Tren Harga Robusta di Tengah Gaya Hidup Minum Kopi Gen Z


Tren Harga Robusta di Tengah Gaya Hidup Minum Kopi Gen Z

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 21 Juni 2023/Indonesia Media – Seiring dengan menjamurnya kedai kopi di beberapa kota besar di Indonesia terutama Jakarta, berdampak pada peningkatan permintaan dan harga kopi. Sejak beberapa bulan ini, harga kopi khususnya robusta asli meningkat terus sampai sekitar Rp 80.000/kilo. Tapi tren kenaikan harga tidak berlaku pada jenis kopi yang agak ‘ekstrim’ seperti kopi Papua Wamena. “beberapa minggu belakangan ini, kopi robusta asli naik daun. Tren harga meningkat terus sampai Rp 80.000 per kilo,” kata ‘sesepuh’ pedagang kopi di Pasar Senen Jakarta Pusat, Djaya Gunawan(Ang Kim Giok).

 

Beberapa kedai kopi sederhana menghiasi pilihan penikmat kopi di tiap sudut jalan. Tidak hanya menawarkan single origin andalan dari koleksi kopi nusantara. Interior kedai pun dengan desain interior thematic sehingga menarik para pecinta kopi. Gaya hidup Gen Z (millennial) dengan secangkir kopi sekarang ini tentunya berbeda dengan kebiasaan minum kopi era tahun 1970 an. Sebagaimana Djaya Gunawan yang sudah 50 tahun buka kios di Blok III, IV dan V berjualan biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia. “Gaya hidup minum kopi dulu dan sekarang, (masyarakat) masih memilih robusta. Kalau kopi Papua Wamena mahal. Sehingga orang cenderung cari robusta. Perbandingan harga (Robusta & Wamena) sampai tujuh kali lipat. Harga Wamena Rp 500.000 per kilo. Sehingga saya juga jarang pesan karena peminatnya jarang,” kata pengurus Yayasan Wihara Dharma Jaya komplek STS Sunter Jakarta utara.

 

kopi Wamena yang dibawa secara hand-carry dari Papua. Supplier kopi Wamena hanya sambilan menyesuaikan acara kunjungan ke Jakarta. Kebetulan, teman yang di Jakarta pernah menawarkan kopi Wamena kepada Djaya. Tapi ia mengaku tidak bisa beli dalam jumlah banyak. Karena harga kopi Wamena lebih mahal dibanding kopi lain, misalkan Sidikalang arabica. Kopi Wamena, ada dua-duanya robusta dan Arabica. Ia menempatkan kopi pada toples-toples ukuran kecil dan besar. Kalau (kopi) yang mahal-mahal seperti Wamena, dengan toples kecil. Kalau yang murah, robusta sekali dimuat ukuran lima kilo dengan toples besar. Kebiasaan penggunaan toples (jualan kopi) sudah turun temurun. “Sejak tahun 1970 an, saya awalnya dagang kopi di pasar lama yang sekarang sudah berubah menjadi terminal Senen. Saya hanya meneruskan usaha mertua saya pada tahun 1970 an. Tapi mertua saya sudah mulai dagang kopi di Senen sekitar tahun 1960 an. Sempat ada insiden tahun 1996, kios-kios di Pasar Senen terbakar. Saya sempat membangun kembali, dan mengambil keputusan untuk ganti merek kios/toko dengan nama ‘Kopi Nusantara’ sampai sekarang,” kata Djaya, kelahiran 84 tahun yang lalu. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *