UPACARA BENDERA DI ISTANA


2 tahun yang lalu,pada waktu diadakan kongres diaspora yang ke 2 di Jakarta. Kita diaspora Indonesia

mendapat kehormatan diundang dalam upacara bendera di istana. Namun kayaknya waktu itu

mayoritas yang hadir adalah teman teman diaspora yang di USA ( minus Los Angeles karena dikira belum

terbentuk diaspora Los Angeles). Hal itu sempat membuat diaspora di negara lain menggerutu. Seperti

Dede,ketua diaspora Taiwan yang kebetulan sekamar dengan saya, “Kok ..bisa Taiwan tidak diundang

sich?”

Nah makanya ketika kita diundang tahun ini, pak Frans dari diaspora Australia diberi hak untuk

mengatur siapa-siapa aja yang akan diundang, supaya semua negara mendapat bagian. “Oke , nama mas

Butce yang mewakili IDN Los angeles akan saya masukin di daftar tamu “ sahut Mbak Nuning yang

merupakan reprentative diaspora di Jakarta . Saya bernafas lega. Masak 2 kali berturut turut tidak ada

yang mewakili Los Angeles, padahal disinilah pertama kalinya diadakan kongres diaspora yang

bersejarah itu.

Kita dikirimin denah acara, umumnya untuk diaspora Indonesia kita ditempatkan di tribun CC. Not bad

at all , karena kita berada disebelah kanan tribun utama tempatnya presiden dan para menteri.

Laksamana Marsetio yang adalah mantan KSAL begitu tahu bahwa saya juga ikut diundang di istana,

sms kan undangan dia, maksudnya supaya saya bisa cari beliau setelah upacara. Rupanya beliau duduk

di tribun BB disebelah tribun utama tempat Presiden dan para menteri.Saya bandingkan undangannya

dengan undangan kita,agak mirip sich duaduanya mendapat kupon untuk mengambil cendera mata dan

makanan. Saya perhatikan undangan beliau,keren banget ada bintangnya, yang rupanya harus dipakai

sewaktu acara.”Itu bintang apa ,pak? “ tanya saya. “O, itu artinya jendral bintang 4 dan tanda mantan

KSAL , pak Butce “ balas beliau di SMSnya.

Sebenarnya diundangan itu disebutkan yang pria menggunakan jas hitam. Tapi teman teman semuanya

menyarankan saya pakai costum Nusantara saya. “Waduh,nanti aneh..dan menarik perhatian.!!” Sahut

saya .”Lho.ndak apa-apa, bagus kok pak Butce..pake aja….itukan menandakan bahwa sekalipun kita

sudah bukan warga Indonesia tapi kecintaan kita terhadap Indonesia tidak hilang..pak Butce

menunjukkan itu dengan pakaiannya..” sahut seorang teman dengan berapi –api. Saya terdiam, Iya betul

juga. Kenapa harus malu…sayakan mempromosikan Indonesia.

Ya sudah kalo gitu. Kebetulan saya punya kemeja Calvin Klein berwarna biru menyolok, saya sengaja

keluarkan dan saya kancing diatasnya. Bajunya sedikit kedodoran,jadi saya gunakan selendang Timor

sebagai ikat pinggang. Untuk topinya saya mau pakai songkok bugis, tapi setelah saya lihat dicermin

..kok rasanya tidak pantas..tidak peduli bagaimana saya bergaya tetap aja keliatan aneh.Akhirnya

songkok itu saya bungkus dgn selendang sutra merah tenunan dari sengkan baru keliatan lebih pantas

dgn muka Tionghoa saya. Saya pilih warna kuning mas sebagai sarung supaya kontras . Dan akhirnya

saya tutup dengan ulos merah kesukaan saya.

Malam itu ,teman saya yang rumahnya saya tempati menjamu kita dengan beautiful dinner. Makanan

makanan menado yang lezat tertata dengan rapi dan indah . Tidak ketinggalan untuk pemanis dia

menggunakan sebuah ulos merah sebagai taplak meja dan guess what taplak meja itu persis seperti

ulos merah kebanggaan saya…Dengan senyum kecut saya mengguman dalam hati ”Waduh,, gua pake

taplak meja sebagai selendang ke istana. ”

Ternyata, songkok adat merah buatan saya cukup manjur. Begitu saya turunkan kaca mobil dan melihat

kostum saya ,polisi polisi membuka barikadenya dan mengijinkan kita lewat..he..he mungkin dikiranya

sultan dari Malaysia. Lumayan menghemat tenaga tidak terlalu jauh jalan ke pintu gerbang. Masing

masing section mempunyai pintu masuk yang berbeda-beda. Untuk masuk kita harus melewati security

dan pasukan pengawal presiden yang juga mengecek dgn logam detektor. Pintu masuk section CC

kayaknya dari pintu gerbang belakang, sebab ada pos penjagaannya yang lengkap denganprajurit yang

mematung kayak di England.

Begitu selesai melewati security, kita disambut dengan tarian cakalele dari menado yang menari nari

dengan pakain perang mereka yang berwarna merah menyala. Juga ada panggung kecil dengan

penyanyi yang welcoming tamu tamu yang datang. Kemudian kita akan melewati sebuah meja panjang

tempat orang orang mengambil cendera mata. “Acara sudah hampir dimulai,sourvenirnya diambil

waktu pulang aja pak” sahut petugas yang membagikan sourvenir.Saya mengangguk,sambil bergegas ke

tempat acara..Saya mau cari tempat yang paling strategis, I don’t want to miss anything.

Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan,kita tidak berbaris panas panas di lapangan terbuka, tapi

disediakan tempat duduk dibawah tenda raksasa terbuka yang ber AC. Saya melihat hampir semua

tempat duduk sudah terisi, “Mas, ini masih ada tempat kosong..” bisik seorang ibu pada saya. Saya

mengangguk berterimakasih pada ibu tsb. Dari penampilannya dan dandanannya yang sedikit

menor,saya menebak bahwa mereka bukan dari Jakarta.Kayaknya rakyat biasa.Sementara itu dibelakang

mereka terlihat seorang jendral berbintang 2 ditemani istrinya . Saya tersenyum Jokowi membaurkan

para jendral dengan masyarakat kebanyakan.

Hampir disepanjang acara kita duduk sekali kali kita diminta berdiri , terutama pada waktu penaikan

bendera yang diiringi dengan band lagu Indonesia Raya. Ada juga dentuman Meriam dan parade

pesawat jet yang terbang diatas kita, dan juga puisi harapan dari anak Indonesia. Yang menarik adalah

pada waktu acara penaikan bendera, tampak seorang gadis Tionghoa maju dan menerima baki berisi

bendera pusaka dari presiden .Beberapa orang berbisik, “Tuh kemenakan Ahok..” Saya sudah terbiasa

ikut acara bendera dan biasanya selalu ada pidato dari inspektur upacara, tapi anehnya di istana ini

seingat saya rasanya tidak ada pidato itu.

Selesai upacara, kita berbaur ke depan untuk berfoto ria. Saya berharap pak Marsetio memakai seragam

putih Angkatan lautnya dengan 36 medali tanda jasanya .Ternyata tidak, beliau hanya memakai jas

hitam dan sebuah bintang kecil yang menandakan jendral bintang 4 KSAL , tampaknya dia sedang

berfoto bersama seseorang. Begitu melihat saya ,dia menggapai tangannya “Pak Butce, ayo kita berfoto

bersama..” Kayaknya dia mau saya berfoto dengan temannya itu. Pasti orang penting karena memakai

bintang di jasnya juga “waduh Hp saya betereinya abis .” sahut saya agak ragu ragu., “Hm pakai hp saya

aja,,nanti saya kirimkan.” sahut pak Marsetio. “Itu adalah mantan KSAU pak,namanya pak Putu Dunia”

bisik pak Marsetio.

Ditengah-tengah para pejabat penting dan dutabesar yang berjas lengkap dan berkebaya,tampak 5

orang yang berpakain putih sederhana dengan telanjang kaki.”Wah..dari Badui pak, ya? “ tanya saya

exciting..”Foto ya? “ Ternyata ketika lagi berfoto dengan tamu dari Badui,diam diam ada wartawan

kompas yang menjepretkan kameranya dan foto itu muncuk di koran kompas pada keesokan harinya,

Sementara itu para wartawan dan station TV sudah berjejal menanti para tamu tamu penting yang

keluar dari istana. Tiba tiba ,mereka mengerebuti seseorang yang berpeci hitam…”Itu siapa ya? “Saya

nyeletuk seasalnya ”Pastilah menteri agama kan pakai peci hitam…” Beberapa orang tersenyum “Bukan

mas, itu menteri perdagangan yang baru diangkat..pak Lembong.!”sahut seorang wartawan mengoreksi.

“Butce ,kita ambil sourvenir sebelum habis “ Ajak Arie Quick dari San Fransisco. Kita bergegas ke pintu

belakang ,namun terpotong dengan serombongan berjas hitam orang yang mengawal 2 mobil golf.

Ternyata mobil golf kecil itu membawa masing masing presiden Jokowi dan Yusuf Kalla .Arie cepat cepat

merekam dengan videonya, saya melambaikan tangan pada pak Jokowi dan istrinya yang menggunakan

kebaya merah, “Merdeka ..pak..” sahut saya. Yang dibalas dengan senyum dan lambaian tangan sepintas

dari bu Iriana,

Butce / IM

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *