Oleh: Dr.Irawan
Los Angeles, February10, 2014 / Indonesia Media
Di California masih tersedia peluang investasi, walaupun ekonomi nya belum bangun kembali seperti sediakala. Bisnis real estate memang belum booming lagi, Tapi ada pengecualian pada daerah tertentu. Kebetulan daerah tempat saya tinggal merupakan high demand bagi foreigner yang tentu saja bawa cash segerobak dari Tiongkok.
Mereka boleh-boleh saja bikin duit segudang disana dengan memanfaatkan cheap labor, tapi uang yang banyak menjadi tidak ada gunanya kalau harus hidup dengan udara cemaran, dan makanan cemaran, nggak bisa umur panjang juga walaupun melakukan Taichi seharian. Tersadar akan quality of Life , maka mereka melirik , ….ehm … siapa lagi kalau bukan negara kapitalis yang selalu disungut-sunguti , sebagai Kolonialis dan imperialis. Jadi kalau kata Sutan Batoegana :”Ngeri-ngeri sedap” .
Oleh karena itu mulailah para pengusaha Tiongkok mengirim isterinya yang sudah pada hamil supaya nantinya melahirkan anak di Amerika, lalu disekolahkan di Amerika, dan terakhir tentu saja harapannya menyekolahkan anaknya di Ivy League. Nah untuk mencapai perguruan tinggi berkelas itu , tentunya harus dipersiapkan dari sekolah K12 yang benar. Maka mereka mengincar public school yang bergengsi, dicarilah kota-kota yang mempunyai kemampuan itu, tapi masih dekat dengan pusat makanan oriental yang “Sedap-sedap Enak itu” . Didaerah San Gabriel Valley , ada dua kota yang masuk katagori itu. yaitu San Marino dan Arcadia .
Akhirnya dijatuhkanlah pilihannya di Arcadia, mengapa ? Karena kota yang satunya lagi lebih kecil komunitasnya dan banyak peraturan yang masih kolot sehingga untuk memperbarui bangunan disana lebih pelik. Bisa-bisa memperbarui rumah hanya dalam nya saja, tanpa boleh merubah arsitektur luarnya. Sehingga seringkali berakhir pemilik rumah mempunyai rumah baru tapi bentuknya sama, bahkan bahannya juga harus sama.
Orang-orang yang datang dari negeri yang belum lama dibuka pintunya oleh Deng Xiao Ping itu tentunya sudah tidak betah dengan kekangan-kekangan seperti itu. Mereka sudah gerah tinggal dirumah yang berhimpitan seperti di tempat kelahirannya. Sudah waktunya mau merentangkan kaki dan tangannya. Alhasil semua rumah di Arcadia yang baru terbangun disikat habis oleh cash dari Tiongkok. Boleh percaya atau tidak, jual rumah dengan buka harga $ 2,5 juta, bisa berakhir dengan terjual $ 2,85 juta.. Aneh tapi nyata. Kenapa ?
Usia bumi boleh bertambah, namun luas tanah di kota tetap sama, tapi pembeli malah datang berbondong-bondong. Tidak ada lagi tanah kosong, sekali rumah tua dijual karena penghuninya check out, langsung di sergap investor atau spekulan. Kemudian dibangun, dan tentu saja di jual lagi dengan keuntungan yang berlipat ganda.
Nah, ini adalah harapan saya sebagai warga di Arcadia dan sebagai General Contractor yang berlicense di California untuk mencari kawan kerja untuk venture ini.
Catatan : Harga rumah di Amrik boleh saja terjatuh karena kelesuan ekonomi, tapi bisnis jual beli rumah di Arcadia nggak ada matinya.
Penulis adalah warga kota Arcadia, dan Vice President of Indonesian American Business Council, dan General Contractor dengan License CA 928501. (DrIrawan@indonesiamedia.com)
Advt010214m