Perajin: Terus terang, kualitas cangkul China lebih baik


perajin-terus-terang-kualitas-cangkul-china-lebih-baikBunyi mesin las nyaring terdengar dari sebuah bengkel. Segelintir pekerja terlihat tengah menyambung gagang besi dengan mata garukan, pesanan Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Sejatinya, bengkel kerja terletak di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi itu tak hanya memproduksi penggaruk besi. Pabrik kecil milik Endin Sapriudin itu juga membuat alat-alat pertanian. Cangkul, salah satunya.

Ya. Cangkul, alat bertani sederhana yang belakangan disadari publik ternyata masih harus dipasok dari luar negeri. Terutama China. Kenyataan yang kemudian mengundang cibiran publik di media sosial kepada pemerintah.

“Sekarang, kami sedang tidak ada produksi cangkul,” kata Asep, pekerja bengkel saat berbincang kepada merdeka.com, pekan lalu.

“Karena kami baru menyelesaikan 100 cangkul untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.”

Hal tersebut diamini Endin. Pria 45 tahun itu mengaku masih berutang 200 cangkul lagi ke ibu kota. Untuk melunasinya, dia masih harus menunggu kiriman mata cangkul dari Bandung.

“Kalau mata cangkulnya dari kolega saya di Ciwidey, dikirim ke sini dan dirakit di bengkel kerja kami.”

Endin sudah memproduksi cangkul sejak 1970. Kendati sudah puluhan tahun, tetap saja volume cangkul yang dihasilkan tak menentu.

Dia hanya memproduksi alat menggali tanah itu jika ada pesanan. Celakanya, pesanan semakin sepi seiring membanjirnya produk serupa buatan luar negeri.

Endin mengakui kualitas cangkul impor lebih baik ketimbang bikinan lokal. Ini membuat cangkul lokal kian minim peminat.

“Terus terang saja, masalah kualitas, China lebih bagus,” kata pria bisa memproduksi lima hingga tujuh cangkul per hari tersebut.

Endin Sapriudin memerlihatkan cangkul lokal dan impor 2016 Merdeka.com

Dia menjelaskan, mata cangkul China terbuat dari pelat baja khusus yang dicetak. Kemudian, penyambungan mata cangkul dengan gagang sudah dilakukan dengan menggunakan laser sehingga terlihat rapi.

Sedangkan, mata cangkul lokal berbahan pelat besi dan penyambungannya dengan pengelasan.

Soal harga, harga cangkul impor sama murahnya dengan produk lokal. Kalau sudah begini, jangan salahkan masyarakat jika lebih meminati cangkul impor.

“Kalau konsumen inginnya impor karena kualitas. Bajanya rapi,” katanya.

“Kalau dulu-dulu selisih harganya jauh, hampir 100 persen, yang lokal Rp 10 ribu yang impor Rp 20 ribu.”

Endin mengakui, impor cangkul berdampak negatif pada perajin tradisional. Dia pun kini lebih banyak menjual cangkul impor ketimbang lokal.

Toko alat pertanian 2016 Merdeka.com

“Untuk lokalnya agak kurang, produk perajin kalah dengan impor.”

Endin meyakini, perajin lokal mampu memenuhi kebutuhan cangkul berkualitas di Tanah Air. Asalkan, pemerintah optimal merangkul dan memberdayakan mereka.

“Untuk kebutuhan dalam negeri saya rasa mampulah, nggak di impor dari luar juga. Asal sentra produksi seperti di Klaten, Bandung, bisa dikerahkan dan untuk produksi lebih banyak.”

Beberapa waktu lalu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan industri nasional dengan menggandeng usaha kecil menengah siap memenuhi kebutuhan cangkul di dalam negeri yang mencapai 10 juta unit per tahun. Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas produksi dan akses bahan baku yang lebih mudah. Semoga.( Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Perajin: Terus terang, kualitas cangkul China lebih baik

  1. Perselingkuhan+Intelek
    November 28, 2016 at 9:02 pm

    harus diakui kualitas buatan China lebih Bagus dan Lebih Murah dari buatan Lokal, kalau begini bagaimana produksi lokal ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *