Filosofi Kehidupan Irjen Polisi (Purn) Budi Setyawan


Filosofi Kehidupan Irjen Polisi (Purn) Budi Setyawan

 dilaporkan: Setiawan Liu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jakarta, 23 Februari 2021/Indonesia Media – “ … Manusia bagaikan air menemukan tempat yang rendah …” ini filosofi kehidupan yang dijalani Budi Setyawan atau yang akrab disapa Buset. Sebagaimana sifat air yang mengalir ke tempat yang rendah, dan mengikuti bentuk.  “  … aliran air ke tempat yang bulat, akan berbentuk bulat, demikian pula (aliran ke tempat) Empat persegi akan menjadi empat persegi … ”. Begitu pula, (aliran air) temu rintangan, berputar arah, ketemu ganjalan akan menerjang.

Manusia bagaikan air, menemukan keadaan bagaimana tetap tenang dan mengikuti segala bentuk. Falsafah hidup Buset juga mengikuti perkembangan. Sifat air yang begitu flexible dapat melihat arah kemana, mengaliri dengan kejernihan, membersihkan keadaan dan lingkungan yang keruh.

Sifat air yang flexible ibaratnya cerminan sifat manusia yang seharusnya mulia, tidak menuntut imbalan.

Sosok Buset, namanya tidak asing lagi baik di Kepolisian Republik Indonesia dan Agama Buddha di Indonesia. Baginya, sifat air menggambarkan kepribadiannya. Sosoknya penampilan seorang jenderal yang berwibawa tetapi pribadinya lembut bagaikan air.

Dengan pribadi yang begitu supel dan lembut bersosialisasi dan bersentuhan dengan masyarakat. Di Indonesia, dimana ada upacara atau pertemuan agama Buddha. Buset pasti dijumpai. Menurutnya, setiap kali hadir dan partisipasi dalam aktivitas agama Buddha merupakan bagaikan karma dari kehidupannya. Ia ingin mengabdikan hidup untuk Bangsa, Negara, masyarakat dan agama Buddha. Meskipun sudah pensiun, ia masih tetap berprinsip untuk tidak berhenti membantu. Tetapi membantu bagi yang membutuhkan dalam perjalanan panjang penghayatan Dharma atau ajaran Buddha. Ia telah menggores berbagai catatan, serta menerapkan semangat Bodhisattva tentang Karuna, Kebijaksanaan, niat baik dan praktiknya. Ia menyayangi kehidupan dan dapat menggunakan waktu, derap kaki melangkah ke depan, mata memandang ke depan. Hidup pada saat sekarang, seperti yang ia selalu ingat kata-kata kedua orang tua. “ … bahwa di dunia ini tidak ada kebahagiaan yang abadi, semua berproses, kita harus menyayangi setiap saat, setiap orang dapat mengalami kegembiraan, kesedihan …”

Agama Buddha, perkembangannya di Indonesia begitu semarak. Ia hanya memerantarai, ibaratnya jembatan yang membantu proses penyebrangan.  Perkembangan agama Buddha di Indonesia tidak semata jasa kemampuan pribadinya. Semua negara, antar masyarakat negara dan dukungan umat adalah kuncinya. Begitu pula Majelis, organisasi agama Buddha di Indonesia terbagi tradisional dan non tradisional.

Sebagai tokoh, dan mantan Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha Kementerian Agama (1991-1998), ia berperan menjaga kerukunan, harmoni kehidupan Beragama. Karir kepolisiannya, sebagai Wakapolda Kalimantan Timur, Kapolda Bali, Kepala Sespim Polri. Belasan tahun yang lalu, jumlah umat Buddha di Indonesia hanya dua persen. Tapi setelah itu meningkat menjadi tiga persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. Sejak tahun 1977 sampai sekarang, jumlah tempat ibadah umat Buddha bertambah sampai 400 persen. Jumlah sekolah tinggi agama Buddha mencapai 14 (empat belas), dua diantaranya perguruan tinggi dibiayai pemerintah. Setiap tahun, perayaan Waisak berlangsung khidmat. Setiap tahun, presiden atau wakil presiden mengucapkan selamat Hari Raya Waisak. Kegiatan perayaan bertambah baik kualitas maupun kuantitas. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *