Keekonomian Ikan Belida sebagai Pertimbangan Mencari Bahan Baku Alternatif
Dilaporkan: Liu Setiawan
Jakarta, 7 Maret 2025/Indonesia Media – Guru besar fakultas perikanan dan kelautan (FPK) Universitas Riau (Unri), Prof. Deni Efizon menilai aspek keekonomian ikan belida sebagai bahan baku makanan, yang menjadi pertimbangan utama sehingga masyarakat dan produsen mencari dan menggunakan bahan alternative. Selama ini, belida dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan terutama pempek, kerupuk, dan pindang terutama di Palembang, Jambi dan Riau. “Belida semakin mahal karena sulit ditangkap. Kalau diolah menjadi pempek, kerupuk, (harga) tidak masuk lagi dengan harga rata-rata di pasaran. Kalau harga bahan baku mahal, produsen dan konsumen cenderung mencari alternatif pengganti, salah satunya ikan gabus dan tenggiri,” Prof. Deni Efizon mengatakan kepada Redaksi.
Ikan belida yang dilindungi adalah belida Jawa (Notopterus notopterus), belida Sumatera (Chitala hypselonotus), belida Borneo (Chitala borneensis), dan belida lopis (Chitala lopis). Ikan belida dilindungi karena populasinya yang berkurang dan habitatnya terganggu. Alasan dilindungi Dilarang menangkap ikan belida secara langsung dari alam, Dilarang mengonsumsi ikan belida. Upaya pelestariannya dengan kegiatan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait regulasi dan sanksi pelanggaran. “Ikan gabus dan tenggiri masih banyak dan melimpah, harganya masih murah. Yang pasti teksturnya putih, lembut, jernih. Gabus, tenggiri yang bisa menggantikan belida sebagai bahan baku. Tekstur tenggiri hampir sama. kalau ikan lain seperti tongkol, teksturnya merah dan pempek-pempek bisa berubah menjadi kehitam-hitaman. Masyarakat juga pasti juga hilang selera makan pempek yang warnanya kehitam-hitaman,” kata Guru Besar (GB) dalam bidang kepakaran Konservasi Sumber Daya Perairan pada FPK Unri.
Ikan belida dilindungi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021. Ikan belida yang dilindungi meliputi empat spesies; Belida Borneo (Chitala borneensis), Belida Sumatera (Chitala hypselonotus), Belida Lopis (Chitala lopis), Belida Jawa (Notopterus notopterus). Ikan belida merupakan ikan asli Indonesia yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan belida terancam punah karena penangkapan berlebihan dan kerusakan lingkungan perairan. “Saya termasuk salah satu tim ahli MKP (menteri kelautan dan perikanan) melalui dirjen pengelolaan kelautan dan ruang laut (PKRL). Team menilai spesies ikan langka di Indonesia. Setiap tahun, kami rilis status, perkembangan dan apa tindak lanjutnya itu yang menjadi Indeks kinerja utama (IKU) menteri,” kata Deni yang dikukuhkan sebagai guru besar pada Sidang Senat Terbuka Unri, Desember 2024 yang lalu. (LS/IM)
Di tempat berbeda, pemandu Pameran Semesta Arkiv di Galeri Nasional Jakarta menampilkan berbagai boneka, lukisan, sculpture biota laut termasuk spesies paus, dugong, ubur-ubur, gurita, pari manta, udang, penyu dan belida. Pada pameran, paus menjadi mascot. Tapi dari sekian banyak spesies yang dipamerkan, hanya belida, spesies ikan air tawar yang mendiami perairan sungai, rawa, danau, dan perairan payau. “Dari informasi yang saya dapat, mengapa seniman Arkiv menyelipkan belida di antara biota laut, karena (Arkiv) asli Palembang. Ia sempat kuliah jurusan arsitektur Universitas Parahyangan Bandung, dan menetap di Bandung. Karena masa kecilnya di Palembang, mungkin dia suka makan pempek-pempek yang waktu itu masih menggunakan bahan baku belida. Sehingga pada pameran tunggalnya, ia menyelipkan belida di antara spesies laut,” kata Farida, pemandu pameran.