Di balik pertarungan Prabowo vs Jokowi: Konsultan Politik Asing vs Dalam Negeri


148278_joko-widodo-dan-prabowo-subianto_663_382Rob Allyn (Prabowo) vs Denny JA (Jokowi)

Oleh Dewi Arum (Peneliti opini publik)

Setelah mayoritas lembaga quick count dan exit poll memenangkan Jokowi-JK
sebagai presiden dan wakil presiden kita berikutnya, saatnya kita
menganalisi lebih dalam soal strategi di balik pertarungan dua kandidat ini.

Pemilu presiden tak hanya menjadi pertarungan dua calon presiden dan dua
mesin politiknya. Namun ia juga menjadi pertarungan dua stategi yang
biasanya disusun oleh konsultan politik dan ahli survei opini publik dan
prilaku pemilih. Pertarungan Prabowo versus Jokowi menjadi semakin bewarna
karena juga melibatkan pertarungan dua konsultan politik, yang satu asal
amerika (Rob Allyn di kubu Prabowo) dan konsultan domestik yang dikenal
sebagai tokoh pertama yang membawa tradisi konsultan politik di Indonesia
(Denny JA di kubu Jokowi).

Pertarungan menentukan kalah dan menang antara Prabowo dan Jokowi sebenarnya
terjadi di 20 hari terakhir. Berdasarkan survei LSI di awal Juni 2014,
selisih kemenangan Jokowi hanya 6.3 persen. Namun di akhir Juni 2014,
merosot lagi kemenangan Jokowi hanya 0.5 persen saja, di bawah margin of
error. Dalam kondisi seperti ini, kalah dan menang menjadi tergantung dari
kecerdasan dan penetrasi kepada pemilih hingga hari-hari akhir menjelang
penjoblosan 9 April 2014.

Salah satu penyebab merosotnya dukungan kepada Jokowi adalah kampanye hitam,
penyebaran kebohongan soal identitas Jokowi. Ia digambarkan sebagai warga
non-pri, dari agama minoritas, bahkan belakangan disebut punya latar
belakang PKI. Info bohong soal Jokowi itu beredar hingga pelosok desa.
Bahkan anak-anak kecil di gang- gang kumuh bermain, sambil berlari dan
berteriak: “Jokowi belum sunat, Jokowi belum sunat.”

Sungguhpun berita ini bohong, tapi cukup mempengaruhi pemilih yang datang
dari segmen muslim konservatif, pendidikan menengah ke bawah dan ekonomi
menengah ke bawah. Berdasarkan survei LSI sejak Januari 2014- Juni 2014,
dukungan kepada Jokowi di segmen pemilih itu merosot dari di atas 50 persen
menjadi di bawah 40 persen. Padahal jumlah wong cilik ini sekitar 60-70
persen populasi. Tak heran, terjadi pergeseran dukungan dari Jokowi ke
Prabowo.

Kampanye hitam terhadap Jokowi terkesan sistematik dan dikerjakan oleh tokoh
yang mengerti prilaku pemilih. Luas beredar kabar, Prabowo mempekerjakan
konsultan politik asal amerika yang memang dikenal ahli dengan kampanye
negatif dan kampanye hitam: Rob Allyn. Di Tempo.co 5 juli 2014, Ketua Umum
Partai Gerakan Indonesia Raya Suhardi membenarkan Rob Allyn sebagai salah
satu konsultan politik Prabowo-Hatta.

Untuk menghadapi merosotnya dukungan atas Jokowi, dan semakin mengecilnya
selisih kemenangan, Timnas Jokowi pada tanggal 20 Juni 2014 secara resmi
menggunakan jasa konsultan politik Denny JA. Timnas Jokowi diwakili oleh
Andi Widjojanto mengontak Denny JA untuk memulai kerjasama.

Dalam dua kali pemilu presiden, Denny JA memang dikenal kontroversial namun
berhasil ikut memenangkan SBY di tahun 2004 dan 2009. Di tahun 2004,
misalnya, 3 bulan sebelum pemilu presiden, ia selalu menampilkan survei yang
menyatakan SBY akan menjadi presiden RI. Padahal saat itu partai SBY,
Demokrat, masih baru dan kecil. Tapi akhirnya pemilu presiden membuktikan
manuver Denny JA.

Yang lebih kontroversial lagi dalam pemilu presiden 2009. Sebulan sebelum
pemilu presiden, Denny JA bahkan ikut berkampanye membuat Iklan bahwa SBY
akan menang satu putaran saja. Isu satu putaran sempat menjadi isu paling
hot di era itu. Isu menang satu putaran itu bahkan mewarnai debat calon
presiden resmi di pemilu presiden 2009. Sekali lagi, pemilu 2009
membuktikan kebenaran prediksi Denny JA. Ia pun dianugrahi oleh PWI sebagai
“The Newsmaker of Election 2009.”

Denny JA sendiri mengaku sudah membantu Jokowi lebih awal. Namun bantuannya
sebelum dikontak Andi Widjajanto adalah bantuan secara pribadi kepada Jokowi
secara pribadi pula. Dalam catatan hariannya, ia berbicara melalui telfon
dengan Jokowi di rumah Luhut Pandjaitan, Sabtu 26 April sekitar jam 20.30.
Jokowi sudah memintanya secara pribadi untuk ikut menyiapkan strategi dan
team di luar team kampanye resmi.

Besoknya, minggu 27 April 2014, Denny JA berjumpa muka langsung dengan
Jokowi di rumah Luhut Pandjaitan. Saat itu Denny sudah memberikan gambaran
bahwa kekuatan Jokowi ada pada civil society dan relawan, bukan pada partai
politik dan media. Ia akan menggerakkan kekuatan itu, di luar team nasional
resmi nantinya.

Namun Denny JA mengakui, ia baru bekerja secara resmi dengan team konsultan
LSI setelah dikontak resmi oleh team nasional melalui Andi Widjajanto. Saat
itu dukungan pada Jokowi sudah terus merosot. Kekuatiran bahwa Jokowi bisa
kalah, sudah mulai meluas di kalangan elit. Denny JA pun segera menyusun
stragegi melawan kampanye hitam. Ia membuat program untuk pemilih wong cilik
dan pemilih menengah ke atas. Di balik pertarungan Jokowi versus Prabowo,
terjadi juga pertarungan strategi dua konsultan politik: Rob Allyn vs Denny
JA.

Dengan pengalamannya memenangkan dua kali pemilu presiden, 28 gubernur dan
70 walikota/bupati seluruh Indonesia, Denny JA merasa mampu menundukkan
konsultan politik luar negri yang disewa Prabowo. Denny JA mempekerjakan
jaringannya di 11 propinsi yang menjadi target. Total populasi dari 11
propinsi itu sudah di atas 70 persen dari seluruh populasi Indonesia.

Jaringan itu sudah ia kelola sejak memenangkan pilkada di daerah itu. Ribuan
relawan dilatih untuk door to door ke rumah wong cilik. Total rumah tangga
wong cilik yang didatangi pasukan relawannya berbilang jutaan. Denny JA
menargetkan mengambil kembali hati wong cilik yang pergi dari Prabowo
setidak 5 persen dari total populasi pemilih.

Ujar Denny JA, tanpa diminta resmipun, ia punya passion membantu Jokowi.
Bahkan jika perlu, ia rela mengeluarkan dana dari koceknya pribadi. Ini
masalah ideologi, ujarnya. Denny sendiri terjun langsung memberikan pidato
pengarahan di 3 propinsi terbesar: Jabar, Jateng dan Jatim. Untuk program
pengarahan ini, Denny JA bekerja sama dengan Timnas Relawan di bawah Eriko.
Denny meminta Eriko menyiapkan 30 kelompok relawan terkuat di masing-masing
propinsi itu. Kepanitian di dearah disiapkan PDIP cabang propinsi. Pidato
Denny JA di 3 propinsi itu sengaja diupload di youtube untuk juga bisa
didengar oleh team relawan di wilayah lain.

Denny JA juga meyakinkan Jokowi, dengan bantuan Luhut Pandjaitan, untuk
mengadopsi program yang sangat penting bagi civil society dan bagi wong
cilik. Pertama adalah janji program 100 hari jika terpilih. Dalam era 100
hari itu, Jokowi akan menanda tangani 3 perpres mengenai ekonomi,
politik/hukum dan budaya. Itu 3 isu yang paling popular. Janji itu segera
diiklankan. Denny JA sendiri yang membawa konsep iklan itu ke kompas, koran
pertama yang menyiarkan janji itu. Program itu kemudian diiklankan meluas
ke media lain, bahkan dibuatkan juga baliho, spanduk dan selebaran, juga
gerakan social medianya yang disebarkan ke seluruh Indonesia.

Kedua, program 5 kontrak politik dengan rakyat kecil yang kongkret: mulai
dari janji bantuan satu juta per bulan kepada keluarga miskin, gaji PNS,
guru, polisi dan TNI yang dinaikkan, janji menciptakan 10 juta lapangan
kerja baru, sampai bantuan desa 1.2-1,4 M per tahun yang lebih tinggi
angkanya dengan angka yang dikeluarkan Prabowo. Kontrak itu juga diiklankan
segera oleh Denny JA. Lima kontrak politik itu belakangan disempurnakan
Jokowi- JK dalam konf pers menjadi Sembilan Program Nyata. Namun lima
program kontrak politik yang disusun Denny JA itu tetap ada dalam Sembilan
program itu.

Kampanye hitam gaya konsultan politik Rob Allyin dilawan Denny JA dengan
kampanye putih untuk menarik minat wong cilik dan kalangan menengah atas.
Ujar Denny JA, “saya bisa juga menggunakan kampanye hitam untuk melawan
Prabowo. Namun saya tak bersedia melakukannya. Saya sejak lama
memperjuangkan Indonesia Tanpa Diskriminasi. Saya bersumpah tak pernah mau
menggunakan isu agama, etnis atau ras untuk memenangkan calon pemimpin. Saya
tak bersedia menang dengan menumbuhkan kultur diskriminasi yang lebih buruk.
Itu akan menjadi racun yang terus merusak masyarakat walau pemilu sudah
berakhir.

Ujar Denny JA, konsultan politik yang matang harus juga peduli dengan
pertumbuhan demokrasi dan hak asasi bangsanya.

Hasil exit poll dan quick count membuktikan, di minggu terakhir dukungan
Jokowi bangkit kembali. Konsultan politik asing yang kondang di negaranya
sudah dikalahkan oleh konsultan domestik Denny JA. Yang lebih penting lagi,
kampanye hitam dikalahkan oleh kampanye putih. ***

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Di balik pertarungan Prabowo vs Jokowi: Konsultan Politik Asing vs Dalam Negeri

  1. James
    July 10, 2014 at 5:20 am

    he he he dasar si Wowo yang berkoar-kpar Anti Asing !!! ternyata Konsultannya dari Amrik ternyata di keok kin dikalahkan oleh Konsultan Lokal, malu deh si Wowo menelan Ludah Sendiri, jadi yang BOHONG itu siapa ??? pintu RSJ terbuka Lebar Untuk si Wowo !!!

Leave a Reply to James Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *