Program Ketahanan Pangan dengan Sorgum di NTT Bisa Berkelanjutan


Program Ketahanan Pangan dengan Sorgum di NTT Bisa Berkelanjutan

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 30 Oktober 2020/Indonesia Media – Kilas balik program ketahanan pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang digagas Menteri BUMN (Oktober 2011 – Oktober 2014) Dahlan Iskan, penggiat sorgum menilai perlunya inisiatif Pemerintah untuk melanjutkan dan meningkatkan. Dahlan Iskan intens mengajak masyarakat di kab. Belu NTT untuk menanam sorgum (pengganti gandum) di lahan-lahan kosong milik masyarakat. Tanah menjadi maksimal dengan penanaman sorgum, taraf hidup masyarakat juga meningkat. “(program tersebut) sudah berjalan efektif terutama ketika saya masih bertugas disana (Januari 2013 – Desember 2014). Mungkin, setelah itu (program sorgum) tidak diteruskan. Pemerintah daerah seharusnya berinisiatif melanjutkan, bahkan meningkatkan (program kerja),” penggiat sorgum Kusmunandar mengatakan kepada Redaksi.

 

 

Program BUMN Peduli untuk Ketahanan Pangan melalui Pengembangan sorgum difokuskan pada empat kabupaten di NTT, yakni Belu, Malaka, Kupang, Timur Tengah Utara/TTU. Kusmunandar ditugaskan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) Teknologi yang sekarang berganti nama menjadi PT INUKI,  untuk pengembangan sorgum. Hal ini terkait dengan prioritas sektor pertanian pada kegiatan riset nasional, di bawah koordinasi Batan. “Produksi sorgum banyak dan melimpah di NTT. Orang belum melihat sorgum pada saat itu (Januari 2013 – Desember 2014). Walaupun sorgum sebetulnya makanan pokok orang NTT sejak zaman dulu. Karena stok sorgum melimpah, saya  akhirnya jual beras sorgum,” kata Kusmunandar.

 

Koperasi di Belu sempat alami penumpukan barang (sorgum petani). Akhirnya bibit-bibitnya dijadikan pakan. Produksi banyak, ironisnya orang belum melihat dan beralih makan sorgum pada saat itu (Januari 2013 – Desember 2014). Ia mengaku sempat mengalkukasi perbandingan harga sorgum dengan beras padi. “Harga beras padi Rp 12.000, sementara beras sorgum Rp 5000. (penjualan sorgum) masih ada margin. Sehingga, sorgum di koperasi terserap dan dijadikan beras semua,” kata Kusmunandar.

 

Selain itu, ada persiapan benih yang mana perlu proses treatment biji. Sehingga pemanfaatan semua bagian pada sorgum bisa menjaga kesinambungan produksi sorgum. Sementara stok yang melimpah pada saat itu dikhawatirkan bisa rusak. Karena sorgum yang tidak terserap, dan disimpan lama akan rusak dan dimakan kutu. “Sorgum disimpan dalam kurun waktu 4-5 bulan bisa dimakan kutu. (kalau sudah rusak) Tidak mungkin disosoh, karena sudah bolong. Sehingga saya jual kepada peternakan. Ketua koperasi menawarkan ke peternakan yang lain. Waktu itu, ada lebih dari 10 ton, (stok sorgum di gudang kperasi) akhirnya dijual semua kepada peternakan,” kata Kusmunandar.

Sementara itu, Indonesia Cerdas Desa (ICD) Forum Bangka Belitung (Babel) menilai keunggulan sorgum sebagai sumber pangan, yakni perawatan yang sangat sederhana. Tanamannya hanya membutuhkan air yang lebih sedikit ketimbang padi. Sorgum juga memiliki daya tahan yang bagus terhadap iklim. “Tidak hanya dapat ditanam di daerah kering seperti NTT, ataupun di NTB (Nusa Tenggara Barat), sorgum juga dapat ditanam di daerah yang cukup basah. Sorgum bisa sangat bagus jika ditanam di daerah seperti Jawa, Sumatera termasuk di Prov. Kep. Bangka Belitung,” kata Ferdy dari ICD Bangka Belitung sebagaimana disari dari berbagai sumber dan pengalaman pribadinya

 

Sorgum juga dinilai memiliki kandungan gula yang lebih rendah dari padi sehingga dapat menjadi sumber pangan bagi penderita diabetes. Indonesia sendiri adalah negara yang masuk dalam lima besar dalam jumlah penderita diabetes di dunia. ICD dan kelompok Agri Bisnis Babel terus mengampanyekan penanaman biji sorgum sejak enam bulan lalu. “(Hasilnya), sudah sempat sekali panen dan Insyaa Allah dalam minggu-minggu ini akan memanen yang ke dua kalinya,” kata Ferdy.

Tidak seharusnya sorgum menjadi pangan yang terpinggirkan. Pasalnya, sorgum memiliki segala potensi sebagai alternatif pangan pengganti nasi, baik dari segi ekonomis maupun kandungan gizinya. Sorgum pun dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, seperti bubur dan roti. “Maraknya impor beras yang dilakukan pemerintah, setidaknya akan dapat dikurangi secara perlahan dengan pembudidayaan sorgum,” kata Ferdy. (sl/IM)

 

Attachments area

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *