Untuk merealisasikan target swasembada pangan dalam waktu tiga tahun, Kementerian Pertanian dihadapkan pada setumpuk masalah. Mulai dari rendahnya produksi sampai minimnya sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian.
Salah satunya makin sedikitnya jumlah petani di Indonesia. Data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan jumlah petani dalam satu dekade terakhir atau sepanjang kepemimpinan SBY.
Pada 2003, rumah tangga yang menanam padi mencapai 14,2 juta rumah tangga, sementara pada 2013 turun menjadi 14,1 juta. Usaha tanaman kedelai menurun dari satu juta (2003) menjadi hanya 700.000 rumah tangga. Untuk usaha tanaman jagung juga terjadi penurunan dari 6,4 juta di 2003 menjadi 5,1 juta di 2013.
“Kita tahu 10 tahun terakhir ada penurunan rumah tangga petani 31 juta jadi 26 juta. Kurang lebih 5 juta kali 4 berarti 20 juta orang tinggalkan pertanian, ini mengerikan,” ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Jumat (9/1).
Dia mengaku punya solusi untuk menyikapi kondisi ini. Amran mengaku akan memaksimalkan penggunaan mesin-mesin pertanian. Dengan kata lain, tenaga petani yang berkurang akan diganti dengan tenaga mesin. “Gantinya alat musim pertanian,” tegasnya.
Dia mengaku bakal membeli sejumlah alat pertanian. Amran menggunakan dana dari kompensasi kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. Dari dana penghematan subsidi BBM yang diperkirakan mencapai Rp 120 triliun, kementeriannya mendapat jatah Rp 16,9 triliun.
Selain membeli mesin pertanian, anggaran itu juga akan dialokasikan untuk irigasi. “Irigasi rusak di seluruh Indonesia 50 persen 3,3 juta hektar,” katanya.
Amran menambahkan, anggaran yang dialokasikan untuk pengirigasian sebesar Rp 2 triliun. “Tahun pertama 1 juta hektar di 17 provinsi untuk kantong-kantong produksi padi,” tuturnya.
Alokasi lainnya untuk subsidi pupuk untuk mendorong perbenihan. “Benih serapannya 20 persen ini pengaruh ke produksi dan produktivitas,” tuturnya.
insentif buat petani masih kurang. Contoh tanam kedelai, sebenarnya bisa tumbuh di indonesia. Penggunaan mesin dikombinasikan dengan cara tradisonal ini tentu hasilnya akan lebih baik.
Pantas saja di Era SBY Petani dengan sengaja di Kurangi agar Impor Beras Berjalan Mulus hingga Korupsi Berkembang Pesat, maka Era SBY Koruptor itu sangat Subur di Bumi Indonesia, hasilnya yaitu Petani Berkurang karena mereka tidak bisa Survive dan Koruptor yang Makmur
Memang SBY Tidak Pro Rakyat