“Curhat”


Seorang penyiar radio di Jakarta pagi ini membawa topik yang menarik perhatian saya, yaitu hobi

atau kebiasaan apa yang biasa dilakukan bersama oleh pendengar dan pasangannya. Saya awalnya tidak

terlalu memperhatikan obrolannya. Namun saat ia membicarakan Presiden RI dan ibu negara otomatis

telinga saya langsung mengalihkan fokus kepadanya.

Sang penyiar mengatakan bahwa SBY itu hobinya bermain musik sementara Ibu Ani Yudhoyono

hobinya fotografi. Walau demikian ada suatu kebiasaan yang sama diantara mereka berdua katanya,

yaitu hobi curhat – singkatan dari ‘curahan hati’ yang artinya sama dengan mengeluarkan uneg-uneg atau

perasaan hati. Lebih jauh lagi sang penyiar mengatakan bahwa sang presiden dan ibu negara bukan curhat

semata, melainkan curhat di depan forum yang didengarkan langsung oleh banyak orang.

Baru-baru ini Ibu Ani kembali menuai persepsi negatif dari masyarakat dari reaksinya dalam

akun instagramnya yang dinilai kurang bersifat negarawan (atau mungkin istilah lebih tepatnya

negarawati). Di akun instagramnya sang ibu negara mengunggah foto cucunya yang sedang bermain

gembira. Kemudian seorang follower-nya mengomentari, “Di saat rakyatnya yang sedang kebanjiran, Ibu

Ani malah sibuk dengan akun instagramnya :))”.

Komentar ini langsung memperoleh reaksi dari Ibu Ani, “Lho Ibu Jokowi (Gubernur DKI

Jakarta) dan Ibu Ahok (Wakil Gubernur DKI Jakarta) ke mana ya? Koq saya yang dimarahi.” Reaksi

itu dijelaskan secara panjang lebar olehnya dalam Rapat Paripurna Solidaritas Istri Kabinet Indonesia

Bersatu (SIKIB), yaitu perkumpulan para istri menteri kabinet Presiden SBY. “Seperti contoh kemarin,

saya jengkel, ada yang nulis, Ibu ini banjir kok main Instagram. Kesal saya jadinya, seolah tidak

mengurusi banjir, hanya main-main Instagram saja. Kemarin kan hari libur. Jadi kadang-kadang komen

itu memancing. Saya tidak tahu, setelah saya klik ternyata anak-anak, masih kelas III SMA.”

Lebih lanjut Ibu Ani menambahkan, “Kadang-kadang mereka enggak mengerti,

disangkanya powerful presiden dan ibu negara, harus semua dikerjakan oleh beliau. Kan ada sendiri-
sendiri, kalau di Jakarta harus ada perhatian dari istri gubernur atau istri wakil gubernur. Saya ingin

memberikan masukan kepada mereka, bukan semua urusan presiden dan ibu negara. Yang urusin banjir

ada Pak Syamsul Maarif (Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana).”

Topik Ibu Ani Yudhoyono dan akun instagram-nya ini bisa dengan mudah dibaca dengan lebih

detail lagi di internet. Saya hanya mengambil secuil tanggapan Ibu Ani dalam topik tersebut. Entah

karena emosi rasa jengkel, ketidak-sengajaan atau salah kutip dari kuli tinta, kata-kata “bukan semua

urusan presiden dan ibu negara” terkesan tidak pas dinyatakan oleh seorang ibu negara.

Semua urusan negara adalah urusan Presiden, dibantu oleh para pembantunya yang bergelar

menteri dan dirjen. Rakyat mengharapkan bahwa Ibu Negara juga bisa berpartisipasi untuk membantu

Presiden mengurus semua urusan negara. Kalau Presiden tidak mengurusi semua urusan negara maka

otomatis beliau tidak pantas untuk menjadi pemimpin negara. Buat apa memiliki seorang ketua RT yang

hanya sibuk memungut iuran kampung tapi tidak mengurusi masalah pembuangan sampah kampung? –

begitulah kira-kira analoginya.

Semua orang sah-sah saja memiliki hobi. Tetapi bagi pejabat negara dan keluarganya, mereka

harus sadar akan resiko jabatannya. Semakin tinggi posisinya semakin tajam pula perhatian dan kritikan

publik terhadap kehidupan mereka. Dengan semua fasilitas yang diberikan negara bagi kehidupan

mereka, yang berasal dari uang pajak yang dibayar oleh keringat rakyat, masyarakat memiliki hak untuk

melakukan hal tersebut.

Dalam hal hobi fotografi Ibu Ani, mungkin ada baiknya sang ibu negara lebih bisa sensitif dan

lebih berempati sebelum membagi-bagikan foto-foto kebahagiaan keluarganya. Tidak ada yang salah

dengan mengunggah foto-foto bahagia keluarga di internet. Tapi akan menimbulkan tanggapan yang

kurang positif apabila foto-foto bahagia dari keluarga seorang pemimpin negara itu diunggah tepat pada

saat rakyat yang memilih pemimpin negara tersebut sedang kesusahan akibat bencana alam misalnya.

[Type text]

Pada saat tulisan ini dibuat, Indonesia sedang dirundung berbagai bencana alam di berbagai

pelosok tanah air. Di berbagai kota terjadi banjir, termasuk di ibukota Jakarta. Di Sumatera Utara

puluhan ribu orang telah mengungsi selama berbulan-bulan akibat letusan Gunung Sinabung. Sementara

di berbagai kota pelabuhan para nelayan tidak bisa mencari nafkah akibat cuaca buruk dan gelombang

tinggi.

Apabila Ibu Ani jengkel membaca tanggapan di akun instagramnya mungkin ada baiknya juga

Ibu Ani menempatkan dirinya sebagai rakyat yang sedang kesusahan kemudian melihat ibu negaranya

sedang aktif dengan hobi pribadinya. Siapa pun pasti bisa mengerti mengapa rakyat jadi jengkel dan

kemudian mem-posting tulisan-tulisan yang tidak ramah dalam akun instagram sang ibu negara.

Mungkin ada baiknya Ibu Ani mulai mengunggah foto-foto yang lebih menyuarakan penderitaan

rakyat. Mungkin bisa diunggah foto-foto tentang TKW yang disiksa oleh majikannya di luar negeri,

tentang para TKI yang dijatuhi hukuman mati di Malaysia, tentang buruh yang semakin terdesak

ekonomi rumah tangganya, tentang para pengusaha yang gulung tikar akibat tidak jelasnya kebijaksanaan

pemerintah, tentang anak-anak yang terlantar akibat bencana Gunung Sinabung, banjir bandang, lumpur

Lapindo, tentang ……….(RO – Twitter: @iamwongkampung)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *