Warga Cisarua dan Turis Arab Resah Akibat Maraknya Sweeping


BOGOR,-Warga Cisarua dan sejumlah turis Arab yang berada di Cisarua merasa resah dengan maraknya aksi sweeping di wilayah tersebut terkait dugaan praktik prostitusi berkedok kawin kontrak.

Bagi warga Cisarua, keberadaan turis Arab tersebut mendatangkan keuntungan dan kesejahteraan, karena berkat mereka, roda perekonomian di kawasan itu lebih berkembang dibandingkan dengan kawasan lainnya di Puncak.

Ketua Ikatan Komunitas Kawasan Puncak dan Sekitarnya (IKKPS), Iman Sukarya, Senin (24/10) mengatakan, selama ini citra warga Cisarua telah terpojok dan tercemarkan akibat ulah segelintir turis Arab yang nakal yang melakukan kawin kontrak.

“Padahal, mereka malakukan kawin kontrak bukan dengan perempuan Cisarua, melainkan dengan pekerja seks komersial (PSK) dari berbagai pelosok yang ada di sekitar Kabupaten Bogor yang memang beroperasi di Cisarua,” kata Iman.

Razia dan aksi sweeping yang dilakukan oleh pemda setempat dinilai Iman telah membuat warga resah. Mereka takut jika aksi sweeping serta razia itu terus dilakukan akan membuat turis Arab ketakutan dan tidak nyaman lagi tinggal di Cisarua. Hal itu dinilai Iman akan menghancurkan potensi kawasan Puncak sebagai kawasan wisata.

“Padahal, yang melakukan kawin kontrak itu hanya segelintir orang. Sebagian besar turis Arab yang berada di sini memang bertujuan untuk berwisata di sini,” ujarnya.

Beberapa kali, razia serta sweeping yang dilakukan oleh sejumlah aparat terus mendapat perlawanan dari warga sekitar. Menurut Iman, seharusnya pemda setempat mulai memikirkan langkah pembenahan kawasan Puncak.

“Visi dan misi kawasan Puncak ini mau digimanain. Harusnya Pemkab Bogor melakukan penataan, bukan hanya sekadar razia dan sweeping,” tuturnya.

Selain itu, dia juga mengkritisi ulah oknum aparat yang melepaskan begitu saja perempuan yang telah ditangkap dan diduga sebagai PSK di kawasan Puncak setelah membayar sejumlah uang. “Harusnya ada komunikasi antarpemimpin daerah agar jelas, harus diapakan PSK yang mencoreng nama Cisarua,” lanjutnya.

Salah seorang warga Cisarua yang juga bersuamikan pria berkewarganegaan Arab, sebut saja Mawar mengaku resah dengan aksi sweeping dan razia yang sering dilakukan aparat. Padahal, tidak semua perempuan yang menikah dengan pria berkebangsaan Arab menikah kontrak.

“Beberapa kali mereka menggeledah rumah saya, dibilang saya kawin kontrak. Padahal, saya nikah resmi dengan suami saya. Saya punya sertifikat nikahnya. Namun, digeneralisasi semua yang nikah dengan orang Arab harus ditangkep dan dirazia,” ungkapnya kesal.

Sementara itu, secara terpisah, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kab. Bogor, Adrian Arya Kusumah yang dikonfirmasi mengatakan kawasan Puncak tetap menjadi kawasan penyumbang PAD terbesar, yakni sekitar 20 persen dari total PAD wisata yang masuk. “Perputaran uang di kawasan Puncak mencapai triliunan,” katanya.

Menurut dia, kawasan Puncak, terutama Cisarua merupakan salah satu kawasan yang mampu melibatkan masyarakat sekitar dalam perputaran roda ekonomi. Kunjungan wisawatan Timur Tengah ke kawasan tersebut terbukti telah mensejahterakan masyarakat sekitarnya. “Terjadi pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di sana, jadi tidak bisa kita hilangkan,” kata Adrian.

Selain itu, kunjungan wisatawan Timur Tengah ke kawasan tersebut juga tidak pernah terpengaruh oleh travel warning atau peringatan lain yang biasanya berpengaruh bagi wisatawan Eropa, Asia, maupun Amerika.

Turis Arab pasti datang dalam jumlah banyak setiap musim liburan tidak peduli meski di Indonesia sedang ada konflik apapun. Bahkan, dengan kondisi Timur Tengah yang semakin tidak kondusif, diprediksi jumlah mereka semakin banyak.

Terkait dengan kasus dugaan prostitusi berkedok kawin kontrak, dikatakan Adrian merupakan salah satu dampak yang tidak bisa dihindari. “Setiap kawasan wisata pasti menimbulkan dampak seperti itu yang tidak bisa dihindari. Tugas kita adalah meminimalisasai dampak yang timbul sehingga potensi wisata yang menonjol,” ungkapnya.

Dia mengaku telah melakukan sejumlah upaya untuk mengajak pemilik usaha di kawasan Cisarua agar ikut meminimalisasi dampak negatif tersebut. Berdasarkan data yang dimilikinya, ada sekitar 25 ribu wisatawan Arab yang datang ke kawasan Cisarua setiap musimnya. Rata-rata mereka tinggal sedikitnya 14 hari dan bisa membelanjakan uang hingga Rp 5 juta per orang per hari.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *