Persaingan Dua Faksi di Arab Saudi


Penangkapan beberapa pangeran di Arab Saudi, akhir pekan lalu, memberi sinyal upaya tak kenal kompromi dari Putra Mahkota Arab Pangeran Mohammed bin Salman kepada siapa pun yang ingin mengganjal keinginannya jadi raja.

 

Gesekan di lingkungan keluarga besar Al-Saud yang berkuasa di Arab Saudi kembali bergulir. Satuan pengamanan istana kerajaan secara mengejutkan, Jumat (6/3/2020), menangkap Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan Pangeran Mohammed bin Nayef bin Abdulaziz. Beberapa jam kemudian, ditangkap pula Pangeran Nawaf bin Nayef, adik Pangeran Mohammed bin Nayef.

Situasi itu, selain memberi sinyal langkah terbaru Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dalam memperkokoh cengkeraman kekuasaan, menimbulkan spekulasi soal kesehatan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud (84) dan soal apakah suksesi di Kerajaan Arab Saudi bakal terjadi dalam waktu dekat.

Kerajaan Arab Saudi, Minggu (8/3/2020), merilis foto-foto Raja Salman sedang menjalankan tugas kerajaan. Rilis tersebut diperkirakan untuk menepis spekulasi tentang kesehatan Raja Salman.

Baca juga: Diduga Kudeta, Dua Anggota Keluarga Kerajaan Arab Saudi Ditangkap

AFP/SAUDI ROYAL PALACE/BANDAR AL-JALOUD

Sebuah foto yang diberikan Istana Kerajaan Arab Saudi pada 8 Maret 2020 menunjukkan Raja Salman bin Abdulaziz (kanan) bertemu dengan seorang pejabat di istana kerajaan di Riyadh.

Pangeran Ahmed bin Abdulaziz (78) adalah adik Raja Salman. Adapun Pangeran Mohammed bin Nayef (60) adalah keponakan Raja Salman dan mantan putra mahkota yang digulingkan oleh Raja Salman untuk diganti dengan putranya sendiri, Pangeran Mohammed bin Salman pada 21 Juni 2017.

Melanggar tradisi

Pangeran Ahmed selama ini dikenal sangat menentang terhadap naiknya MBS sebagai putra mahkota. Penunjukan MBS sebagai putra mahkota dianggap melanggar tradisi suksesi kepemimpinan di lingkungan keluarga besar Al-Saud selama ini yang harus dilakukan antarsaudara dari putra-putra Raja Abdulaziz.

Menurut Pangeran Ahmed, seharusnya dirinya yang menjabat putra mahkota karena ia putra Raja Abdulaziz yang masih hidup dan berhak menjadi raja pasca-Raja Salman. Namun, Raja Salman mengubah tradisi suksesi itu dengan menunjuk putranya, MBS, sebagai putra mahkota. Maka, Pangeran Ahmed sejak awal menolak memberi baiat dan menyatakan loyalitas kepada MBS.

Adapun Pangeran Mohammed bin Nayef, yang didepak oleh Raja Salman dari jabatan putra mahkota, kini memiliki titik temu kepentingan politik dengan Pangeran Ahmed sebagai tokoh-tokoh di lingkungan keluarga besar Al-Saud yang menolak MBS sebagai putra mahkota.

BANDAR AL-JALOUD / SAUDI ROYAL PALACE / AFP

Foto yang diambil pada 14 Desember 2016 dan dirilis Istana Kerajaan Arab Saudi ini memperlihatkan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud (kanan), Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Nayef (tengah), dan Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam sidang Dewan Shura di Riyadh.

Pengamat politik Arab Saudi yang berdomisili di London, Inggris, Saad al-Fakih, kepada televisi Al Jazeera mengatakan, kini terjadi keretakan atau pertarungan antara faksi Al-Salman dan Al-Nayef di lingkungan keluarga besar Al-Saud. Pertarungan dua faksi itu, kata Fakih, sangat jelas setelah MBS menginstruksikan penangkapan dua pangeran penting dari faksi Al-Nayef, yaitu Pangeran Mohammed bin Nayef dan Pangeran Nawaf bin Nayef.

Fakih menyebut, pergantian putra mahkota dari Pangeran Mohammed bin Nayef kepada MBS pada 21 Juni 2017 ternyata belum selesai dan berbuntut dengan  konflik antara faksi Al-Salman dan Al-Nayef. Seperti diketahui, baik faksi Al-Salman maupun faksi Al-Nayef sama-sama berasal dari poros Sudairi Tujuh, poros paling berpengaruh di lingkungan keluarga Al-Saud.

Sudairi Tujuh adalah tujuh putra Raja Abdulaziz dari permaisurinya, Hussa Sudairi. Di antara tujuh putra itu, terbentuk empat faksi kuat, yaitu faksi Al-Fahd, Al-Sultan, Al-Salman, dan Al-Nayef.

Dari tiga putra lainnya tidak dikenal terbangun faksi atau faksinya lemah karena kurang berpengaruh di lingkungan kekuasaan di Arab Saudi. Ketiga putra itu adalah Pangeran Abdul Rahman, Pangeran Turki II, dan Pangeran Ahmed bin Abdulaziz.

Menurut Al Jazeera, para pangeran dari faksi Al-Nayef yang sedang memegang jabatan penting kini diperiksa dan dipanggil oleh MBS. Di antara yang dipanggil MBS adalah Menteri Dalam Negeri Pangeran Abdul Aziz bin Saud bin Nayef dan bapaknya, Pangeran Saud bin Nayef, yang kini menjabat gubernur provinsi wilayah timur Arab Saudi. MBS diberitakan juga menangkap beberapa pejabat tinggi yang bukan berasal dari keluarga Al-Saud di Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi.

Konspirasi

Masih simpang siur faktor yang mendorong MBS menginstruksikan penangkapan terhadap beberapa pangeran teras itu. Media Barat dan Timur Tengah menyebut, MBS mencium adanya manuver dan konspirasi yang ingin menggagalkan proses suksesi MBS menjadi raja untuk menggantikan bapaknya, menyusul kesehatan Raja Salman yang semakin menurun.

Dilansir bahwa faksi Al-Nayef mendukung Pangeran Ahmed sebagai raja Arab Saudi mendatang setelah wafatnya Raja Salman. Faksi itu telah minta dukungan Amerika Serikat untuk pergantian kekuasaan dari Raja Salman kepada Pangeran Ahmed.

Pangeran Mohammed bin Nayef memanfaatkan hubungan baiknya dengan Badan Pusat Intelijen AS (CIA) ketika menjabat putra mahkota dan menteri dalam negeri dengan terus membangun komunikasi dengan CIA terkait isu suksesi di Arab Saudi. MBS diberitakan sangat marah saat mengetahui bahwa CIA dan Pangeran Mohammed bin Nayef masih terus menjalin komunikasi itu.( Kps / IM _)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *