, sejak kemarin dia menghilang karena merasa terancam.

melalui surat yang dititipkannya ke petugas satuan pengamanan (satpam) Perumahan Raffles Hills, Depok, Devina meminta wartawan untuk tak lagi menemuinya, baik di rumah atau di mana pun. Dia juga meminta agar peliputan dan penyiaran berita-berita terkait surat pembaca yang dibuatnya itu memiliki pertimbangan mendalam.

“Tolong juga pertimbangkan keselamatan dan kenyamanan saya dan keluarga saya,” tulis Devina dalam surat yang dititipkannya kepada Suwarno, satpam Perumahan Raffles Hills, Depok, Kamis (6/1).

Suwarno mengatakan, surat itu dititipkan pada pagi hari. Saat ditemui, Suwarno menyebutkan Devina tak ada di rumah. Begitu juga dengan orang tuanya.

“Pada pergi semua. Tadi cuma nitipin ini aja,” kata Suwarno sembari menunjukkan tumpukan surat yang merupakan hasil print.

Dalam suratnya Devina menegaskan, semua informasi yang dimilikinya terkait surat pembaca di Kompas, 2 Januari 2011, sudah tertuang seluruhnya. “Untuk itu, saya mohon kepada ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian untuk tidak lagi mendatangi saya, baik di rumah atau dimana pun, dengan maksud untuk wawancara/meminta informasi/konfirmasi dan sebagainya terkait surat pembaca tersebut,” tegas Devina dalam suratnya.

Komandan Regu C Satpam Perumahan Raffles Hills, Widodo, menambahkan, Devina juga tak pernah berbicara kepada mereka. “Semua wartawan yang hendak meliput saya kasih surat ini,” kata Widodo.

Sejak kemarin, suasana rumah Devina tampak lengang. Pintu dan jendela depan rumahnya tertutup rapat.

Sebagaimana marak diberitakan, dalam surat pembacanya yang berjudul “Pria Berkacamata Memakai Wig” itu Devina mengisahkan kesaksiannya melihat seorang pria yang mirip Gayus di Bandara Internasional Soekarno-Hatta 30 September 2010. Devina ternyata satu penerbangan dengan pria yang diyakininya Gayus itu. Devina terbang ke Singapura dengan AirAsia QZ 7780 pukul 11.20.

Devina heran kenapa Gayus bisa keluyuran. Pasalnya, eks pegawai Direktorat Pajak ini kala ini tengah ditahan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.

LPSK khawatir

Terkait kondisi Devina saat ini, Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Abdul Haris Semendawai menilai penegak hukum harus memberikan jaminan perlindungan kepadanya. “Kita khawatirkan ke depan Devina yang kemarin tulis surat itu nasibnya sama dengan Dirwan Mahmud, atau berbalik malah dia yang menjadi tersangka, ini sangat sulit,” ucapnya kemarin, seperti dikutip Inilah.com.

Abdul Haris mengatakan, perlindungan kepada Devina diperlukan untuk mencegah ancaman hidup para peniup peluit (whistle blower). “Devina sekarang juga bingung dengan statusnya, dikhawatirkan Devina takut ada yang menyerang. Hal ini yang harus jadi perhatian,” tandasnya.

Sedangkan tim gabungan penyidik Polri dan Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM masih menyelidiki pemalsuan identitas dalam paspor Sony Laksono bergambar Gayus itu. “Mungkin Devina bisa dijadikan saksi. Begitu juga dengan dua orang yang duduk di sebelah Sony Laksono (di dalam pesawat),” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar.

Berdasarkan manifes AirAsia dan surat pembaca Devina, Sony Laksono tak pergi ke Kuala Lumpur, tapi ke Singapura pada 30 September 2010. Sony Laksono ke Singapura menggunakan AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 7780 dan duduk di kursi 11F. Sedangkan Devina duduk di kursi 11B.

Ketua Komisi III DPR Benny K Harman mengatakan, kepolisian tak bisa mengabaikan kesaksian Devina itu. Sejauh ini, lanjutnya, Komisi III yang bermitra dengan kepolisian sama sekali belum mendapatkan informasi ke mana saja Gayus berkeliaran selain ke Bali. Pelesiran Gayus ke Bali awal November lalu sempat menggemparkan. Keberadaannya yang tengah menyaksikan pertandingan tenis tertangkap kamera fotografer Kompas Agus Susanto.

Awalnya, pihak-pihak terkait, termasuk Gayus dan polisi, menampik kebenaran foto itu. Namun, belakangan Gayus mengaku memang ke Bali. Dia disinyalir telah keluar dari tahanan Mako Brimob Kepala Dunia 68 kali sejak Juli 2010.

Tanda tangan dipalsukan

Sementara itu, tim investigasi bentukan Kementerian Hukum dan HAM mengaku telah bertemu Gayus untuk mengorek keterangan. Namun, mereka tak mendapatkan keterangan apa pun dari suami dari Milana Anggraeni itu karena enggan bersaksi.

“Tim sudah bertemu Gayus, tapi Gayus tak mau berkomentar,” kata Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar.

Sedangkan anak buah Patrialis yang menjabat Kepala Kantor Imigrasi Jakarta Timur, Nasrul Ngabdimasa, mengaku tak pernah menandatangani paspor atas nama Ananda Margaretha ataupun Sony Laksono pada 5 Januari 20010, walau dia mengakui jabatan itu telah disandang sejak awal Desember 2009. Margaretha adalah anak kecil berusia lima tahun yang tak jadi melanjutkan pembuatan paspor lantaran tak datang saat pemotretan dan wawancara.

“Tapi sampai Januari saya belum tanda tangani apa-apa, kalau ternyata ada tanda tangan saya, itu pasti pemalsuan,” ujar Nasrul kepada pers.

Meski begitu, Nasrul mengaku tak bisa menjelaskan bagaimana teknis pemalsuan paspor yang seharusnya diperuntukkan bagi seorang anak bernama Margaretha, tapi akhirnya nama di paspor itu diganti menjadi Sony Laksono, dengan foto terdakwa mafia pajak Gayus. Menurutnya, jika sebuah paspor yang telah mendapatkan nomor dibatalkan sang pemohon, maka paspor itu seharusnya dihancurkan

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *