Mau tahu seperti apa bentuknya ketika 15 romo (imam Katolik) menggugat para dewa di kahyangan Jonggring Saloka? Apa benar itu bisa terjadi?
Dari judulnya saja sudah menggelitik saraf tawa. Namun, tentu saja untuk membuktikan bahwa para romo itu benar-benar menggugat ke kayangan atau tidak, ya terpaksa memang harus menonton opera tersebut. Sang sutradara Djaduk Ferianto sudah menjadi jaminan kocaknya opera gugat romo versus dewa itu.
“Ini baru pertama kali menggarap opera komedi dengan pemain para romo. Wah, saya pasti banyak dosa. Menyuruh para romo,” kata Djaduk kepada media di Wisma Keuskupan Agung Semarang, Rabu (16/10).
Bukan main-main, dalam jumpa pers itu selain Djaduk ada Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Puja Sumarta, Rektor Seminari Tahunan Orientasi Rohani Sanjaya Semarang Romo Djoko Setya Prakosa, kemudian sang wakil rektor Triwahyu, juga romo-romo yang lain.
Musik pengiring opera itu nanti adalah grup Kua Etnika yang dipimpin Djaduk. Untuk makin menjamin bahwa opera itu benar-benar digarap serius, beberapa komedian yang lawakannya sarat dengan pikiran cerdas seperti Susila Den Baguse Ngarsa juga akan tampil sebagai Bethara Guru. Selain itu, masih ada Trio GAM dan masih diperkuat artis cantik Joice Triatman serta Maria Dona Arsinta.
Bukan itu saja, penari dan koreografer sohor Didik Nini Thowok akan bermain sebagai Buta Cakil. Entah tarian macam apa yang akan diperankan Didik ini ketika tampil sebagai raksasa nakal Buta Cakil.
Djaduk menerangkan, isi cerita opera itu akan sarat dengan kritik sosial yang sedang bergolak saat ini. “Kini peran komedian Punakawan sudah diambil alih oleh para pemimpin bangsa ini dan para tokoh politik. Semua peristiwa di negeri ini menjadi lucu. Nah, para Punakawan ini menggugat, mengapa peran mereka diambil alih,” tuturnya.
Beberapa romo yang akan menjadi tokoh utama opera itu, seperti Romo FX Sukendar Wignyo Sumarta, Romo M Djoko Setya Prakosa, Romo J Kritanto Suratman, Romo Alip Suwito, Romo Rubiyatmono, dan Romo Dwi Prasetya. “Saya nanti akan menjadi penari India. Apa bisa ya? Tonton saja,” kata Romo Tri Wahyu.
Romo Djoko Setya Prakosa menuturkan sebenarnya para romo itu tidak asing dengan kesenian tradisional seperti wayang wong. “Ada beberapa romo yang terus berkiprah di bidang seni bersama warga. Oleh karena itu, kami tinggal bertemu saja dan pasti nanti akan padu,” katanya.
Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pudjasumarta menambahkan, opera jenaka itu digelar pada masa jeda para calon pastur yang sedang menimba ilmu untuk menjadi imam Katolik.
Berapa harga tiket? Murah meriah, mulai dari Rp 50.000, Rp 100.000, Rp 300.000, dan Rp 500.000. Tiket bisa dipesan ke sekretariat paroki masing-masing gereja.