Pasar Jaya, Swasta Bulirpadi Gelar Bazar untuk Stabilisasi Harga Jelang Lebaran


Pasar Jaya, Swasta Bulirpadi Gelar Bazar untuk Stabilisasi Harga Jelang Lebaran

dilaporkan: Setiawan  Liu

Jakarta, 29 Mei 2019/Indonesia Media – PD Pasar Jaya berharap dukungan perusahaan swasta seperti PT Bulirpadi Lintas Nusantara untuk stabilisasi harga beberapa komoditas, termasuk bawang putih jelang liburan panjang dan perayaan Idul Fitri 2019. Kendatipun pasokan bawang putih ke pasar induk Kramat Jati, Jakarta Timur masih mengandalkan impor, tapi perlu ada stabilisasi. Kegiatan Bazar Ramadhan Kadin (Kamar Dagang dan Industri) dan PT Bulirpadi di Pasar Santa (Kebayoran Baru, Jakarta Selatan) sebagai solusi menjaga stabilitas harga. “Fakta di Pasar Induk, pasokan bawang putih impor dari Tiongkok dan India mencapai sekitar 95 persen. Tapi harga stabil, (yakni) Rp 24 – 25 ribu per kilo. Bulan lalu, harga melonjak tinggi,” Direktur Usaha dan Pengembangan Pasar Jaya, Anugrah Esa mengatakan kepada Redaksi.

Selain bawang, komoditas buah-buahan di Pasar Induk lebih didominasi pasokan lokal ketimbang impor. Kendatipun, tekstur buah-buahan impor kelihatan lebih bagus dan menarik. Tetapi untuk rasa dan aroma, buah-buahan lokal lebih tinggi. Hal ini juga berlaku untuk bawang putih. Tampilan bawang lokal lebih kecil, tetapi rasa lebih pedas dan aromanya tinggi. “Sejarah Indonesia, sejak dulu rempah-rempah kita termasuk bawang, lada selalu diincar pedagang luar negeri. Sehingga peran pemerintah, swasta harus bisa ekspor produk lokal. Bulirpadi sudah melangkah maju dengan ekspor bawang putih hasil petani di kabupaten Batang, Jawa Tengah. Ini harus ditingkatkan. Selain, kita juga harus mengedukasi pengunjung pasar,” tegas Anugrah Esa.

Di tempat yang sama, Sekretariat Tim MoU Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Iman Heoruman menegaskan bahwa program Pemerintah terutama Kementerian Pertanian (Kementan) sudah efektif untuk menjaga pasokan bawang putih. “Mekanisasi dan teknologi cocok tanam untuk bawang putih di Indonesia berbeda dengan di Tiongkok. Kondisi geografis di Tiongkok, lahan cocok tanam tidak berlereng-lereng. Sementara di Indonesia, lahanya berlereng di pegunungan. Iklim Tiongkok juga sub-tropis, sementara Indonesia tropis. Sehingga kita harus realistis untuk genjoti terus kapasitas produksi bawang putih di Indonesia,” Iman mengatakan kepada Redaksi.

Cocok tanam bawang putih juga tidak seluruhnya cocok di berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke. Secara geografis, cocok tanam bawang putih berada di atas 800 meter di atas permukaan laut. Daerah dingin seperti di Jawa Tengah, misalkan kabupaten Batang, Karanganyar ideal untuk cocok tanam bawang. Selain itu, kecamatan Berastagi (Karo), Rantau Prapat (Sumatera Utara) juga cocok. Peran swasta, terutama beberapa konsultan pertanian asal Taiwan juga diperlukan. Pengetahuan dan peluang untuk alih teknologi pertanian Taiwan juga bisa mendongkrak kapasitas produksi bawang lokal Indonesia. Kegiatan pertanian dan perkebunan akan terus dialihkan dari tradisional menjadi semi modern. “Produksi nasional kita sekitar enam ton per hektar, kondisinya basar. 60 persen dari enam ton tersebut, yang kondisinya kering. Badan Usaha yang mau melakukan impor, harus mendapat RIPH (Rekomendasi Impor Produk Hortikultura). Syaratnya, penanaman sampai lima persen dari kuota impor yang diajukan. Dari angka tersebut dibagi enam ton. Kalau kita mau impor sebanyak 10 ribu ton, penanaman harus mencapai 83 hektar (lahan). ketentuan ini yang secara simultan akan mendongkrak kapasitas produksi, sampai target swasembada bawang pada tahun 2021 mendatang,” tegas Iman. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *