DPD Jangan Hanya Diperhitungkan Saat Dibutuhkan


Pemilihan Ketua MPR

Wacana Koalisi Indonesia Hebat mengajukan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dianggap solusi untuk menghindari ketegangan seperti saat pemilihan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun, DPD diminta punya posisi tawar agar usul melakukan amandemen terbatas UUD 1945 untuk penguatan wewenang DPD yang setara dengan DPR juga didukung oleh partai politik di DPR.

 

“Parpol-parpol itu jangan hanya memperhitungkan DPD saat dibutuhkan saja. Selama ini, usul DPD untuk melakukan amandemen terbatas UUD 1945 untuk penguatan DPD selalu dimentahkan oleh DPR yang merupakan representasi dari parpol. Saya berharap parpol juga mendukung penguatan DPD,” ujar Anggota DPD Fahira Idris saat persiapan Sidang MPR di Gedung Parlemen, Jakarta (06/10).

 

Fahira mengatakan, penguatan DPD adalah keharusan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Di negara lain yang menganut sistem bikameral, senat diberi kewenangan yang besar untuk mengimbangi peran dan posisi DPR. Semua ini bertujuan agar mekanisme checks and balances dapat berjalan relatif seimbang antara DPR dan DPD. Setidaknya, lanjut Fahira, DPD diberi kewenangan meneliti ulang setiap RUU yang diajukan DPR, diberi hak yang sama dalam mengajukan RUU, dan ikut mengawasi pemerintahan.

 

“Kami ini dipilih langsung rakyat di provinsi kami masing-masing. Mereka (rakyat) berharap banyak dari kami agar aspirasi mereka jadi sebuah kebijakan. Tetapi kalau konstitusi tidak memberi kami kewenangan mewujudkan itu, ini artinya ada yang salah. Saya curiga, parpol-parpol yang ada di DPR, takut kalau ada lembaga yang mengimbangi mereka,” tukas Fahira.

 

Menurut Fahira, Idealnya, DPD difungsikan sebagai check and balances DPR. Selama ini, tambahnya, DPR tidak pernah berhasil menyelesaikan setiap RUU menjadi UU yang sudah mereka susun di Prolegnas. Belum lagi jika melihat banyaknya UU produk DPR yang di judical review ke MK. “Ini artinya, DPR perlu check and balances, dan fungsi itu ada di DPD,” jelas Fahira yang juga dikenal sebagai aktivis perempuan ini.

 

Pimpinan MPR ke depan, tambah Fahira harus bisa menaikkan posisi tawar DPD di Parlemen agar posisi DPD bisa dikuatkan melalui amandemen UUD 1945. “Parpol harus memandang DPD sebagai mitra sejajar, jangan hanya memperhitungkan saat suara kita (DPD) diperlukan saja,” ungkapnya lagi.

 

Senator asal DKI Jakarta ini mengatakan, dirinya mendukung usul Koalisi Indonesia Hebat untuk menjadikan anggota DPD sebagai Ketua MPR. Usul ini sebagai solusi untuk memecahkan kebuntuan antara Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat serta mencegah terjadinya kericuhan seperti saat pemilihan Ketua DPR.

 

“Dengan unsur DPD menjadi Ketua MPR, bukan berarti nantinya DPD memihak salah satu koalisi. Saya menyakini DPD akan tetap pada khittahnya yang independen dan berdiri di atas semua golongan atau memihak kepentingan rakyat,” ujar Fahira yang berharap proses berjalan pemilihan Ketua MPR berjalan tertib dan mengutamakan mufakat.

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

4 thoughts on “DPD Jangan Hanya Diperhitungkan Saat Dibutuhkan

  1. James
    October 7, 2014 at 6:12 pm

    Semoga saja DPD dapat bergungsi dengan baik dan adil sehingga Pemilihan Ketua MPR BERJALAN mulus dan damai sesuai dengan harapan rakyat Indonesia

  2. james
    October 7, 2014 at 10:23 pm

    jelas dan lengkaplah KMP menguasai DPR maupun MPR dan akan Memakai Segala Cara untuk Menjegaj maupun Memakzulkan Jokowi dan JK, kemanakah Demokrasi Indonesia ??? akan kah Rakyat dan Masyarakat Indonesia men Demo DPR dan MPR dikemudian hari dengan hebatnya ??? karena Korupsi dan hilangnya Demokrasi akan bergulir terus oleh KMP, hancur deh Indonesia !!!

  3. james
    October 7, 2014 at 10:36 pm

    7 Oktober 2014 Zulkifli Hassan (PAN) dari KMP menjadi Ketua MPR, langsung Rupiah Anjlok/IHSG Anjlok juga, nah loh semakin si Wowo macam-macam semakin hancur itu Rupiah, semakin niatnya Menjegal Jokowi dan JK semakin Hancur ini Negara Indonesia, apakah KMP masih mau mengatakan Mensejahterakan Rakyat ??? Rupiah anjlok, Korupsi akan semakin Hebat dan Politiknya Politik Menjegal dengan Segala Cara !!!

  4. AMASS.
    October 8, 2014 at 12:55 am

    Kalau dilihat paska pilpres pihak PDI-PJW/JK kelihatan sangat naïf membaca gerakkan2/gerilya yg dilakukan pihak PBW. Terlalu “mabuk kemenangan” lupa kewaspadaannya.,sikap “reset”
    Jelas2 dari pihak PBW sdg melaksanakan politik “bumi hangus.'” utk habis2an.:menang atau mati !!!.
    Amin Rais : istilahnya “Perang puputan”
    Sebaiknya PDI-P hrs “merespond;..hrs berani mereorganisir,istilahnya B.Karno ;” retool” & reshape dan refresh;,pimpinannya perlu yg professional, dan qualified,bukan hanya karena hub.keluarga (maaf) B Karno sbg pegangan..yg sifatnya sikap settler tetapi hrs benar2 “fighter” bukan sikap ke-Ibu-an”

    Kalau tidak ,saya khawatir sikap demikian akan mempengaruhi jajaran kebawahan. TERUS MLEMPEM……dan akhirnya ambles ….

    Seperti pepatah :” Jika kambing2 dipimpin harimau,semua kambing akan mengaum.(tetapi kalau harimau2 dipimpin kambing,semua harimau akan mengembik..)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *