Sisi Lain Relawan di Tengah Bencana Banjir Jabodetabek
dilaporkan: Liu Setiawan
Jakarta, 8 Maret 2025/Indonesia Media – Raffi Akbar (17) siswa kelas XII asal Cikampek rela tidak pulang ke rumahnya selama Ramadhan. Dia lebih memilih menjadi relawan di Posko Dapur Umum Tagana Kabupaten Karawang. Raffi bersama puluhan relawan lainnya menjadi sosok pemuda tangguh. Dia ikut membantu memasak dan menyiapkan makan sahur dan buka puasa untuk para pengungsi korban banjir di Kabupaten Karawang. Dapur itu menyiapkan sedikitnya 1.300 bungkus makanan untuk pengungsi setiap hari.
“Hanya ini yang bisa saya berikan bersama teman-teman untuk menolong saudara kita yang saat ini tengah kena musibah. Selama bulan Ramadhan ini saya belum pulang ke rumah. Orang tua sangat mendukung,” Raffi mengatakan kepada Redaksi.
Raffi merupakan relawan dari Pramuka Kabupaten Karawang. Dia memang sudah ikut kegiatan menjadi relawan sejak duduk di SMP. Dia mengaku, inspirasi menjadi relawan datang dari sang kakak yang juga aktif dalam kegiatan bencana dan dapur umum. Ketua FK Tagana Kabupaten Karawang, Novi Madera, mengungkapkan, selama di posko dapur umum pihaknya menyiapkan makan sahur hingga 500 bungkus dan untuk berbuka puasa sebanyak 800 bungkus setiap hari. Novi mengaku, kekuatan Tagana saja tidak akan cukup tanpa dibantu oleh para relawan lain. Selama proses penyediaan makanan di dapur umum, Tagana dibantu pramuka, PMI, dan petugas pemadam kebakaran Karawang. “Selain 15 anggota Tagana, itu ada 40 anggota pramuka, empat anggota PMI, dan tujuh orang anggota Damkar. Ada pembagian tugas, yang belanja, menyiapkan menu, administrasi, dan lain sebagainya,” kata Novi.
Sementara itu, pegawai Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Komarudin yang notabene paman Raffi mengaku tidak pernah menyuruh ikut kegiatan sebagai relawan, terutama saat beberapa daerah masih potensial kebanjiran. “Keponakan saya, si Raffi, sejak masih SMP (sekolah menengah pertama) sudah tertarik untuk ikut kegiatan kemanusiaan. Terutama di tengah bencana banjir terutama di Bekasi, Karawang, ia gabung dengan tim relawan terutama di beberapa posko dapur umum,” Komarudin mengatakan kepada Redaksi.
Ia mengaku tidak pernah juga menyuruh keponakan untuk daftar sebagai pegawai BNPB setelah lulus SMU (sekolah menengah umum). Ia hanya mendorong supaya keponakan punya kepedulian dengan sesama, terutama yang kena bencana di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). “Status saya sebagai pegawai BNPB tidak ada hubungan dengan kegiatan dan antusiasme Raffi bantu para korban bencana. Tapi kalau dia mau menjadi pegawai BNPB, saya juga tidak bisa melarang,” kata Komarudin. (LS/IM)