Melanjutkan kuliner tradisional Indonesia yang populer sejak zaman Belanda


Melanjutkan kuliner tradisional Indonesia yang populer sejak zaman Belanda

dilaporkan: Setiawan Liu

Bogor, 25 Agustus 2022/Indonesia Media – Upaya melanjutkan, memopulerkan kuliner tradisional Indonesia sejak zaman kolonial Belanda masih mengacu kepada resep-resepnya yang ditulis tangan dan dimuat di buku ABC. Resep-resep kuliner tersebut dibuat para leluhur keluarga Tionghoa di Indonesia, termasuk hidangan Rijsttafel yang sangat terkenal. Bahkan Rijsttafel direkomendasikan keluarga-keluarga Tionghoa di Batavia (Jakarta), Bogor, Bandung kepada orang-orang Belanda. Salah satu keluarga Tionghoa, yakni alm. Harjati Purboyo/Lauw Kwee Nio atau yang akrab disapa Tante Kwee. “Ibu saya, Tante Kwee belajar resep jenis jajanan asli Indonesia dan juga Belanda. Kami modifikasi (resep) karena kualitas bahan menentukan rasa, enak atau tidaknya. Resep-resep masih tersimpan pada Buku ABC, tapi (kondisinya) sudah reyot, rapuh, menguning,” Susan Purbojo atau Poei An Nio, putri  Tante Kwee mengatakan kepada Redaksi.

Resep kuliner Indonesia buatan Harjati Purboyo, sebetulnya juga warisan dari kakek-neneknya. Sehingga resep tersebut sudah turun temurun sampai empat generasi. Sajian kuliner dari semua resep para leluhur sudah mulai disajikan di Resto/Café Doea Tjangkir di Jl. Sawojajar Bogor. Resto yang sudah berdiri sekitar tahun 1980 an sudah mulai membagi-bagikan kepada pengunjung. Beberapa kuliner tradisional; bika ambon, kue mangkok gula merah (gula jawa), talam pandan, bugis, cente manis, klepon, nagasari, kue pisang hunkue, talam hijau dan lain sebagainya. “Teman sekolah saya yang juga kenal dengan Tante Kwee, mengikuti perkembangan kuliner dan usaha bakery tradisional di Bogor. Dia tahu persis mengenai resep-resep tersebut dan menuangkan dalam tulisan. Dia bukan penulis profesional, tapi punya kemampuan dasar menulis,” kata perempuan kelahiran Batavia, September 1945.

Resep Tante Kwee, terutama kue-kue basah sudah sering disajikan kepada para pengunjung Doea Tjangkir. Hasrat Tante Kwee bikin berbagai jenis jajanan pada zaman Belanda (1930 – 1950 an) juga paralel dengan berdirinya, toko roti/kue Bogor Permai (Boper) pada tahun 1963. Boper yang masih eksis berdiri tetap menjadi nostalgia wisata kuliner di kota hujan, Bogor terutama mereka yang sekarang sudah lanjut usia. Boper menjadi salah satu objek wisata kuliner yang paling banyak dikunjungi, baik oleh warga kota Bogor, wisatawan lokal hingga wisatawan mancanegara sejak berdiri sampai sekarang. “Saya generasi kedua, sempat kelola Boper. Pertama kali (sejak berdiri tahun 1963) Tante Kwee yang bikin resep dan jual di Boper. Sekarang, Boper dikelola oleh generasi ketiga. Sejarah Boper dan Buku ABC parallel. Tante Kwee juga belajar resep Belanda, tapi kami modifikasi karena kualitas bahan menentukan rasa, enak atau tidak. Saya simpan Buku ABC sejak saya masih kecil, tahun 1954. Saya lahir di Jatinegara, Jakarta dan pindah ke Bogor. Semasa kecil tahun 1956, saya di Taman Sempur Bogor dan sudah sering main di Boper” kata Susan. (sl/IM)

keterangan foto:

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *