Ini juga kabar gembira. Ketika adik kita Hafidz menjalani transplantasi hati di Rumah Sakit (RS)
Pertamedika Sentul, Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Tommy Soetomo juga menjalani
transplantasi ginjal di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Dua-duanya sukses. Kalau
Hafidz sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa, Tommy sudah saya izinkan masuk kantor. Senin
lalu. Dengan beberapa pembatasan. Misalnya, selama sebulan ke depan, masih tidak saya izinkan
naik pesawat. Biarlah Tommy menjauh dulu dari sumber-sumber infeksi. Termasuk ketika berada
di kantor pun, harus dijauhkan dari sumber infeksi. Transplantasinya sudah sukses, jangan sampai
pascatransplantasinya gagal.
Tommy adalah seorang CEO/Dirut BUMN yang tergolong hebat. Fotonya saya pampang di dinding
ruang kerja saya, bersama foto beberapa CEO BUMN yang hebat lainnya. Saya memang agak keras
menjaga Tommy. Beberapa hari sebelum transplantasi, saya mengirim e-mail yang harus dibaca seluruh
anaknya dan keluarga dekatnya. Belakangan saya malu karena salah seorang anak Tommy ternyata
dokter. Bayangkan, begini bunyi e-mail saya. Pak Tommy yang baik, sudah tujuh tahun saya menjalani
transplan yang lebih sulit dari Anda. Tapi, Anda lihat sendiri, saya sangat sehat dan bisa menjabat Dirut
PLN dan kemudian menjadi menteri BUMN. Saya minta istri Anda dan anak-anak Anda membaca e-mail
saya ini dengan maksud agar mereka bisa menjaga Anda dari bencana yang akan Anda hadapi.
Harus ada satu dari pihak keluarga dekat Anda yang bersikap keras dalam menjaga Anda nanti. Agar
setelah transplan nanti Anda bisa tetap sehat. Anda dan “polisi” Anda tadi harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Operasi transplan Anda nanti boleh dibilang akan 100 persen berhasil. Dokter sudah sangat ahli. Obat-
obatan sudah sangat canggih. Ilmu pengetahuan sudah sangat maju.
2. Beberapa hari menjelang operasi, lakukanlah senam-senam kecil setiap hari. Agar kondisi badan
dan otot-otot Anda dalam keadaan sehat. Jagalah, jangan makan yang aneh-aneh agar tidak sampai
mengganggu pencernaan. Makanlah makanan yang aman-aman saja. Jangan juga terkena hujan atau terik
atau debu agar tidak kena flu. Jauhi siapa pun yang lagi flu, biarpun keluarga. Kalau ada keluarga Anda
yang terkena flu, suruh menjauh/pergi.
3. Kegagalan transplan itu lebih banyak karena pascatransplan itu sendiri. Transplannya sukses, tapi
umumnya gagal di pascatransplan.
4. Penyebab utama kegagalan itu adalah satu: virus! Virus! Virus! Ada satu virus yang sangat misterius,
yang hanya menyerang orang yang baru melakukan transplan. Namanya cytomegalo.
5. Karena itu, “polisi” Anda tadi harus galak! Galak! Galak! Jangan SEMBRONO. Polisi Anda tadi harus
memeriksa apakah ruang ICU-nya benar-benar steril dan bersih. Kadang bagian pembersihnya kurang
care! Periksa! Jangan takut pada suster atau dokter. Kalau perlu, bersihkan lagi sendiri.
6. Jangan ada yang menengok ke ICU! Relakan Tommy sendirian di ICU. Biarpun anak dan istri, jangan
menengok. Kalau terpaksa nengok, harus benar-benar steril! Jangan sampai ada penyesalan.
7. Disiplin minum obat, terutama immunosuppression. Harus tepat jamnya. Dua jam sebelum minum obat
jangan makan. Satu jam setelah minum obat juga jangan makan apa pun. Tidak boleh lupa! Sampai hari
ini saya masih disiplin seperti itu. Selama tujuh tahun.
Agar tidak lupa, saya selalu menaruh obat tersebut di rumah, di kantor, di mobil, di Surabaya, di Jakarta,
di Medan, dan seterusnya. Di mana pun ada tersimpan obat saya. Jangan menganggap enteng. Itu obat
untuk sinkronisasi organ baru! Jangan sampai hang!
8. Musuh besar Anda berikutnya adalah ini: hanya dua minggu setelah transplan nanti tiba-tiba Anda akan
merasa segar, sehat, dan kuat. Anda langsung merasa bisa melakukan apa saja. Dalam kondisi seperti itu,
suasana psikologi Anda akan dalam bahaya: Anda merasa sangat sehat dan ingin pulang! Tanpa disadari,
Anda akan berada dalam psikologi: “Nih, saya sudah sehat, saya bukan orang sakit, saya sudah bisa
kerja!”
Sikap itu sangat bahaya. Tolong Anda tetap di rumah sakit selama satu bulan penuh! Lawanlah perasaan
ingin pulang itu. Agar kerasan di RS, bawalah komputer, laptop, HP, dan lain-lain. Bawalah pekerjaan ke
RS. Kalau perlu pasang wifi di kamar RS. Jangan pulang! Saya dulu tiga bulan berkantor di RS.
9. Setelah pulang nanti tetaplah disiplin. Seperti saya. Insya Allah Anda akan sehat sampai puluhan tahun
lagi!
10. Salam. Dahlan Iskan
Setelah kirim e-mail itu, saya telepon salah seorang anaknya.
“Sudah baca e-mail saya?” tanya saya.
“Sudah. Semua keluarga,” jawab sang anak.
“Sudah mengerti isinya?”
“Sudah, Pak.”
“Anda bekerja di mana?” tanya saya.
“Saya dokter, Pak.”
Nah, lo! Kok ngajari dokter!
Saya pun kontan minta maaf. Kok menggarami lautan.
Tapi, saya tidak menyesal menulis e-mail itu. Saya ingin Tommy selamat. BUMN tidak boleh kehilangan
orang sehebat dia. Tommy seorang pekerja keras. Bahkan sejak dia tahu mengalami gagal ginjal tiga
tahun lalu. Meski sudah harus cuci darah seminggu tiga kali, Tommy tetap bekerja keras.
Beban kerjanya sangat berat. Termasuk saat diuber-uber penyelesaian Bandara Baru Ngurah Rai Bali
menjelang KTT APEC yang lalu. Dia juga berhasil membangun sistem navigasi udara di bandara
Makassar. Bahkan, sistem itu dibeli untuk dikembangkan di Malaysia. Dia juga ngebut membangun
Bandara Sepinggan, Balikpapan. Akhir bulan ini bandara megah dan modern itu sudah siap dioperasikan
penuh.
Bahkan, dia sudah menyiapkan rencana matang untuk bandara Semarang. Desain dan dananya sudah
disiapkan. Inginnya tahun lalu sudah mulai dikerjakan. Namun, masalah tanahnya ternyata belum klir.
Bahkan, biaya tanahnya harus naik empat kali lipat sehingga semua perhitungan awalnya tidak cocok lagi.
Kini Tommy sudah sehat kembali. Tim dokter RSCM benar-benar hebat. Transplantasi Tommy itu
dilakukan sebuah tim dokter yang diketuai Prof Endang Susalit SpPD dengan anggota dr Hilman, dr Nur
Rasyid SpU, dan dr Ari Rojani. Teknik operasinya pun sudah menggunakan laparoskopi.
Saya juga berterima kasih kepada jajaran manajemen Angkasa Pura I. Mereka taat untuk tidak menengok
Dirut mereka selama di RSCM. Bulan lalu benar-benar membanggakan di bidang kedokteran. (Penulis
adalah Menteri BUMN RI/IM)