Apartemen Mewah yang Sia-sia


JAKARTA — Banyaknya apartemen mewah di Jakarta membuat tata ruang kota penuh ornamen gedung pencakar langit. Kehadirannya ikut memberikan warna bagi dinamika kehidupan, sebab yang tinggal di apartemen berarti orang kaya.

Siapa bilang apartemen menjadi salah satu cerminan seseorang banyak uang? Ini bisa kita lihat dan kunjungi di kawasan Epicentrum Rasuna, Kuningan, Jakarta. Kawasan itu memang terkenal elite di Jakarta, megah, mewah, dan tertata dan membuat siapa saja betah melintasi jalan itu. Apalagi kawasan itu masih jarang dilintasi kendaraan.

Gedung-gedung menjulang tinggi ke angkasa bukan suatu hal yang lumrah di sana. Apalagi kala melihat jejeran menara (tower) apartemen di sana yang jumlahnya sampai puluhan. Ironisnya, apartemen yang dalam stigma manusia merupakan hal yang mewah, di sini akan menjadi sebuah kontradiksi kala jajaran apartemen itu tak lagi terlihat indah.

Warna gedung yang memudar terkena sengatan matahari, jemuran yang tergantung di setiap jejeran gedung berlantai 30 yang berada di pusat kota itu tak nyaman dipandang orang. Melihat pemandangan itu, secepat kilat kita langsung berpikir bahwa hal itu mirip sebuah rumah susun yang kini sedang dihabisi karena bagi beberapa orang sudah tak layak lagi di kota.

Dibandingkan dengan rumah susun tentu berbeda jauh. Apartemen sebagai simbol kekayaan, dan rumah susun simbol kemiskinan. Apalagi kalau melihat harga sewa apartemen yang begitu mahal. Di apartemen Taman Rasuna, misalnya, harga sewanya berkisar Rp 5-7,5 juta per unit. Jauh berbeda dengan Rumah Susun Kemayoran yang harga sewanya saja tidak sampai Rp 2 juta per unit.

Jika begitu, negara ini seperti menyekat atau memisahkan pergaulan antara si kaya dan si miskin, atau malah si kaya yang difasilitasi pemerintah agar lebih kaya. Si miskin ditendang dari kota tanpa menyisakan apa pun, termasuk rumah yang “abakadabra” disulap jadi apartemen.

Beralih ke kawasan Setiabudi Jakarta, di atas jembatan yang menghubungkan Jalan Rasuna Said dengan Latuharhari. Jika menengok ke kiri, kita bisa melihat empat menara indah bernuansa biru. Kali ini betul-betul indah dengan warna cerah, tanpa jemuran di setiap jendelanya.

Lain hal dengan di Rasuna, di Four Seasons Residence terlihat penghuninya tak seramai di Rasuna. Itu bisa terlihat dari jarangnya lalu lalang kendaraan yang masuk dan keluar apartemen. Jendela kamar-kamarnya pun terlihat melompong.

Pengamanan hunian yang satu ini memang tak semudah di apartemen Rasuna yang seperti rumah susun, siapa saja bisa masuk. Di Setiabudi, penjagaan apartemennya sangat ketat, tak sembarang orang bisa masuk. Empat satpam di depan pintu masuk siap menginterogasi yang menyulitkan siapa saja yang ingin masuk, kecuali pemilik apartemen dan mungkin pegawai di sana.

Pemandangan yang tidak lazim di apartemen ini adalah ketika kita menengok jalan di sebelahnya, tepatnya Jalan Setiabudi Tengah. Di sana masih banyak perumahan penduduk menengah ke bawah atau malah penduduk yang tak punya rumah.

Lagi-lagi ini semua menjadi sebuah ironi, di mana apartemen di Jakarta banyak yang belum tepat sasaran. Ada yang pemandangannya tak sedap dipandang mata layaknya sebuah rumah susun, ada juga yang pembuatannya mubazir dan memakan lahan untuk rumah murah dari program pemerintah.

Rakyat miskin di negara ini seperti yang tertuang di Undang-undang Dasar 1945 seharusnya dipelihara negara. Seharusnya pemerintah mengambil langkah berani memperjuangkan hak si miskin yang juga ingin menikmati hunian di pusat kota yang strategis dan terjangkau. Sementara itu, si kaya tadi biarlah pindah karena dia bisa melakukan apa saja dengan uangnya.

Pemerintah harus berani melakukan tindakan tegas dengan cara mengambil tanah mubazir yang ditempati apartemen-apartemen tadi. Jika itu dilakukan, bukan mustahil program rumah murah untuk mengedepankan rakyat miskin bisa berjalan dengan baik.

Dengan begitu, bangsa ini akan sejahtera ke depannya. Atau malah pemerintah membiarkan dan memperkaya diri dengan proyek apartemen-apartemen yang terus memakan ruang kota dan tentunya mendiskriminasi rakyat miskin dan bukan malah dipelihara.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *