Eksportir Swasta Yakini Jalur B2B untuk Pemasaran Ikan di Brazil


Eksportir Swasta Yakini Jalur B2B untuk Pemasaran Ikan di Brazil

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 12 Juni 2021/Indonesia Media – Ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia ke pasar Brazil diyakini efektif melalui jalur business to business (B2B) yang mana importir di Brazil bisa mengajukan kepada quarantine agency (badan karantina) untuk perizinan eksportir Indonesia. Tentunya ada persyaratan dari otoritas Brazil, seperti Kementerian Perikanan yang mensyaratkan surat-surat/dokumen untuk realisasi impor ikan Indonesia. “Misalkan (perusahaan importir) PT XYZ atau PT Brasindo (milik WNI yang berusaha di Sao Paulo Brazil) yang mengajukan kepada quarantine di Brazil. Kalau melalui jalur G2G (government to government), konsekuensinya prosesnya lama,” Direktur perusahaan perikanan swasta nasional Indonesia PT Intimas Surya, Farida mengatakan kepada Redaksi.

Ada antusiasme ekspor produk perikanan termasuk udang Indonesia di tengah rencana impor daging ayam Brazil ke pasar dalam negeri Indonesia. Pengusaha Indonesia yang mengelola trading sempat mengajukan rencana impor produk perikanan Indonesia melalui Kedutaan Besar RI (KBRI) di Sao Paulo. Beberapa hari yang lalu, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia sudah menyelesaikan pengurusan ijin ekspor (approval number/nomor registrasi) produk perikanan ke Brazil. Hal ini merupakan ketentuan penjaminan persyaratan mutu produk hasil perikanan Indonesia untuk pasar Brazil. Staf di BKIPM sudah mengirim surat-surat (dokumentasi) sebagai persyaratan otoritas untuk bisa impor ikan Indonesia. Walaupun negara (Kementerian di Brazil) belum acc/accepted (diterima), Farida yakin perdagangan sudah bisa dimulai dengan jalur B2B. “Yang penting importir di Brazil berbicara, bahas dengan Fish Quarantine and Inspection Agency (Badan Karantina Ikan) Brazil. Dia mau impor ikan dari Indonesia, PT (perusahaan) nya apa?. Bisa berjalan, dengan catatan, ada jalur B2B misalkan melalui health authority yang mengirim surat permohonan. Sistemnya, kita bisa kasih data dan di acc, harus pemerintah yang menentukan perusahaan importernya,” kata Farida

Importer di Brazil yang seharusnya gerak cepat. Misalkan Importer, PT XYZ (swasta Brazil) mengajukan kepada Kementerian di Brazil. PT Intimas Surya direkomendasi, dan harus mengisi berbagai form. PT Intimas eksekusi (pengisian form), dan PT Intimas harus dapat approval number. Sekarang ini, PT Intimas Surya belum dapat approval number. Karena jalur perdagangan G2G Indonesia – Brazil belum ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). “Kita mau beli dengan perusahaan lain, pemerintah bikin aturan dan importer melengkapi persyaratan importir harus bicara dengan pemerintah Brazil. Itu jalur cepat, shortcut. Kalau mau ikuti pemerintah, (proses) lama sekali. Ada yang dapat approval number, karena buyer di Brazil yang mengatur. Misalkan importir swasta Brazil sudah melengkapi berbagai dokumen ekspor, kalau sudah di approve, OK, dan bisa eksekusi,”

Di tempat berbeda, Kim To dari PT Brasindo menilai usulan Farida harus dibarengi dengan komitmen yang kuat. Perusahaan importir swasta di Brazil juga sangat calculative untuk bisa tangani pengurusan dokumen impor – ekspor dengan cepat. “Swasta di Brazil, kalau didesak untuk realisasi impor, pasti sudah memperhitungkan untung – rugi. Artinya, mereka tidak mau dibebani. Karena mereka juga punya pilihan (negara penghasil ikan) seperti Tiongkok, Thailand, Vietnam, Taiwan. Mereka yang punya uang, ibaratnya punya bargaining power untuk menentukan. Saran saya, kita tunggu saja hasil kerja KBRI, importir Indonesia termasuk PT Intimas Surya,” Kim To mengatakan melalui sambungan telepon.

Sekarang ini, BKIPM KKP di Indonesia membuat (penyelesaian) berbagai dokumen (persyaratan) yang diminta Brazil. Kalau surat-surat, persyaratan sudah diberikan, staf di KBRI akan mengikuti. Sempat proses pengurusan stuck atau tidak berjalan. Kim To sempat desak KBRI dan berharap ada respons (kinerja) BKIPM KKP. Ia memperlihatkan daftar impor, kelihatan bahwa impor (ikan dan produk perikanan) dari Tiongkok, Thailand, Vietnam dan lainnya bernilai (impor) besar. “Tapi impor dari Indonesia tidak ada (realisasi untuk pasar Brazil). Lalu staf di BKIPM, ibu Chaca yang tangani mengaku sempat overload dengan pekerjaan di kantor pusat BKIPM di Jakarta. Tapi akhirnya, dia bisa menyelesaikan. Indonesia kan juga sudah beli daging sapi, ayam dari Brazil. Tidak ada alasan untuk mempersulit (pemasaran ikan Indonesia di Brazil),” kata Kim To. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *