Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mengatakan maraknya aksi begal lantaran polisi tak pernah menindak tegas geng motor dan balapan liar yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Sikap inilah yang kemudian dinilai sebagai persetujuan atau izin oleh para anggota geng motor.
“Polisi terlalu permisif,” kata Neta saat dihubungi Tempo, Kamis 26 Februari 2015.
Neta menjelaskan, geng motor dan balapan liar berkaitan erat dengan tindak kriminal penjambretan. Di banyak daerah, aksi ini berkembang menjadi perampokan mini market dan begal dengan senjata kelewang.
Aksi kejahatan para begal belakangan marak terjadi di daerah Jakarta dan sekitarnya. Mereka biasanya mengincar sepeda motor bahkan tak segan melukai dan menghabisi nyawa pemiliknya. Kasus terbaru menimpa mantan Pemimpin Redaksi Jurnas.com Rihad Wiranto di jalan layang Klender, Jakarta Timur, Selasa 24 Februari 2015.
Untuk mengurangi aksi kejahatan begal, menurut Neta, polisi harus memetakan daerah yang menjadi markas geng motor dan kawasan yang kerap dijadikan arena balapan liar. Setelahnya, polisi harus mengerahkan kekuatan dari tingkat daerah, resor, hingga sektor untuk memberantas geng motor. “Operasi ini harus terpadu dan konsisten,” kata dia.
Upaya pencegahan, Neta melanjutkan, tak berhenti sampai di situ. Polisi juga harus meningkatkan intensitas patroli di daerah-daerah rawan geng motor dan balapan liar. Khususnya di daerah perbatasan. Sebab, Neta berujar, daerah perbatasan kerap dijadikan titik berkumpul para anggota geng motor dari wilayah atau provinsi yang berbeda. “Daerah pinggiran Jakarta itu rawan aksi kejahatan,” ujar Neta.
ada Geng Motor, ada Begal, ada Polri/TNI yang menjadi Backing Pencuri Motor di Papua
aparat tidak mamapu Mengatasi Balap Liar yang biasanya di Backing anak Jenderal, maka tidak ayal lagi mereka menjadi Begal dan Nantinya akan Menjadi Mafioso dan ISIS Indonesia