Perbedaan Air Paritta dengan Air Biasa


Water Blessing - N Carolina temple 2011

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Manopubbaṅgamā dhammā, manoseṭṭhā mano mayā
Manasā ce pasannena, bhāsati vā karoti vā
Tato naṁ sukkhamanveti, chāyā va anapāyinî

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin,

pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni,

maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah

meninggalkan bendanya.

(Dhammapada I:2)

Air Paritta adalah air yang mendapatkan penguncaran paritta-paritta suci. Jadi, air yang

ditempatkan di altar pada waktu puja bakti, umat menguncarkan paritta-paritta suci — berarti air

yang ada di altar tersebut menjadi air paritta.

Air kemasan dalam botol atau air yang ditempatkan di sebuah wadah (mangkok atau patta),

kemudian bhikkhu atau samanera menguncarkan paritta-paritta suci, juga menjadi air paritta

disebut air paritta.

Yang menjadi pertanyaan di sini adalah, ‘apakah ada perbedaan antara air biasa dengan air

paritta?’ Secara kasat mata, yang nampak adalah air paritta dan air biasa — tidak ada bedanya,

bahkan ada peneliti, yang melakukan penelitian terhadap air paritta menyatakan bahwa: air

paritta dan air biasa sama saja berdasarkan atas mineral-mineral yang di kandungnya.

Berkaitan dengan penelitian terhadap air ini, sekitar tahun 2000, muncul seorang pakar air dari

Jepang yaitu Dr. Masaru Emoto. Dengan keuletan, serta ketelitiannya juga dengan bantuan alat-

alat canggih yang digunakan untuk melakukan penelitian, beliau mampu memotret kristal-kristal

air. Beliau adalah seorang penemu untuk pertama kalinya mampu memotret kristal air.

Water blessing

Dari hasil-hasil pemotretannya itu ternyata dia menemukan bahwa kristal-kristal air yang

terbentuk berbeda-beda. Perbedaan tersebut ternyata berasal dari getaran ucapan yang

diarahkan ke air. Pikiran benar yang diucapkan dan diarahkan ke air ternyata membentuk

kristal-kristal air yang bagus dan indah. Sedangkan jika pikiran buruk, yang diarahkan ke air,

diucapkan ke arah air, ternyata membentuk kristal-kristal air yang buruk dan jelek. Dari

penelitian-penelitian air ini, muncul suatu pertanyaan demikian: apakah air mampu

membedakan antara pikiran baik dan pikiran buruk yang diucapkan?

Berdasarkan penelitian Dr. Masaru Emoto, jawabanya adalah ya! Terbukti dari terbentuknya

kristal air yang baik ketika air mendapatkan getaran ucapan yang baik yang berasal dari pikiran

yang baik. Sebaliknya, air akan membentuk kristal yang buruk ketika air mendapatkan getaran

dari ucapan yang tidak bagus.

Air paritta ini, untuk pertama kalinya dibuat oleh Sang Buddha, di Kota Vesali. Beliau tidak

memerlukan alat-alat bantu yang canggih seperti mikroskop elektron, kamera otomatis, ruang

pendingin, untuk membuktikan bahwa air paritta memang beda dengan air biasa. Tidak hanya

beda, tetapi air paritta memiliki manfaat yaitu untuk pembersihan suasan tempat — sehingga

tempat menjadi nyaman untuk dijadikan tempat tinggal atau tempat usaha.

Untuk membedakan antara air biasa dengan air paritta, Beliau menggunakan alat super

canggih yang dinamakan ”Iddhi” yaitu kekuatan super natural yang hanya bisa diperoleh kalau

orang mampu mengembangkan ketenganan batin hingga mencapai tingkat ketenangan yang

ke empat atau jhana ke empat.

Dengan jhana ke empat inilah Sang Buddha melihat dengan jelas bahwa: ada perbedaan

antara air biasa dengan air paritta, serta manfaat dari air paritta tersebut.

Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *