Cruise Asia Kedua Special Edition # 9


Cruise Asia Kedua Special Edition # 9

Rabu, 12 Pebruari 2020, hari ke 8 dikarantina di Diamond Princess

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Sejak kemarin pagi Internet byar-pet, banyakan matinya dari hidupnya.
Tak heran, selain dipakai untuk email dan berbagai ‘apps’ lainnya,
ada yang main bridge online, ada yang Skype Facetime WA video, plus
anak-anak skul Jesuit nontonin kamasutra di YouTube, wekwekwek :-).
Mana tahan ‘bandwith’ dipakai 3000 orang sekapal. Tapi tiada Internet
ada bagusnya dalam konteks berita-berita hoax maupun yang bersifat
mengobarkan ketakutan, tidak diterima mereka yang bisa ditakut-takuti.
Apa Bang JH termasuk yang ketakutan, stress dan perlu konseling? Engga
juga. Ketika sekapal Air Asia nyungsep di perairan Kalimatan saat kami
mau snorkeling ke Derawan di bulan Januari 2015, satu peserta
membatalkan ikut trip itu. Kukatakan, probabilita kita juga nyungsep
mengecil menjadi sepersejuta sepersemilyard. Itulah risiko hidup,suatu
saat kita akan mati meninggal teksek dut. Itu sebabnya kita menangis
saat dilahirkan (tahu .. tahu, supaya paru-paru mulai bekerja :-)) dan
kalian akan menangis saat Bang Jeha aut, sahabatku yang sayang ke
hamba. Nah, sebelum kita saling tangis-tangisan, enjoy life, go out
and venture the world. Kalau sudah saatnya mati, seperti sering saya
katakan ke para tetanggaku di Scarboro, lagi enak-enak duduk dalam
rumah, jeledor pelor nyasar bandit bengkelai mampir ke kita, selamat
tinggal Planit Bumi. Scarboro kota ‘jango’,sering ada tembak-tembakan.

“Hello, good morning, guest services,” suara si eneng di ujung
telepon. “Hello, morning, can you help me to deliver vitamines to my
friends in a different cabin? She needs them and I have some,” kataku
ke doski. “Give me a second,” balas eneng beraksen Jepun. Di kapal ini
yang memang di-design melayani Jepun-ren, ada ratusan awak eneng-eneng
Jepun manis-manis, entong ganteng-ganteng. Tunggu beberapa ratus detik
eneng memberikan kabar baik. Ia confirm nomor cabin kami (keluar di
pesawatnya) dan tanya cabin Shirley nomor berapa. Ya, dari berenam
kami sekarang tinggal bertiga. Petrus dirumkitkan kemarin karena suhu
tubuhnya tinggi terus, 39C sekian, plus batuk-batuk. Semoga beberapa
jenis vitamine yang dibutuhkan Shirley menguatkannya, fisik dan psikis
di dalam menghadapi cobaan hidup ini, kita doakan.

Seperti kalau kena lotere, temans yang mendoakan kami semakin banyak.
Dari mereka yang tak pernah berdoa seperti ‘freethinker’ pa dokter Ooo
Kol 🙂 sampai ke mereka yang setiap hari berdoa rosario beberapa kali
hingga ke teman-teminku tersay muslim muslimah. Semoga doa kalian
semua dalam bahasa apapun, di dalam iman kepercayaan manapun,
didengarkanNya. Sudah terbukti dibuktikan di dalam banyak eksperimen
psikologi maupun fakta kedokteran, mereka yang beriman dan punya
sesuatu yang diTuhankan, bukan hape ponsel Samsung iPhone, akan lebih
tegar tahan dibanting di dalam kehidupan atau bila mengalami petaka.
Bisa dijamin, sehabis selesai masa karantina ini, awak kapal apalagi
penumpang Diamond Princess yang selamat (semoga semuanya) akan semakin
khusuk bertakwa dan mereka yang ‘freethinker’ atheist agnostic semoga
bisa belajar berdoa kepada Ooo Kol, peace pa dokter.

Pitjan sahabatku anak FTUI Elektro senasib-sepenanggungan ketika kami
dimapram tahun 1965 memujikan keasyikan terus honimum gratisan dua
minggu di kapal mewah Diamond Princess. Jelas dia iri berat :-), cuma
bisa makan duren sehari-hari, tidak ada yang 3x sehari mengirimkan
berbagai rupa masakan ke dalam cabin. Koran diantar, TV tersedia, film
ada ratusan judul. Pitjan iri sebab ketika kami jaga malam pasca
30 September 1 Oktober kami cuma menikmati roti bakar plus teh susu di
depan markas Laskar Ampera K.A.M.I. di Kramat Raya. Boro-boro bisa
menikmati ‘da best tempura in da world’ di Seibu Department Store.
Pitjan manggut sebab setiap hari dia di Tokyo, kesitu obyek tour-nya.

Prens pemirsa dongengan istimewa ini, tak ada berita dalam bahasa ibu
kita dari semua berita sedunia mengenai keadaan di Diamond Princess,
kecuali dari Bang Jeha. Mohon jaga rahasia, jangan laporin ke Jan
Swartz adegan di cabin A318 kemarin. ‘Shut up’,bukan adegan ML lamunan
anak-anak CC skul cowok :-). Mereka demen banget liat foto bang jeha
‘au naturel’ saat canoeing ke Chiniguchi River (crownland kemping
gratisan dengan danau-danau seindah Killarney Park). Adegan sahaya
dicukur oleh isteriku, tukang cukurku tersay selama 45 tahun :-).
Siapa suruh Princess tidak kasih massage, spa, salon gratis. Dapat
saya laporkan, bang jeha jadi kece kembali seperti pemuda idaman
isteriku, saat kami masih pacaran :-).

Hadiah-hadiah kapal Princess untuk penumpang yang mereka sayangi terus
mengalir. Kemarin dulu pena “Mont Blanc” :-), kemarin dapat ….
multivitamin ‘made in Japan’ bertuliskan bermerek ‘Nature Made’. Isi
satu botol 300 tablet, cukup untuk sampai tahun depan naik Princess
lagi bersama Witono Dani :-). Biar dia yang di ‘suite’ saya cukup hepi
dengan ‘inside cabin’. Bukan itu saja, air botol sudah ada 6 x 2 liter
di kolong meja, sayang engga ada pasar gelap bisa jualan air. Dapat
pensil untuk menggambar, 12 warna merek Staedtler :-). Bo’ong, engga
ada mereknya dan kemungkinan DepKes Jepang minta dari Dep PDK Tokyo.
Lah skul DKI aja punya dana ratusan miliar Rp buat lem ama bolpen :-).
Itu semua belum apa-apa. Dia tahu Bang Jeha penggemar mie instan sejak
dari jaman naik gunung kemping skul di SMA CC. Dapat 2 popmie merek
Nissin. Langsung kami habek pas habis jalan di deck di tingkat 15
makan angin en liat pemandangan pelabuhan Yokohama. Rasanya oke punya
mengalahkan ‘cup noodle’ Cathay Pacific, apalagi roti bakar depan
markas Laskar Ampera di Kramat Raya, wekwekwek. 🙂 ( Jusni H / IM )
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *