4 Fakta tulisan Ahok soal kelakuan anggota DPR kunker ke luar negeri


Kehadiran pimpinan DPR Setya Novanto dan Fadli Zon di jumpa pers bakal calon presiden Amerika, Donald Trump ramai dibicarakan. Berdasarkan laporan anggota DPR, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) memutuskan untuk memeriksa Setya dan Fadli.

Rupanya kelakuan anggota DPR tersebut mempunyai kisah tersendiri bagi Gubernur DKIJakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dalam website pribadinya, Ahok.org, mantan bupati Belitung Timur itu pernah menceritakan pengalamannya saat kunjungan kerja ke Maroko, saat menjadi anggota Komisi II DPR lalu. Perjalanan itu terjadi pada September tahun 2010 lalu.

Ahok menceritakan bagaimana ulah anggota dewan yang dalam gambarannya sengaja melakukan perjalanan hemat agar uang sisa bisa dimasukkan ke kantong pribadi. Dia pun menyebut perjalanan dinas anggota DPR ke luar negeri untuk nyolong uang dan waktu.

Berikut tulisan Ahok soal lawatan anggora DPR ke Maroko, yang dia posting dengan judul tulisan Laporan Perjalanan GKSB Maroko:

1.Utamakan jalan-jalan daripada tugas

 Ahok.Org (28/09) Hari Jumat, 24 September 2010, keberangkatan ke Dubai, berangkat dari Jakarta menuju Dubai jam 18.30 WIB. Tiba di dubai jam 22.30 (waktu setempat), waktu Jakarta jam 02.30 (WIB). Kami harus menunggu sampai jam 07.35 waktu Dubai atau 11.35 WIB waktu Indonesia untuk berangkat dari Dubai menuju Casablanca, Morocco.

Sabtu, 25 September 2010, Akhirnya pada pukul 00.51 pagi waktu Dubai saya menerima uang sisa tiket yang hanya US$ 122 saja. Uang perjalanan dinas sebesar US$ 220 x 4 hari dipegang ketua delegasi untuk biaya makan dan hotel di Maroko. Padahal biaya paket selama di Maroko dan Spanyol (saya harus ikut bayar walau tidak ikut,karena hitungannya satu kelompok/group, saya dikenakan US$ 1,350), perincian potongan terlampir.

Tiba di Dubai jam 22.30, berangkat lagi ke Maroko dari Dubai jam 7.35 (waktu Dubai). Seharusnya Maskapai Emirates kasih penginapan gratis buat yang transitnya lama, ke mana jatah ini ? Padi Tour yang mengelola perjalanan DPR, mengapa seperti bisa monopoli perjalanan DPR ? Atau ini akibat anggota DPR memang suka menghemat uang dengan cari yang termurah agar bisa membawa istri dan anak jalan jalan bahkan untuk bisa ke negeri tetangga?

Tiba jam 13.00 waktu setempat di Casablanca, nunggu di VIP room sampai naik bis jam 14.08 siang, menuju Maracas. Perjalanan butuh 3 jam. Menginap di Maracas alasannya karena pusat budayanya Maroko/karena ibu kota lamanya Maroko.

Pukul 20.37 malam kami sampai ke restoran untuk makan malam. Bukankah menurut jadwalnya masuk hotel dulu, karena dari tempat makan ke hotel butuh 1 jam lagi. Ini menunjukkan pelaksanaan jadwalnya ngaco. Harusnya sesuai jadwal jam 17.30 sudah masuk hotel dan makan malam jam 19.30.

Jadwal ini mengutamakan jalan-jalan bukannya tugas?
Akhirnya sampai di hotel Kenzi Farah bintang 5 (www.kenzitowerhotel.com) pada jam 21.06 malam. Seorang Ibu, salah satu anggota rombongan perjalanan, jatuh sakit karena kecapaian. Inikah kebersamaan? Padahal rakyat membiayai para anggota DPR dan pejabat dengan tiket kelas bisnis agar bisa tetap sehat dan konsentrasi dalam bertugas dan juga karena sadar adanya perbedaan waktu yang sering menyebabkan gangguan kesehatan/kecapaian akibat “jetleg”. Acara menanti minggu sore dan senin pagi sampai siang, sementara tenaga,pikiran dan kesehatan telah terkuras karena duduk di kelas ekonomi dan perjalanan yang panjang. Semua ini demi penghematan uang buat jalan-jalan atau buat bawa oleh-oleh?

Apakah salah ada jalan-jalan selama di Maroko? Bagi saya tidak masalah selama sekitar kota Rabat tempat acara pada waktu tidak ada acaranya. Yang jadi masalah kalau sengaja diatur jalan-jalan di awal, dan akibatnya rombongan sudah kelelahan buat acara intinya. Kalimat yang sama yang saya dulu dengar sewaktu menjabat anggota DPRD kabupaten, “ini yang penting kebersamaan”, ternyata di DPR juga sama saja.

Sampai saat ini saya masih belum mendapat buku panduan dan jadwal acara finalnya. Penghematan-penghematan agar dapat jalan-jalan ke Spanyol jelas sangat keterlaluan apalagi uang harian juga dihitung termasuk selama di Spanyol dengan uang rakyat (APBN).

2.Ketua delegasi curang

Minggu, 26 September 2010, kami berangkat pukul 8.44 pagi waktu setempat dari hotel menuju Rabat. Setelah melewati penjelasan yang panjang lebar, akhirnya uang per diem saya di Maroko 4 hari saya terima pagi ini, total terima US$ 685, dari harusnya $ 992. Kekurangan ini karena ketua delegasi minta $250 lagi buat dana tatktis. Alasannya dana taktis dari DPR untuk rombongan US$ 2.000 digunakan untuk souvenir US$ 1,000, dan buat dana tambahan untuk staf dan tenaga ahli US$ 1.500 (US$ 500 per orang untuk 3 orang).

Pukul 12.06 masih di perjalanan. Ini benar-benar keterlaluan. Acara di Rabat jam 16, kata supir menuju rabat butuh 4,5 jam. Mana keburu? Sungguh malu acara jam 16 sampai terlambat, padahal sudah dari kemarin siang tiba di Maroko. Pukul 12.35 kami makan siang, menunggu main course. Bagaimana keburu jam 16 acara di Rabat? Ada yang usul minta acaranya di Rabat diundur saja, dan mereka akan maklumlah karena kami dari DPR. Mungkin maksudnya maklum payah; urus selalu jalan-jalan yang utama sementara acara resmi ogah-ogahan?

Saat ini sudah jam 16.08, baru lihat petunjuk ke Casablanca 32 km, ke Rabat 120 km, untuk apa ke Marrakech? Jelas ini niatnya jalan-jalan dari pada ketemu parlemen Maroko. Apa semua GKSB DPR RI dengan parlemen seluruh dunia seperti ini? Atau memang niatnya sekedar agar anggota DPR RI pernah keluar negeri jalan jalan? Dan yang jelas-jelas manipulasi data, adalah seperti yang terlihat di buku panduan. Dari Marrakech jam 11 menuju Rabat akan tiba jam 13.30 (stop makan jam 12 di restoran), artinya seolah olah hanya 1 jam atau 1,5 jam perjalanan, ternyata butuh 4,5 jam! Jelas-jelas manipulasi data alias kami kena tipu! Kena tipu siapa? Ketua delegasi, travel tour atau staf?

Saya akhirnya baru menerima buku panduan perjalanan siang hari, dan lucunya pada hari senin (27/9) dibuat langsung check out hotel jam 8.30, baru acara sampai 13.30, lalu jadwal kosong. Selasa jam 8.00 sarapan pagi, sementara faktanya rombongan senin sore menuju Casablanca dan terbang ke Spanyol. Dalam acara tidak ditulis acara ke Spanyol. Jadi ,sampai tanggal 29 dibuat seolah olah masih di Maroko kegiatannya, dan ditulis 13.20 berangkat dari Casablanca menuju Jakarta.

Jadi jelas ketua delegasi dan pimpinan BKSAP tahu tidak boleh ke Spanyol tetapi masih nekad, dan bukan hanya bohong ada di Maroko, tapi uang perjalanan juga termasuk uang di Spanyol yang notabene hampir dua kali lipat uang di Maroko. Bukankah kalau diaudit BPK dengan memeriksa uang perjalanan, auditor, BPK akan tahu kejanggalan ini karena sistem at cost. Wajar hasil audit BPK atas perjalanan DPR selalu disclaimer (bermasalah). Kenapa tidak ditindak? Karena ada masalah anggaran yang dikuasai DPR sehingga BPK tidak berani mengutak-atik DPR?

Yang menarik dalam buku panduan ada tertulis extand khusus untuk ketua delegasi dan istri tanggal 3 Oktober 2010 Dubai-Zurich, 7 Oktober 2010 Zurich Dubai dan 8 Oktober Dubai-Jakarta. Apakah ini artinya beliau ada perjalanan acara DPR lainnya di Zurich karena beliau juga pimpinan BKSAP? (yang isunya sering ke luar negeri). Kalau iya, dengan sistem tiket yang lump sum artinya beliau mengantongi selisih tiket Dubai Jakarta dari kunjungan ke Maroko (+Spanyol) dan tiket kunjungan ke Zurich dari Jakarta Dubai.

Kalau ini benar terjadi sungguh pencurian yang luar biasa atas uang rakyat, siapa yang bisa mengauditnya ? BPK? Hasil disclaimer juga tidak ada sanksinya? (Keterangan dari staf kepada saya, ketua delegasi ke Zurich untuk acara DPR lainnya, jadi beliau gunakan SK perjalanan lain, artinya semua dugaan saya benar, ada penghematan uang tiket yang masuk kantong pribadi karena sistem lump sum).

3.Tak serius bahas kerja sama antar negara

 Pukul 17:49 waktu setempat tiba di hotel La Tour Hassan (lokasi Rabat Morocco, www.LaTourHassan.com). Masalahnya acara kemerdekaan sudah sangat terlambat. Kami sibuk ganti baju batik untuk ke acara. Jam 18.36 baru menuju ke acara yang sesungguhnya telah usai, tinggal ramah tamah saja ke Wisma Duta. Pukul 19.01 tiba di Wisma Duta, bagus dan udah milik sendiri.

Ternyata masyarakat Indonesia sudah pada pulang (mungkin kecewa) dan merasa tidak perlu ketemu anggota DPR yang sudah ada di Casablanca sejak sabtu siang masih tetapi tidak bisa capai Rabat jam 16 hari minggu buat acara Indonesia Day yang dihadiri dubes-dubes negara lain di Rabat. Dubes Amerika juga hadir. Dubes sampaikan seharusnya 7 hari di rabat. Nyatanya pada memilih jalan-jalan ke Spanyol dan jalan-jalan dulu sampai acara jam 16 menjadi terbengkalai (terlambat datang).

Senin, 27 September 2010, Pukul 9 pagi kami berangkat dari hotel menuju kuburan raja Muhammad 5 , setelah itu kami ke gedung parlemen. Kami hanya seperti tour saja saat ini (jam 10.13), dan yang diajak masuk ke ruang Wakil Ketua parlemennya hanya ketua delegasi dan dubes kita saja. Kami lihat-lihat ruangan sidang diantar Sekjen parlemen mereka.

Pukul 10.54 siang dimulailah pertemuan seminar dengan pihak parlemen dan pengusaha Maroko . Pakai bahasa Arab dengan bantuan penerjemah. Problem bahasa sangat terasa sekali, Kalau pemerintah bisa siapkan mahasiswa-mahasiswa untuk kuliah di sini akan sangat membantu untuk hubungan kedua negara. Sayangnya untuk menjadi mahasiswa/i sering harus test bahasa Inggris dan Prancis, kita harus siapkan. Mereka sudah buka test dengan bahasa Inggris saja buat mahasiswa yang tidak punya latar belakang Prancis dan Spanyol. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah mahasiswa Indonesia di Maroko.

Parlemen Maroko mengharapkan lain kali bisa tinggal lebih lama dan bisa kunjungan kelapangan untuk melihat peluang-peluang yang bisa dikerjasamakan, termasuk apa-apa yang dapat dibenahi bersama kedua Negara. Yang sangat memalukan adalah siang ini rombongan sudah buru-buru ke Casablanca untuk ‘nyebrang’ ke Madrid Spanyol. Mereka tidak ikut acara lagi karena takut tertinggal penerbangan pulang Jakarta via Dubai jam 13.20. Sore ini tinggal saya sendiri di Hotel, mungkin dengan mahasiswa Indonesia yang ambil S3. Saya mau lihat barang-barang produk asli Maroko terutama dari bahan kulit asli. Mereka menawarkan kerjasama kelautan, kemaritiman dan pelabuhan. Mereka tertarik soal kehutanan di Indonesia. Ada anggota parlemen Maroko yang bicara penuh semangat tetapi distop ketuanya agar jangan kelamaan karena waktu yang terbatas. Anggota ini agak marah dan bilang ‘bagaimana ini masak datang jauh-jauh hanya ketemu sebentar saja?’ Penerjemah kedutaan kita tidak mau terjemahkan, untung ada mahasiswa S3 kita yang ambil kuliah di sini duduk sebelah saya , jadi bisa saya minta artikan kenapa dia agak protes. Setelah selesai berbicara orang tersebut kemudian pergi meninggalkan ruangan karena mungkin merasa ini hanya dagelan semata. Datang jauh-jauh bukan mau kerja tetapi plesiran saja anggota DPR RI ini?

Dalam hati saya sependapat dengan orang tersebut. Harusnya seminar seharian dapat digunakan untuk menuntaskan apa hambatan hubungan ekonomi dan politik antar dua negara yang pernah begitu bersejarah dipelopori dan dibangun oleh Bung Karno

Sekarang giliran pengusaha maroko yang ngomong (jam 12:24). Namanya Ismael Hasan mewakili pengusaha Maroko. Mereka butuh banyak karton kertas buat bungkus tomat-tomat mereka untuk ekspor.

Kebutuhan benih2 pertanian dari Indonesia, termasuk plastik-plastik untuk rumah pertanian dan buat packaging. Transportasi laut yang menghubungkan langsung Indonesia dengan Maroko belum ada.(Mereka tawarkan penghapusan pajak berganda bagi negara2 sahabat). Ada lagi wakil rektor Universitas Marrakech berbicara kurangnya Indonesia mengirim mahasiswa padahal gratis biaya kuliah disini. Alangkah kurangnya waktu, karena ketua delegasi sudah tergesa ke Spanyol. Seharusnya setiap kunjungan GKSB harus gunakan pertemuan seharian atau 2 hari. Hubungan 2 negara mana bisa dibicarakan dalam 1-2 jam? Jelas tidak bisa, buat apa buang waktu jauh-jauh ke sini dan habiskan uang rakyat yang banyak?

Selanjutnya Dubes kita pak Tosari Wijaya mendapat giliran bicara. Intinya semua yang disampaikan akan beliau dorong pemerintah dan DPR untuk lakukan. Keterlaluan akhirnya ketua delegasi mengatakan: karena keterbatasan waktu,maka kami sebagai anggota tidak diberi kesempatan untuk berbicara,bisa dilanjutkan sambil makan siang saja (siapa yang suruh ketua nyimpang ke Spanyol? Jelas pelanggaran kalau diperiksa BPK!). Sungguh keterlaluan. Kalau pertemuannya di Indonesia udah aku semprot, tetapi aku diam menahan diri demi menjaga wajah DPR jangan sampai kami beradu mulut depan parlemen Maroko.

Jam 12.52 Ketua teruskan bicaranya. Ketua intinya ingin sebagai negeri muslim Maroko di Barat dan Indonesia di Timur bisa jadi perangkai negara-negara muslim yang terletak di antaranya.

Saat ini kami sedang menunggu mau makan, duduk di meja makan, setelah tadi foto dan tukar kado. Dari meja makan anggota parlemen Maroko yang duduk semeja dengan saya menanyakan soal gaji. Kalau mereka sebulan Rp.40 juta per anggota, dan begitu kami katakan Rp56 juta/bulan, dia katakan masih besaran kalian gajinya padahal pendapatan perkapita Maroko sudah US$3.700,menurutnya, dan Indonesia belum capai US$2000 pendapatan perkapitanya. Sekedar info, nominal pendapatan perkapita Indonesia menurut data tahun 2008 adalah sebesar $ 1.420.

Gedung parlemen Maroko untuk ukuran kita seperti kantor DPRD propinsi saja. Saya nyeletuk DPR kami sudah besar kantornya masih mau bangun lagi, padahal anggota DPR tidak kerja di ruangannya, melainkan hanya di ruang paripurna, komisi dan badan saja.

4.Tipu anggaran buat jalan-jalan ke negara lain

 Ada crew TV lokal maroko yang minta untuk mewawancara saya. Tetapi langsung dari kedubes kita melarang, alasannya hanya ketua delegasi yang berhak ngomong. Ini gila benar. Haknya sama, takut aku cerita di media Maroko rombongan kerja sama habiskan 7 hari dan buru-buru ternyata jalan2 ke Spanyol? Parah juga konspirasinya.

Akhirnya sampai di hotel, jam 14.27, kawan-kawan dengan bis balik ke Casablanca menuju Madrid. Saya diantar pak Dubes dengan Mercedes S 350 type baru pulang ke hotel. Aku menunggu mahasiswa S 3 Indonesia yang belajar soal Syariah, untuk lihat peluang bisnis yang mungkin ada dan bisa mahasiswa kerjakan antara Maroko dan Indonesia. Beli voucher internet buat kirim email dan hidupkan layanan Blackberry saja, 1 jam 50 Dirham Maroko (50 ribuan rupiah).

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.39 sore, saya menunggu mahasiswa Indonesia yang mau mengajak saya melihat produk-produk asli Maroko yang mungkin bisa kita jual atau masukan dari Indonesia. Namun mereka belum muncul di hotel, janjinya sore, memang di luar matahari masih panas. Maka saya pun menunggu saja. (Mahasiswa ini anak tokoh Partai Golkar dan pengurus DPP di masanya Akbar Tanjung dan anggota DPR beberapa periode). Telepon masuk pukul 19.09, ternyata dari mahasiswa S3 baru datang ke hotel mengajak jalan-jalan.

Saya diajak jalan ke pasar rakyat bersama istrinya yang orang Irak (sudah fasih bahasa Indonesia), sewaktu makan ketemu pak Dubes bersama istri yang baru selesai nonton film Itali atas undangan Dubes Italy di Rabat. Saya sempat berfoto dengan supir pak Dubes yang sudah 26 tahun kerja di KBRI dan sudah fasih berbahasa Indonesia.

Demikian laporan perjalanan GKSB maroko, besok pagi jam 9 rencana menuju Casablanca untuk kembali ke jakarta via dubai jam 13.20 waktu casablanca (GMT 0) Rabat, Mon, Sep 27, 2010 22:35:25.( Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *