Lembaga-lembaga survei di Yunani memprediksi bahwa kubu menolak syarat pengetatan ekonomi (asuterity) Uni Eropa (UE) unggul tipis dalam referendum 5 Juli.
Empat lembaga survei informal mengatakan suara menolak UE unggul 3-4 persen dari mereka yang menerima syarat UE dan ingin tetap di UE.
Hasil resmi referendum belum diumumkan.
Elias Nikolakopoulos, profesor politik dan sosiologi elektoral di University of Athens, mengatakan kubu yang menolak unggul 52 persen : 48 persen.
Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras mengajak rakyatnya menolak syarat austerity UE. Meski demikian dia mengatakan akan tetap berusaha mengajak para kreditur Yunani untuk kembali ke meja perundingan.
Tsipras sebenarnya ingin Yunani tetap berada di UE namun meminta keringanan pembayaran utang.
“Mulai besok kita akan membuka jalan baru bagi rakyat Eropa. Sebuah jalan yang menuju ke nilai-nilai dasar demokrasi dan solidaritas di Eropa. (Menolak syarat UE) akan mengirmkan pesan bahwa Yunani ingin tetap hidup dengan terhormat di UE,” kata Tsipras setelah memberikan suaranya dalam referendum.
Ketatnya dukungan di kedua kubu menjadikan hasil referendum tidak memiliki legitimasi yang kuat dan berpotensi mengakibatkan kerusuhan.
UE, Bank Sentral Eropa dan International Monetary Fund (IMF) mengatakan bahwa jika ternyata rakyat Yunani menolak, maka akan berarti akhir dari semua negosiasi penyelamatan perekonomian Yunani. Menolak syarat UE berarti akhir dari semua dana bantuan dan keluarnya Yunani dari UE.
Jika Yunani keluar dari UE, maka bank-bank akan menjadi bangkrut, perekonomian Yunani akan jatuh drastis dan hiperinflasi akan meledak karena mata uang lama Yunani, drachma, akan terdevaluasi dalam waktu semalam. ( SP / IM )
Related Posts
