Pada zaman teknologi informasi ini, perkembangan media terutama media
sosial sangatlah signifikan. Berbagai macam jenis media sosial seperti facebook,
twitter, path, blog, youtube dan lain sebagainya telah merambah ke berbagai
kalangan masyarakat, mulai dari kalangan pelajar/mahasiswa, karyawan, pejabat
Negara bahkan politisi. Selain banyaknya manfaat yang diberikan oleh media
sosial, keberadaan media sosial juga tidak jarang digunakan untuk kepentingan-
kepentingan kelompok tertentu untuk menyebar fitnah dan kampanye-kamapnye
hitam (black campaign) dengan tujuan untuk menjatuhkan kelompok yang dianggap
sebagai rival.
Dalam rangkaian pemilu 2014, hampir semua politisi memanfaatkan media
sosial sebagai sarana untuk melakukan kampanye yang bersifat positif bukan
bertujuan untuk menyerang lawan politiknya. Namun, terdapat beberapa akun
anonim dalam media sosial yang tersebar di dunia maya justru mengumbar
kejelekan-kejelakan partai maupun elite partai politik tertentu. Dapat disimpulkan
bahwa orang-orang yang memiliki akun anonim tersebut memiliki kepentingan
dalam pemilu 2014 bahkan menjadi alat bagi salah satu partai atau elite partai politik
tertentu.
Seperti yang disampaikan oleh salah satu elite partai politik yang
menyebutkan bahwa di Indonesia semakin marak adanya Pasukan Nasi Bungkus
yang merupakan sebutan dari laskar cyber bayaran. Mereka dapat dengan mudah
membuat akun anonym dan melancarkan aksi black campaign melalui internet. Hal
ini merupakan akibat dari kebijakan dari pemerintah Indonesia dalam bidang internet
yang masih lemah sehingga dengan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pasukan cyber ini tidak hanya marak ketika Pemilu 2014, penyalahgunaan
media sosial dalam dunia politik juga terjadi pada Pemilihan Gubernur DKI
beberapa waktu yang lalu. Akun @TrioMacan2000 yang sempat menarik perhatian
dikarenakan kicauannya di twitter yang bernada menyerang Foke-Nara, dengan
mengungkap Korupsi Ala Bang “Kumis” Foke. Kemudian pada Pilgub DKI putaran ke
dua, akun tersebut secara tiba-tiba berbalik arah menyerang Jokowi-Ahok.
Belum lama ini, tersebar video pelesiran Ketua Umum Partai Golkar Aburizal
Bakrie atau Ical dan Wakil Ketua Komisi III DPR RI Azis Syamsudin besama Marcela
dan Olivia Zalianty di Youtube. Video berjudul Azis Syamsudin dan Capres Golkar
ARB menikmati Maldive bersama Marcella dan Olivia Zalianty itu berdurasi 1 menit
33 detik, dan diunggah oleh akun ARB pada 19 Maret 2014. Sangat jelas motif
dibalik penyebaran video tersebut mengingat pengunggahnya sendiri adalah ARB.
Masih banyak lagi, akun-akun bayaran baik yang mempunyai rate yang tinggi
maupun akun anonim yang telah menciderai fungsi media sosial itu sendiri.
Media sosial merupakan salah satu bentuk media online yang mendukung
interaksi sosial dan media sosial ini menggunakan teknologi berbasis web yang
mengubah komunikasi menjadi dialog alternatif. Salah satu bagian dari media sosial
yang marak kita jumpai adalah jejaring sosial.
Jejaring sosial merupakan sebuah situs dimana setiap orang bisa membuat
web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk melakukan
komunikasi dan berbagi informasi. Jejaring sosial terbesar saat ini adalah facebook
dan twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast,
maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang
tertarik untuk berpartisipasi dengam memberikan kontribusi dan feedback berupa
komentar dan membagi informasi secara terbuka dalam waktu yang cepat dan tak
terbatas.
Tanpa disadari, para pembaca atau pengguna akun lain yang terintegrasi
dengan akun yang melakukan kampanye hitam tersebut, sedikit banyak akan
terpengaruh dengan isi kampanye yang sebenarnya mengandung informasi
tanpa dasar ilmu pengetahuan. Sudah seharusnya fungsi media tersebut kita
kembalikan kepada fungssi idealnya agar tulisan-tulisan yang mengandung fitnah
bagi salah satu calon partai politik dalam Pemilu 2014 dapat dihapus sehingga dapat
diselenggarakannya pesta demokrasi dengan persaingan yang sehat dan bersih.