Perkembangan Organisasi Islam di Zaman Jepang


Kita harus ingat, konsep kekaisaran Jepang dalam menaklukkan wilayah Asia Pacific adalah Commonwealth Asia Timur Raya, dimana semua kekuatan ekonomi-militer-politis Barat dienyahkan, digantikan oleh Dai Nippon

May Swan - pengirim article

sebagai wilayah inti industri, negara negara yang dibebaskan dari pendudukan Barat (Belanda, Perancis, Inggris,AS), menjadi supplier tenaga kerja dan bahan baku (minyak mentah dan batu bara)

Jadi, ada kepentingan bersama : Bebas dari pendudukan Barat. Sentimen anti Barat dihidupkan. Diwilayah mayoritas Muslim hal ini sangat berfungsi, perlawanan penduduk Muslim terhadap Barat sangat termobilisasi. Jawa, Aceh, Sumatra, Kalimantan. Sebaliknya Philippina yang Katholik dan pro AS, melakukan perlawanan dahsyat terhadap balatentara Jepang. Ingat Battle of Bataan. Prajurit Jepang sangat kejam menindak prajurit Philippina yang berperang dipihak Sekutu.

Juga di Indonesia, prajurit Minahasa dan Maluku yang berperang dalam pasukan KNIL (Belanda) bertempur sangat dahsyat menahan serbuan Jepang, misalnya pendaratan Jepang di Minahasa Januari 1941. Pasukan

KNIL

Belanda yang berprajurit Jawa, Sunda atau Sumatra, yang rata rata Muslim, segera menyerah pada Jepang.

Organisasi massa di Jawa, yang terutama Muhamadyah dan Nahdlatul Ulama serta yang lainnya, dibawah Bung Karno dan Hatta, yang rata rata Muslim mendukung pemerintah Jepang melawan Sekutu. Apapun alasannya. kerjasama ini mencuat pada pembentukan pasukan budak, yang rata rata orang Jawa, dinamakan Romusha, yang dipaksa kerja keras tanpa makanan yang cukup dan obat obatan, membangun jalan dan jembatan di front. Sampai membangun

The Bridge on the River Kwai

jembatan kereta api di sebuah jembatan di Birma, yang kita kenal sebagai The Bridge of River Kwai.Teman saya, ayahnya menjadi Romusha di Birma, membangun jalan kereta api dibawah hujan tembakan pesawat Sekutu!

Kapal Jepang pengangkut pekerja Romusha untuk tambang batubara di

Lambang Muhammadiyah

Ombilin dan Sawahlunto ditorpedo kapal perang Australia di Selat Sunda, menuju Padang. Semua jadi makanan ikan hiu.

Untuk mengkonsolidasi kekuatan militer digaris belakang, karena prajurit Jepang seluruhnya ditarik ke front Pacific menghadang armada AS yang merangsek, Jepang membangun kesatuan kesatuan milisia, antara lain, yang cukup kuat adalah, Hisbullah.

Lambang NU

Hisbullah ini siap hampir membantai pasukan pejuang kemerdekaan asal Minahasa yang Kristiani: KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi). Mereka di Tanggerang dan Jakarta Timur tahun 1947-an membantai orang Belanda-Indo, Minahasa dan Tionghoa. Termasuk yang dibantai adalah Pahlawan Nasional Daan Mogot.

Dari pasukan Hisbullah ini kemudian menjelma pasukan yang dipimpin Kartosuwiryo, yakni TII (Tentara Islam Indonesia) yang menolak bergabung dengan kesatuan Indonesia lain di Jawa Tengah/Timur, tetap bercokol di Jawa Barat, malah memproklamasikan NII, yang masih menghantui kita sampai kini.(Penulis adalah anggota di milis RumahKitaBersama-YahooGroups/Kiriman May Swan/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *