Cerita Lengkap KKB Papua Tembak Warga Sipil Tak Bersalah, Komnas HAM: Negara Wajib Lindungi Warganya


Aksi teror Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua kembali terjadi, kali ini dialami seorang warga sipil yang ditembak mati di tempat.

Menurut Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, penyerangan yang dilakukan KKB Papua ini terjadi pada Jumat (29/5/2020) di Jalan Trans Papua Magataga (perbatasan Kabupaten Intan jaya dan Kabupaten Paniai).

Warga sipil yang ditembak mati KKB Papua itu bernama Yunus Sani.

Ilustrasi - Kronologi KKB Papua Tembak Mati Warga Sipil, Mengaku Sebagai Tentara Hutan
Ilustrasi – Cerita Lengkap KKB Papua Tembak Warga Sipil Tak Bersalah, Komnas HAM: Negara Wajib Lindungi Warganya (IST/Tribun Manado)

Pihak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Provinsi Papua pun menanggapi aksi keji KKB Papua ini.

Begitupun Pastor Yustinus Rahangiar selaku pimpinan perwakilan gereja Katolik di Intan Jaya juga angkat bicara terkait insiden ini..

Berikut kronologi teror penembakan tersebut seperti dilansir dari Tribun Papua dan Kompas.id:

1. Saksi mendengar tembakan 8 kali

Menurut Paulus dalam keterangan tertulisnya, penyerangan yang dilakukan KKB Papua sebelumnya diketahui oleh seorang warga sipil bernama Pater Niko Wakey (saksi) yang mendengar suara tembakan 8 kali di Kampung Magataga, Distrik Wandai perbatasan Kabupaten Intan Jaya dan Paniai.

Hal itu seperti dilansir dari Tribun Papua dalam artikel ‘KKB Tembak Warga Sipil di Perbatasan Intan Jaya dan Paniai Papua, TNI-Polri Masih Kejar Pelaku’

2. KKB Papua mengaku sebagai tentara hutan

Kemudian Pater mendekati asal suara tembakan tersebut dan bertemu dengan tiga orang yang mengaku sebagai “Tentara Hutan”.

Salah satu dari ketiga orang tersebut memberitahu Pater tentang jenazah korban penembakan tersebut.

“Selanjutnya dia memberanikan diri untuk menyampaikan kepada ke tiga orang tersebut bahwa saksi atas nama pihak gereja akan mengurus serta membawa jenazah ke Distrik Sugapa,” papar Paulus, Selasa (2/6).

Saksi, imbuh Paulus, kemudian meminta izin kepada tiga orang tersebut untuk melintas menuju Kampung Alemba, Distrik Homeyo, karena dia masih takut apabila langsung menuju tempat kejadian perkara.

3. Sempat terjadi adu mulut

Lanjut Paulus, kemudian keesokan harinya Sabtu (30/5) saksi bersama beberapa masyarakat sipil berangkat menuju Kampung Magataga untuk mengambil jenazah.

Namun pada saat perjalanan menuju ke tempat kejadian perkara, saksi bertemu dengan sekelompok yang mengatasnamakan tentara hutan dan kembali meminta izin untuk membawa jenazah ke Distrik Sugapa.

Bahkan sempat terjadi adu mulut antara saksi dan kelompok tentara hutan yang mengancam jenazah akan dibuang ke Sungai Kemabu.

Namun akhirnya kelompok yang mengaku tentara hutan itu mengizinkan rombongan membawa jenazah Yusuf Sani dengan pengawalan dari Kampung Magataga menuju seberang Sungai Kemabu.

“Setelah sampai di seberang sungai Kemabu, sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan tentara hutan meninggalkan saksi,” kata Paulus.

 

Lebih lanjut, kata Paulus, sesampainya di seberang sungai Kemabu, saksi dibantu oleh beberapa masyarakat dan membawa jenazah menuju Kampung Bilai, Distrik Homeyo.

Dilanjutkan membawa jenazah ke Kampung Mamba Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

4. TNI-Polri melakukan pengejaran

Saat ini petugas gabungan TNI-Polri masih melakukan pengejaran terhadap KKB Papua tersebut.

“Pasca penembakan situasi dalam keadaan aman dan kondusif,” ujarnya.

Sementara itu, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom belum memberikan keterangan terkait dengan penyerangan tersebut.

VOA telah mencoba menghubungi juru bicara dari sayap militer OPM tersebut namun hingga laporan ini ditayangkan belum mendapat respons.

5. Tanggapan Komnas HAM

Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua, Frits Ramandey.

Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua, Frits Ramandey. (TAMPAK LAYAR KOMPAS/FABIO COSTA)

Menganggapi kasus ini, Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Provinsi Papua Frits Ramandey mengatakan, perlu upaya Pemda setempat dan tokoh masyarakat untuk berbicara dengan KKB Papua.

Seperti dilansir dari Kompas.id dalam artikel ‘Warga Sipil Ketakutan, Kelompok Bersenjata Duduki Distrik Wandai di Intan Jaya’, tujuannya untuk meminta kelompok itu tidak menyerang warga sipil yang tak bersalah.

 

“Apabila upaya persuasif gagal, maka negara harus hadir untuk melindungi warganya di Distrik Wandai.

“Diperlukan upaya penegakan hukum agar warga mendapatkan kembali haknya untuk hidup aman,” tegas Frits.

Pastor Yustinus Rahangiar, selaku pimpinan perwakilan gereja Katolik di Intan Jaya mengaku, pihaknya merasa heran dengan serangan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

“Para korban yang ditembak adalah warga setempat dan sudah lama berada di Wandai.

Situasi keamanan yang tidak kondusif menyebabkan warga merasa ketakutan untuk beraktivitas seperti biasa, ” tutur dia.

KKB Papua Kuasai Distrik Wandai

Sementara itu, KKB Papua beberapa pekan terakhir berhasil menguasai Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

KKB Papua ini telah membangun markas di sana dan membuat warga ketakutan.

Kabar ini dibenarkan oleh Kapolres Intan Jaya, Ajun Komisaris Besar Yuli Karre Pongbala saat dihubungi dari Jayapura, Senin (1/6/2020).

Diketahui, KKB Papua tersebut juga bertanggung jawab atas penembakan dua tenaga kesehatan, yakni Alemanek Bagau dan Heniko Somau yang sedang bertugas dalam penanganan Covid-19.

 

Melansir dari Kompas.id dalam artikel ‘Warga Sipil Ketakutan, Kelompok Bersenjata Duduki Distrik Wandai di Intan Jaya’, kelompok ini pernah menembak mati seorang petani bernama Yunus Sani yang sedang melintasi Kampung Magataga, Distrik Wandai, pada Jumat (29/5/2020).

KKB Papua menganggap petani tersebut sebagai mata-mata atau intelijen yang memasok data ke pihak TNI-Polri.

“Kehadiran kelompok ini membuat para warga ketakutan

“Ada warga yang telah mengungsi ke rumah kerabatnya di distrik lain.

“Jumlah mereka sekitar 50 orang dan memiliki beberapa pucuk senjata laras panjang,” ungkap Yuli.

Yuli mengakui, belum ada aparat TNI-Polri yang bertugas di Distrik Wandai.

Dari delapan distrik di wilayah tersebut, aparat keamanan baru berada di tiga distrik, yakni Homeyo, Hitadipa, dan Sugapa, ibu kota Intan Jaya.

Adapun lima distrik lain belum dijaga pihak kepolisian, yakni Tomasiga, Agisiga, Ugimba, Wandai, dan Iyandoga.

“Kami bersama pihak TNI harus menyusun strategi yang matang untuk menghadapi kelompok ini di Wandai.

“Perjalanan ke sana hanya melalui jalur darat yang aman,” tutur Yuli.

Ia mengimbau warga agar tidak beraktivitas di lokasi yang dekat dengan markas KKB Papua di sana.

Tujuannya untuk mencegah kembali terjadinya insiden penembakan warga sipil di Wandai.

“Kami telah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan agama.

“Mereka akan mengimbau warga berhati-hati dalam beraktivitas di tengah teror kelompok tersebut,” tambahnya.( WK / IM )

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *