Warga Bakar Bendera Amerika dan Logo Chevron di Sumur Cikembang


SOREANG, – Puluhan warga dan aktivis dari Laskar Bangun Kertasari, Forum Kertasari Bersatu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Wanapasa, PSDK, FKPA, FKPTB, DTI, dan Pepeling, Selasa (18/10), berunjuk rasa di lokasi sumur geotermal PT Chevron di kawasan Datar Lega, Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, .

Dalam aksinya, massa menyerbu, menurunkan, dan membakar replika bendera Amerika dan logo PT Chevron. Sebagai gantinya, massa mengibarkan sang merah putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Aksi tersebut dilakukan sebagai ungkapan jika selama ini warga Kec. Kertasari sudah sangat dirugikan oleh adanya ekploitasi kekayaan dan pengrusakan alam yang dilakukan PT Chevron. “Mereka sudah merusak hutan konservasi yang harusnya dilindungi. Mereka harus diusir,” kata Dadan Madani (34), perwakilan warga Desa Cibeureum.

Meski inti tuntutan dalam aksi tersebut masih seputar penghentian aktivitas PT Chevron di Kertasari, namun cara itu dirasakan efektif. Pasalnya, lokasi yang dipilih merupakan lokasi perluasan sumur PT Chevron yang jlelas-jelas menunjukkan kesalahan perusahaan asal Amerika itu terhadap kelestarian hutan.

Berdasarkan pemantauan “PRLM”, kondisi alam di lokasi tersebut memang cukup mengkhawatirkan. Pembalakan hutan terkesan dilakukan seenaknya demi mendapatkan lahan untuk perluasan sumur. Di sekitar lokasi sumur, sisa-sisa pohon kayu yang ditebang masih tampak berserakan. Bahkan tak jauh dari situ, pembalakan juga merusak sistem pipa air alam yang digunakan warga Desa Cikembang.

Menurut Ketua Walhi Jabar Ramdan, sumur itu dipilih sebagai tempat aksi, karena selama ini memang menjadi bukti otentik pengrusakan hutan yang dilakukan Chevron. “Namun, selama ini pemerintah dan anggota legislatif Jabar dan Kabupaten Bandung selalu dicegah ke lokasi ini oleh Chevron dan BKSDA,” ujarnya

Ramdan menambahkan, aksi tersebut juga sebenarnya tidak akan terwujud jika massa masuk melalui pintu utama dari Desa Cihawuk. Alhasil, awak media pun turut berkorban. Bersama para pengunjuk rasa, pewarta cetak dan elektronik harus rela berjalan kaki sekitar empat jam dengan mendaki bukit, menelusuri hutan, dan melewati lereng curam.

Hal itu, kata Ramdan, adalah bukti pengorbanan dari masyarakat Kertasari yang tidak ingin hutannya sebagai aset Jabar dikeruk demi kekayaan kapitalis asing. Jangan sampai pengorbanan dan perjuangan warga Kertasari disia-siakan, karena pemerintah tidak bertindak tegas.

Ada tiga poin utama yang dituntut warga atas rusaknya hutan Kertasari, pemerintah segera menutup aktivitas PT Chevron, PT Chevron mengganti kawasan hutan sebanyak empat kali lipat luas hutan yang dirusak, serta aparat penegak hukum mampu menyeret dan mengadili PT Chevron sesuai hukum yang berlaku.

Ramdan menegaskan, warga Kertasari dan aktivis se-Jabar lingkungan hidup kini berharap agar pemerintah bisa segera bertindak tegas pada PT Chevron. “Bila kami saja bisa menunjukan bukti pengrusakan hutan ke media dalam waktu empat jam naik turun gunung. Kenapa pemerintah tidak bisa membuat surat resmi untuk menghentikan aktivitas Chevron dalam satu atau dua hari ini,” tuturnya.

Jika tidak segera dipenuhi, tambah Ramdan, kemarahan warga akan sulit dibendung lagi. Bukan tidak mungkin mereka akan melakukan aksi pagar betis untuk menutup jalan masuk ke areal sumur PT Chevron.

Aksi itu berlangsung tanpa hadangan, karena tidak ada satupun petugas PT Chevron yang berjaga di lokasi tersebut. Sumur yang ada juga terlihat tanpa aktivitas seperti sumur di lokasi lain di Desa Cihawuk.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *