Rumah Pahlawan China Dibongkar


Akan Dijadikan Ruko, Izin sudah Ada

Pertum­buhan ekonomi Payakumbuh yang begitu pesat dalam tiga tahun terakhir, memberi ekses negatif ter­hadap upaya pelestarian ba­ngun­an tua bernilai sejarah tinggi. Ini ditandai dengan semakin banyak­nya bangunan tua yang dibongkar oleh pengusaha ataupun masya­ra­kat untuk kepentingan komersial.

 

Celakanya, pemerintah maupun DPRD Kota Payakumbuh, belum mampu membuat regulasi untuk melindungi keberadaan bangunan tua atau menetapkan zona cagar budaya, seperti dilakukan Pemko dan DPRD Bandung dalam bentuk peratudan daerah yang sejalan dengan semangat UU 11/2010 tentang Cagar Budaya.

 

Al-hasil, hari demi hari, sema­kin banyak saja, bangunan bernilai sejarah tinggi yang hilang di Paya­kumbuh. Terakhir, bangunan tua berbentuk toko tiga petak yang per­nah dihuni pahlawan nasional Re­publik Rakyat China Yu Dafu di Jalan Soedirman, Kelurahan Parik­ran­tang, persisnya di samping ru­mah makan Kelok Indah dibongkar oleh pemiliknya.

 

Kepala Kelurahan Parikrantang Yafrianto Yasir ketika dihubungi Padang Ekspres, Selasa (12/11) siang mengakui, bahwa bangunan berbentuk toko berpintu kayu di samping rumah makan Kelok In­dah (eks rumah makan Pergaulan), me­mang dibongkar oleh pemilik­nya untuk dijadikan rumah toko (ruko).

 

“Bangunan itu dulunya me­mang pernah dihuni pahlawan na­sional China (bernama Yu Dafu dan dibunuh pasukan kempetai Jepang di jembatan Ratapan Ibu Paya­kum­buh-red). Tapi, pemilik­nya ada­lah warga lokal. Sekarang, pem­ilik­nyalah yang membongkar untuk di­jadikan ruko,” kata Yafrian­to Yasir.

 

Ia mengakui, beberapa waktu lalu, memang pernah terjadi pro-kontra terkait kepemilikan bangun­an tua yang pernah dihuni pahla­wan nasional China tersebut. “Dulu, memang ada surat yang masuk. Tapi belakang, pemiliknya sudah jelas. Namanya, Azrial. Kalau tidak sa­lah, pegawai di Kemenag,” kata­nya.

 

Lurah Parikrantang juga me­mas­tikan, bahwa prosedur pem­bong­karan bangunan tua itu untuk dijadikan sebagai ruko sudah berja­lan sesuai aturan. “Izin-izinnya, sudah diajukan. Mungkin sudah diproses pula oleh Dinas Tata Ruang,” ucapnya.

 

Sementara, Kadis Kebersihan dan Tata Ruang Payakumbuh Zu­lin­da Kamal, belum bisa memas­tikan, terkait persoalan perizinan tersebut. “Saya kebetulan sedang tidak di kantor. Nanti, akan kami cek. Terimakasih informasinya,” ka­ta Zulinda, saat dihubungi kema­rin senja.

 

Di sisi lain, sejumlah aktifis Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) cabang Payakumbuh menye­but, tidak ada persoalan, bila tua bangunan bernilai sejarah tinggi, dikuasai atau dimiliki oleh setiap warga negara. Tapi sesuai dengan regulasi, kepemilikan terhadap bangunan bersejarah, harus tetap memperhatikan fungsi sosialnya.

 

Di Payakumbuh sendiri, berda­sar­kan catatan MSI, memang terda­pat banyak bangunan tua berse­jarah. Selain ada bangunan yang pernah didiami pahlawan nasional China Yu Dafu, ada pula rumah berasitektur Belanda yang pernah dihuni tokoh media-massa nasional PK Ojong di kawasan Lundang, dan rumah dr Anas (rumah di depan eks lapangan Poliko ini pernah didiami Bung Hatta dan sejumlah pahlawan nasional).

 

Punya Emosional Erat

 

Terkait bangunan tua yang pernah dihuni oleh pahlawan na­sional China Yu Dafu dan kini akan dijadikan sebagai ruko oleh pemi­lik­nya, pada 2009 lalu, sempat di­kunjungi oleh seorang tokoh sentral di Provinsi Jiangsu, Republik Rak­yat China, bernama Yu Meilan.

 

Menurut Yu Meilan yang meru­pakan Chairman Overseas Chinese Association (COCA) di Provinsi Jiangsu, Yu Dafu adalah ayah kandungnya. Yu Dafu lahir di Fu­yang, 7 Desember 1896.  Sepanjang hidupnya, Yu Dafu tidak hanya terkenal sebagai sastrawan,  tapi juga pejuang kemerdekaan China.

 

Saat terjadi perang Sino-Je­pang, ia menulis propaganda anti Jepang. Aksinya, membuat Jepang ge­ram. Yu Dafu pun menjadi bu­ro­n­an. Pada 1938, ia kabur ke Si­nga­pu­ra dan menjadi editor sastra un­tuk surat kabar Sin Chiew Jit Poh.

 

Pada 1942, Kekaisaran Jepang menginvasi Singapura, sehingga membuat Yu Dafu kembali memu­tus­kan untuk pindah ke Paya­kum­buh. Selama di Payakumbuh, Yu Dafu menyamar sebagai pedagang sofi (sejenis minuman keras). Tapi penyamarannya diketahui Jepang, hingga ia dibantai di jembatan Ratapan Ibu.

 

Bertahun setelah kematiannya, Yu Dafu ditetapkan pemerintah China sebagai pahlawan nasional. Untuk mengenangnya, pemerintah China juga membangunan monu­men dan museum. Sejumlah peja­bat dan pemuka masyarakat Paya­kumbuh, pernah diajak pemerintah China untuk melihat museum te­r­se­but.

 

Tidak itu saja, sebagai peng­hormatan terhadap Kota Payakum­buh yang punya hubungan emo­sional sangat erat dengan pahlawan nasional mereka, pemerintah China juga mengizinkan pemerintah Kota Nantong di Provinsi Jiangsu, men­ja­lin kerjasama bidang pendidikan dengan Pemko Payakumbuh pada 2009 lalu

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *