Ratusan Orang Hadiri Penghormatan Terakhir George Floyd


Ratusan orang menghadiri upacara penghormatan mendiang George Floyd di Kapel North Central University, Minneapolis, Amerika Serikat, pada Kamis (4/6) waktu setempat.

Floyd merupakan warga kulit hitam AS yang readyviewed meninggal karena kehabisan napas usai lehernya diinjak dengan lutut oleh seorang polisi yang tengah menangkapnya.

Para pelayat dan keluarga yang menghadiri upacara mengingat FLoyd sebagai sosok teman, ayah, dan paman yang lembut.

“Kisah George Floyd telah menjadi cerita warga kulit hitam. Karena sejak 401 tahun yang lalu, alasan kami tidak pernah bisa menjadi yang kami inginkan dan impikan adalah karena kalian menaruh lulut kalian di leher kami,” kata Pendeta Al Sharpton dalam pidatonya saat membuka upacara seperti dilansir New York Times.

“Kami lebih pintar daripada sekolah-sekolah tempat Anda menempatkan kami semua. Tapi lututmu ada pada leher kami. Kami mampu menjalankan perusahaan dan tidak terburu-buru di jalan, tapi Anda menaruh lutut Anda pada leher kami. Kami memiliki kreatifitas, kami bisa melakukan apa pun yang dilakukan orang lain, tapi kami tidak bisa melepaskan lututmu pada leher kami,” ujarnya menambahkan.

Sharpton menuturkan sudah waktunya bagi warga kulit hitam untuk berani berkata “lepaskan lututmu dari leher kami.”

Pernyataan itu disambut tepung tangan meriah dari ratusan pelayat yang hadir dalam upacara penghormatan selama dua jam tersebut.

Sebelum memasuki kapel, ratusan pelayat diharuskan dicek temperatur tubuhnya demi menghindari penularan virus corona (Covid-19) yang masih terus meningkat.

Selama upacara penghormatan, anggota keluarga bercerita mengenai sosok Floyd. Beberapa kerabat menggambarkan Floyd sebagai sosok yang sangat ramah bahkan terhadap orang asing sekali pun.

Di akhir upacara, para pelayat diminta untuk berdiri dan mengheningkan cipta selama delapan menit 46 detik. Jumlah waktu itu sama dengan lama waktu polisi menekan leher Floyd dengan lututnya.

Sementara itu, proses pemakaman Floyd sendiri dikabarkan akan digelar pada 9 Juni mendatang di Houston, Texas.

Kematian Floyd dinilai menjadi puncak amarah warga Amerika terkait diskriminasi dan sikap rasisme yang sistematis, terutama terhadap perlakuan aparat kepada warga kulit hitam dan minoritas.

Sehari setelah kematian Floyd, demonstrasi menuntut keadilan pecah di Minneapolis. Sejak itu, protes dan gerakan solidaritas serupa meluas ke setidaknya 140 kota di AS, termasuk ibu kota Washington, bahkan mancanegara. ( CNN / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *